Rabu, 26 April 2017

Makalah Al-Qur'an diturunkan dalam 7 huruf



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang 
Al-Quran merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan komprehensif guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Ia merupakan kitab otentik dan unik, yang mana redaksi, susunan maupun kandungan maknanya berasal dari wahyu, sehingga ia terpelihara dan terjamin sepanjang zaman.
Sulit dibayangkan sekiranya umat Islam tidak memiliki al-Qur’an. Padahal ia adalah umat terakhir, umat yang diutus Allah sebagai saksi atas perbuatan semua manusia, dan umat terbaik yang rasulnya menjadi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Atau sulit dibayangkan sekiranya al-Qur’an yang ada di tangan umat ini bukan berasal dari ‘Tangan’ Zat yang maha mengetahui segala sesuatu yang gaib dan yang zahir.
Fenomena al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw ternyata bagaikan magnet yang selalu menarik minat manusia untuk mengkaji dan meneliti kandungan makna dan kebenarannya. Al-Qur’an yang diturunkan atas tujuh huruf (sab’ah ahruf) menjadi polemik pengertiannya di kalangan ulama, polemik ini bermuara pada pengertian sab’ah dan ahruf itu sendiri, dan korelasinya dengan cakupan mushaf Usman. Apabila orang arab berbeda lahjah dalam pengungkapan sesuatu makna dengan perbedaan tertentu, maka Qur'an yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad, menyempurnakan makna kemukjizatannya karena ia mencakup semua huruf dan wajah qiraah pilihan diantara lahjah-lahjah itu. Dan ini merupakan salah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan memahaminya

B.          Rumusan Masalah
1.             Apa latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf?
2.        Apa saja perbedaan para ulama seputar pengertian 7 huruf?
3.        Bagaimana dalil-dalil mengenai turunnya Al Qur’an dengan 7 huruf? 
4.        Apa saja hikmah turunnya Al Qur’an dengan 7 huruf? 




C.          Tujuan Penulisan
1.        Mengetahui latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf
2.        Mengetahui perbedaan para ulama seputar pengertian 7 huruf
3.        Mengetahui dalil-dalil mengenai turunna Al-Qur’an dengan 7 huruf
4.        Mengetahui hikmah turunnya Al-Qur’an dengan 7 huruf

BAB II
PEMBAHASAN

A.           Latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dengan 7 Huruf
Orang Arab mempunyai aneka ragam lahjah (dialek) yang timbul dari fitrah mereka dalam langgam, suara dan huruf-huruf sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab sastra. Setiap kabilah mempunyai irama tersendiri dalam mengucapkan kata kata yang tidak dimiliki kabilah-kabilah lain. Namun kaum Quraisy mempunyai faktor-faktor yang menyebabkan bahasa mereka lebih unggul di antara cabang-cabang bahasa arab lainnya, yang antara lain karena tugas mereka menjaga Baitullah, menjamu para jemaah Haji, memakmurkan Masjidil Haram dan menguasai perdagangan.

Karena orang arab memiliki perbedaan dialek dalam pengungkapan sesuatu makna dengan beberapa perbedaan tertentu, maka Al-Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Raslu-Nya menyempurnakan makna kemukjizatannya karena ia mencakup semua huruf dan wajah qira’ah pilihan di antara dialek-dialek itu. Dan ini merupakan saah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan memahaminya.
Pada periode Mekkah, Al-Quran memakai satu huruf yaitu bahasa Quraisy. Oleh karena itu Rasulullah dan para sahabat tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam membaca dan memahami isi kandungan dalam Al-Quran. Namun, ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, situasi dan kondisi telah berbeda jauh dengan apa yang ada di Mekkah, di mana banyak orang berbondong-bondong masuk Islam dari berbagai kalangan yang berbeda. Di antara mereka ada yang lanjut usia dan tidak mengerti baca tulis, sehingga mendapat kesulitan dalam membaca Al-Quran yang sebelumnya tidak pernah terjadi pada periode Mekkah. Oleh karena itu, Di dalam Al-Qur’an terdapat salah satu cabang ilmu pengetahuan yang disebut Sab’atul Ahruf.
Di kalangan para pengkaji ilmu Al-Quran dan Al-Hadits, gagasan tentang pewahyuan Al-Quran dalam tujuh huruf merupakan masalah yang rumit dan masih menjadi teka-teki dalam sejarah Al-Quran.
Terdapat banyak hadits dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan, bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf, diantaranya adalah hadits berikut:

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَقْرَأَنِيْ جِبْرِيْلُ عَلَى حَرْفٍ فَرَاجَعْتُهُ فَلَمْ أَزَلْ أَسْتَزِيْدُهُ وَيَزِيْدُنِى حَتَّى اِنْتَهَى إِلىَ سَبْعَةِ أَحْرُفٍ.
Artinya:”Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: “Berkata Rasulullah SAW: “Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku terus-menerus minta tambah dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai tujuh huruf.” (HR. Bukhari Muslim).

ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِنَّ هَذَا الْقُرْأَنَ اُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ اَحْرُفٍ فَاقْرَأُوْا مَا تَيَسَرَ مِنْهُ.
Artinya: “Bersabda Rasul SAW: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf, maka bacalah kamu mana yang mudah daripadanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Berdasarkan hadits-hadits di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.         Bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf.
2.         Pada awalnya Al-Qur’an diturunkan dalam satu huruf.
3.             Diturunkannya Al-Qur’an dalam tujuh huruf itu setelah Nabi SAW. Meminta keringanan dan kemudahan bagi umatnya.[1]

B.            Perbedaan Pendapat Ulama Seputar Pengertian Tujuh Huruf
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan tujuh huruf ini dengan perbedaan yang bermacam macam. Sehingga Ibnu Hayyan mengatakan, "Ahli ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf menjadi tiga puluh lima pendapat."[2] Namun kebanyakan pendapat itu bertumpang tindih. Berikut pendapat mereka :
1.             Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna. Dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Al Qur'an pun diturunkan dengan jumlah lafazh sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Al Qur'an hanya mendatangkan satu lafazh atau lebih saja.Ketujuh bahasa Arab tersebut yaitu, Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman. Menurut Abu Hatim As Sijistani, Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy, Hudzail, Tamim, Azad, Rabiah, Hawazin dan Sa’ad bin Abi Bakar.
2.             Yang dimaksud tujuh huruf  ialah tujuh macam bahasabahasa dari bahasa bahasa Arab yang ada, yang mana dengannyalah Al Qur'an diturunkan, dengan pengertian bahwa kata kata dalam Al Qur'an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi, yaitu bahasa yang paling fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman, karena itu maka secara keseluruhan Al Qur'an mencakup ketujuh bahasa tersebut.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya karena yang dimaksud dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah huruf yang bertebaran di berbagai surat Al Qur'an, bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.
3.             Sebagian ulama menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh segi, yaitu: amr (perintah), nahyu (larangan), wa'd (ancaman), jadal (perdebatan), qashash (cerita), dan matsal (perumpamaan).
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW bersabda :
عن ابن مسعود عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : كان الكتاب الأول ينزل من باب واحد وعلى حرف واحد ونزل القران من بعة ابواب على سبعة احرف : زجر وامر وحلال وحرام ومحكم ومشابه وامثال
Artinya : "Kitab umat terdahulu diturunkan dari satu pintu dan dengan satu huruf. Sedang Al Qur'an diturunkan melalui tujuh pintu dan dengan tujuh huruf, yaitu ;zajr (larangan), amr, halal, haram, muhkam, mutasyabihah, dan amtsal."[3]
4.             Segolongan ulama berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah adalah tujuh macam hal yang didalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan), yaitu :
a.              Ikhtilaful Asma' (perbedaan kata benda), dalam bentuk mufrod, mudzakkar dan cabang cabangnya, seperti tatsniyah, jamak dan ta'nits. Contoh dalam surat Al-Mukminun ayat 8 :والذين هم لأمنتم وعهدهم رعون. Dibaca dalam bentuk jamak dan dibaca pula dalam bentuk mufrod.
b.             Perbedaan dalam segi i'rab, seperti firman Allah SWT. ما هذا بشرا   (Q.S. Yusuf : 31) Jumhur membacanya dengan nashab, sebagaimana penduduk Hijaz, adapun Ibnu Mas'ud membacanya dengan rafa sebagaimana penduduk Tamim.
c.              Perbedaan dalam  tashrif, seperti firman Allah.  فقالوا ربنا باعد بين اسفارنا  (Q.S. Saba' ; 19) ada yang menashabkan ربنا karena mudhof dan merafakan ربنا karena sebagai mubtada.
d.             Perbedaan dalam taqdim (mendahulukan) dan ta'hir (mengakhirkan) seperti firman Allah. أفلم ييأس  dibaca أفلم يأيس  (Ar Ra'd:31).
e.              Peredaan dalam segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dangan huruf, sepertiوانظر إلى العظام كيف ننشزها  diganti dengan ننشرها  (Al Baqarah: 159). Lafazh dengan lafazh, seperti firman-Nya. كا العهن المنفوش diganti dengan كا الصوف المنفوش  (Al Qari'ah: 5). Terkadang perbedaan makhraj, seperti طلح منصود  dibaca dengan طلع منضود  (Al Waqi'ah: 29).
f.                     Perbedaan dengan sebab adanya penambahan dan pengurangan. Dalam penambahan misalnya: وأعد لهم جنات تجرى تحتها الأنهار  (At Taubah:100), dibaca dengan tambahan من yaitu : من تحتها الأنهار  keduanya merupakan qira'at mutawatir. Mengenai perbedaan karena adanya pengurangan (naqsh), seperti, قالوا اتخذا الله ولدا  (Al Baqarah: 116), tanpa huruf wawu. Jumhur ulama membacanya وقالوا اتخذا الله ولدا .[4]
g.             Perbedaan lahjah dengan pembacaan tafkhim (tebal) dan  tarqiq (tipis), fathah dan imalah, idhar dan idghom, hamzah dan tashil, isymam dan lain lain. Seperti membaca imalah dan tidak imalah seperti : هل أتاك حديث موسى  (Thaha: 9), yang dibaca dengan mengimalahkan kata أتى  dan موسى .
h.             Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak dapat diartikan secara harfiah, tetapi angka tujuh tersebut hanya sebagai simbol kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab.
i.                      Ada juga ulama yang berpendapat, yang dimaksud dengan tujuh huruf tersebut adalah qira'at sab'ah.
Mengenai pendapat satu ini, maka dapat dijawab: Al Qur'an itu bukanlah qira'at, Al Qur'an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai bukti risalah dan mukjizat. Adapun qira'at adalah perbedaan cara mengucapkan lafazh lafazh wahyu tersebut, seperti meringankan (takhfif), memberatkan (tatsqil), membaca panjang (mad) dan sebagainya. Berkata Abu Syamah, "Suatu kaum mengira bahwa qira'at tujuh yang ada sekarang ini itulah yang dimaksudkan dengan tujuh huruf dalam hadits. Asumsi ini sangat bertentangan dengan kesepakatan ahli ilmu. Juga anggapan seperti itu adalah anggapan orang orang yang tidak mengerti."[5]
Lebih lanjut Ath Thabari mengatakan,"Adapun perbedaan bacaan seperti merafa'kan sesuatu huruf, menjarkan, menashabkan, mensukunkan, memberi harakat dan memindahkannya ke tempat lain dalam bentuk yang sama, tidak termasuk pengertian ucapan Nabi, "Aku diperintahkan untuk membaca Al Qur'an dengan tujuh huruf." Sebab sebagaimana diketahui, tidak ada satu huruf pun dari huruf huruf Al Qur'an –bagaimanapun perbedaan bacaannya menurut pengertian ini -, menyebabkan seseorang dipandang kafir karena meragukannya.
 Tampaknya, mereka terjebak salah paham tentang bilangan tujuh, sehingga permasalahannya menjadi kabur bagi mereka. Dalam hal ini Ibnu Umar berkomentar,"Orang yang menginterpretasikan kata sab'ah dalam hadits ini dengan qira'at tujuh, telah melakukan apa yang tidak sepantasnya dilakukan dan membuat kekaburan bagi orang awam, dengan mengesankan pada setiap orang yang berwawasan sempit bahwa berbagai macam qira'at itulah yang dimaksud oleh hadits. Andaikata qira'at yang masyhur itu kurang dari tujuh atau lebih, tentu kekaburan dan kesalahan ini tidak perlu terjadi."
Pendapat  terkuat dari semua pendapat tersebut adaalah pendapat pertama, yang mengatakan bahwa tujuh huruf yang dimaksud adalah tujuh macam bahasa dari bahasa bahasa Arab dalam mengungkapkan satu makna yang sama, misalnya: اقبل-  تعال- هلم- عجل- اسرع  Lafazh lafazh yang berbeda ini digunakan untuk menunjuk pada satu makna. Pendapat ini dipilih oleh Sufyan bin Uyanah, Ibnu Jarir, Ibnu Wahab, dan lainnya. Dalil pendapat ini ialah apa yang terdapat dalam hadits Abu Bakrah yang menyebutkan, bahwasanya Jibril berkata "Hai Muhammad, bacalah Al Qur'an dengan satu huruf." Lalu Mikail berkata "Tambahkanlah." Jibril berkata lagi, "Dengan dua huruf." Jibril terus menambahnya hingga sampai enam atau tujuh huruf. Lalu ia berkata "Semua itu obat penawar yang memadai, selama ayat adzab tidak ditutup dengan ayat rahmat, dan ayat rahmat tidak ditutup dengan ayat adzab. Seperti kata kata halumma, ta'ala, aqbil, idzhab, asra'a, dan 'ajala."[6]
            Pendapat pertama ini didukung pula oleh banyak hadits yakni mengenai kisah Umar bin Khathab diantaranya............"Hai Umar, Al-Qur'an itu seluruhnya adalah benar, selama ayat rahmat tidak dijadikan ayat adzab atau ayat adzab dijadikan rahmat,"[7]

C.           Dalil-dalil Diturunkannya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf
1.             Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Sahih-nya meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jibril membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku meminta tambah dan ia pun menambahiku sampai dengan tujuh huruf. (Hadits Bukhari Muslim dan lainnya) Imam muslim menambahkan, “Ibnu Syihab mengatakan, “Telah sampai berita kepadaku bahwa tujuh huruf itu untuk suatu perkara yang tidak diperselisihkan halal haramnya”.

2.             Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan yang lafalnya dari Bukhari bahwa Umar bin Khattab r.a. berkata, “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di masa hidupnya Rasulullah SAW aku mendengar bacaannya mengandung beberapa huruf yang belum pernah dibacakan oleh Rasulullah SAW kepadaku sehingga aku hampir saja beranjak dari shalatku, namun aku menunggunya sampai salam. Setelah salam, aku menarik sorbannya dan bertanya, “Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?” Ia menjawab, “Rasulullah yang membacakannya kepadaku”, Aku menyela, “Engkau telah berdusta, Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah SAW telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca ini”. Setelah itu, aku mengajaknya untuk menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, aku telah mendengar lelaki ini membaca surat Al-Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat Al-Furqanini kepadaku”. Rasulullah SAW menjawab, “Hai Umar! Lepaskan dia”. Bacalah surat tersebut, wahai Hisyam!” kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar. Rasul SAW bersabda, “Begitulah surat itu diturunkan”, sambil sabdanya, “Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf, maka bacalah yang paling mudah!” (Hadits Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Jarir). Dalam satu riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan pula bacaan Umar r.a. kemudian beliau bersabda, “Begitulah bacaan itu diturunkan”.

3.             Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay bin Ka’ab ia berkata, “Ketika aku berada di masjid, tiba-tiba masuklah seorang laki-laki. Kemudian ia shalat dan membaca bacaan yang aku ingkari. Setelah itu, masuk lagi lelaki lain yang membaca berbeda dengan bacaan lelaki yang pertama. Setelah kami selesai shalat, kami masuk ke rumah Rasulullah SAW, lalu aku bercerita bahwa, “si lelaki ini membaca bacaan yang aku ingkari dan lelaki yang satunya lagi membaca berbeda dengan bacaan lelaki yang pertama”. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan keduanya untuk membaca. Setelah mereka membaca, Rasulullah menganggap baik bacaan mereka. Setelah menyaksikan hal itu terhapuslah dalam diriku sikap untuk mendustakan. Imam Qurtubi berkata, “Denyutan hati ini (dalam jiwa Ubay) adalah akibat dari sabda Rasulullah SAW ketika orang-orang bertanya kepadanya, “Bahwasanya kami mendapatkan sesuatu dalam diri kami, ketika seseorang merasa berat sekali untuk mengatakannya. Rasulullah SAW bertanya, “Apakah sudah kalian temui jawabannya?” “Ya” jawab mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Itu adalah iman yang jelas”. (H.R. Muslim)

4.             Al-Hafiz Abu Ya’la dalam musnad kabirnya meriwayatkan bahwa pada suatu hari Usman r.a. berkata di atas mimbar, “Aku sebut nama Allah ketika teringat seorang laki-laki yang mendengar Rasulullah berkata, Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf yang kesemuanya tegas lagi sempurna”. Ketika Umar berdiri, hadirin pun berdiri sehingga tidak terhitung dan mereka menyaksikan pula Rasulullah SAW bersabda, “Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf yang kesemuanya tegas dan lengkap”. Kemudian Usman r.a. berkata, “Saya menyaksikannya bersama mereka”.

5.             Imam Muslim dengan sanad dari Ubay bin Ka’ab meriwayatkan bahwa Nabi SAW ketika berada di oase Bani Ghaffar didatangi Malaikat Jibril .s. Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf”. Nabi menjawab, “Aku meminta kepada Allah ampunan dan maghfirahnya sebab umatku tidak mampu menjalankan perintah itu”. Kemudian Jibril datang untuk kedua kalinya, seraya berkata, “Allah telah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an dengan dua huruf”. Nabi menjawab, “Aku meminta ampunan dan maghfirah kepada Allah, karena umatku tidak kuat menjalankannya”. Jibril datang lagi untuk ketiga kalinya dan berkata, “Allah SWT memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tiga huruf”. Nabi menjawab, “Aku meminta ampunan dan maghfirah kepada Allah, sebab umatku tidak sanggup mengerjakannya”. Jibril datang lagi untuk keempat kalinya seraya berkata, “Kau telah diperintahkan Allah untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf dan huruf mana saja yang mereka baca berarti benar”. (Hadits Riwayat Muslim).

6.             At-Turmuzi juga meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ia mengatakan, “Rasulullah SAW berjumpa dengan Jibril di gundukan Marwah”. Ia (Ka’ab) berkata, “Kemudian Rasul berkata kepada Jibril bahwa beliau diutus untuk ummat yangummi (tidak bisa menulis dan membaca). Di antaranya ada yang kakek-kakek, nenek-nenek, dan anak-anak”. Jibril menjawab, “Perintahkan membaca Al-Qur’an dengan tujuh huruf”. Imam Turmuzi mengatakan, “Hadits ini hasan lagi sahih”. Dalam suatu lafal lain disebutkan, “Barang siapa membacanya dengan satu huruf saja berarti telah membaca seperti ia (Nabi) membaca”. Dituturkan dalam lafal Huzaefah, “Kemudian aku berkata, “Wahai Jibril bahwa aku diutus untuk umat yang ummiyah di dalamnya terdapat orang laki-laki, perempuan, kanak-kanak, pelayan (babu), dan kakek tua yang tidak bisa membaca sama sekali”. Jibril berkata, “Bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf.

7.             Imam Ahmad mengeluarkan hadits dengan sanadnya dari Abi Qais maula Amar bin Ash dari Amr, bahwa ada seseorang yang membaca satu ayat Al-Qur’an. Kemudian Amr berkata kepadanya, “Sebenarnya ayat itu begini dan begini. Setelah itu, ia mengatakan hal itu kepada Rasulullah SAW, beliau menjawab, “Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf, mana saja yang kalian baca berarti benar dan jangan kalian saling meragukan”.

8.             At-Tabari dan At-Tabrani meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Ia berkata, “Seseorang menghadap Rasul SAW lalu berkata, “Ibnu Mas’ud telah membacakan sebuah surat kepadaku seperti yang telah dibacakan oleh Zaid bin Tsabit dan membacakan pula kepadaku Ubay bin Ka’ab. Ternyata bacaan mereka berbeda-beda. Maka bacaan siapa yang saya ambil?”. Rasulullah terdiam, sedangkan Ali berada di sampingnya, kemudian Ali berkata, “Setiap orang di antara kalian hendaklah membaca menurut pengetahuannya, karena kesemuannya baik lagi indah”.

9.             Ibnu Jarir At-Tabari mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah semampunya dan tidak berdosa. Tetapi jangan sekali-kali mengakhiri zikir rahmat dengan azab atau zikir azab dengan rahmat”.[8]

D.           Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf
Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf (ahruf sab’ah) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.             Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, yang setiap kabilahnya mempunyai dialek masing-masing, dan belum terbiasa menghafal syariat, apalagi mentradisikannya.

2.             Bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi kebahasaan orang arab. Al-Qur’an banyak mempunyai pola susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa orang-orang arab, sehingga setiap orang arab dapat mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama naluri mereka dan lahjah kaumnya, tanpa mengganggu kemukjzatan Al-Qur’an yang ditantangkan Rasulullah kepada mereka.

3.             Kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya. Sebab, perubahan bentuk lafazh pada sebagian huruf dan kata-kata memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan berbagai hokum dari padanya. Hal inilah yang menyebabkan Al-Qur’an relevan untuk setiap masa. Oleh karena itu, para fuqaha dalam istimbat dan ijtihadnya berhujjah dengan qira’at tujuh huruf ini.[9]
























BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
1.             Latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf.
Terdapat banyak hadits dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan, bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf (tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa arab) mengenai satu makna.
2.             Banyak ulama yang berpendapat tentang seputar turunnya Al-Qur’an dalam tujuh huruf
3.             Dalil-dalil Diturunkannya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf
a.              Hadits Bukhari dan Muslim tentang Ibnu Abbas r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jibril membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku mengulanginya,senantiasa aku meminta tambah dan ia pun menambahiku sampai dengan tujuh huruf.
b.             Hadits Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Jarir, Tentang Umar bin Khattab r.a mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan yang beberapa huruf belum ia dengar di masa hidupnya Rasulullah SAW.
c.              (H.R. Muslim) tentang Ubay bin Ka’ab mendengar bacaan sholat beberapa laki-laki dengan bacaan yang berbeda-beda.
4.             Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf
a.              Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi.
b.             Bukti kemukjizatan Al-Quran bagi kebahasaan orang Arab.
c.              Kemukjizatan Al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya.

DAFTAR PUSTAKA

·                Hermawan, Acep. 2011. Ulumul Qur'an, Bandung: Remaja Rosdakarya.
·                Qaththan, Manna Khalil. 2013. Studi Ilmu Ilmu Qur'an. Terj. Mudzakir. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.
·                ----------------------------------. 2013. Pengantar Studi Ilmu Al Qur'an. Terj. Aunur Rafiq El Mazan. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.
·                Taufiq, Sab’ah Al Ahruf Dalam Al-Qur’an,  
·                Muslim Daily, Ilmu Turunnya Al Quran Dengan Tujuh Huruf, http://muslimdaily.net/ilmu/turunnya-al-quran-dengan-tujuh-huruf.html 
·                Kajad Al Hikmah Kajen, Turunnya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf,




[1] Taufiq, Sab’ah Al Ahruf Dalam Al-Qur’an
[2] As Suyuthi berkata," Penafsiran Ulama' tentang makna Hadits ini tidak kurang dari empat puluh pendapat (Al Itqan, 1/45)
[3] HR. Al Hakim dan Al Baihaqi.
[4] Dengan tambahan huruf wawu di depan. (Edt.)

[5] Lihat Al Itqan, 1/20.
[6] HR. Ahmad dan Ath Thabarani, dengan sanad yang bagus. Dan ini adalah redaksi Ahmad.
[7] HR. Ahmad dengan isnad yang para perawinya dapat dipercaya dan dikeluarkan pula oleh Ath Thabari
[8] Kajad Al Hikmah Kajen, Turunnya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf
[9] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah tentang Ekonomi Islam

BAB    I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Islam merupakan agama yang kaffah , yang mengatur segala perilaku kehidupan ma...