Kamis, 27 April 2017

Makalah tentang tokoh-tokoh perintis penerjemahan Al-Qur'an



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Secara tekstual, Al-Qur`an diturunkan dengan bahasa Arab yang fasih dan jelas sebagai mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk melemahkan syair-syair jāhilī pada waktu itu. Namun Al-Qur`an tidak hanya merupakan kitab suci yang dispesifikasikan untuk bangsa Arab, melainkan untuk semua manusia. Dan itu sangat relevan sekali dengan namanya, yaitu al-Qur`an, yang tidak hanya untuk dibaca, tapi juga juga dipahami isi-isi kandungan yang tersirat dan tersurat di dalamnya.
Memahami al-Qur`an tidak semudah seperti halnya memahami koran, sebab selain balāghah-nya yang tinggi, bahasanya pun masih terbilang asing bagi masyarakat awam yang non-Arab. Oleh karena itu, muncullah inisiatif-inisiatif baru untuk menerjemahkan al-Qur`an ke berbagai bahasa, termasuk ke dalam bahasa Indonesia.
Hadirnya terjemahan tersebut bukan merupakan acuan esensial, namun hanya bersifat sebagai sarana untuk memudahkan dalam memahami Al-Qur`an tingkat dasar. Sehingga orang awam tidak buta pengetahuan dengan kita sucinya.
Selain menerjemahkan ke dalam berbagai bahasa, terdapat beberapa tokoh perintis yang berperan dalam menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa lain. Dan tidak hanya orang Muslim saja, bahkan orang Non-Muslim sekalipun tertarik untuk mengetahui isi dari Al-Qur’an itu sendiri.
Berdasarkan hal ini, maka materi yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah siapa saja tokoh-tokoh perintis dalam menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa tertentu.







B.          Rumusan Masalah
1.        Siapa saja tokoh-tokoh perintis penerjemahan Al-Qur’an?
2.        Bagaimana riwayat penerjemahan dan karya mereka?
3.        Bagaimana jejak penerjemah Al-Qur’an di Indonesia?

C.          Tujuan Penulisan
1.         Mengetahui siapa saja tokoh-tokoh perintis penerjemahan Al-Qur’an
2.         Mengetahui riwayat singkat mereka dalam melakukan menerjemahkan Al-Qur’an beserta beberapa karya mereka
3.         Mengetahui jejak penerjemah Al-Qur’an di Indonesia

















BAB II
PEMBAHASAN

A.          Tokoh-Tokoh Perintis Penerjemahan Al-Qur’an
Kitab Suci Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, namun kenyataannya agama Islam tak hanya berkembang di Jazirah Arab, namun hingga ke seantero dunia. Sejatinya Al-Qur’an tak hanya wajib dibaca, namun juga dikaji, dipahami dan diamalkan.
Seiring berkembangnya ajaran Islam, maka munculah keinginan dan kesadaran untuk menerjemahkan Al-Qur’an oleh beberapa tokoh kedalam berbagai bahasa yang ada di dunia. Jika dikaji lebih dalam, upaya untuk melakukan penerjemahan Al-Qur’an itu telah dimulai sejak beberapa belas abad silam –ketika Islam mulai menyebar ke berbagai dunia- bahkan pada saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam masih hidup.
Dan berikut ini adalah para tokoh perintis dalam menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam berbagai bahasa di dunia.

1.        Salman Al-Farisi
Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasalam ini merupakan orang yang pertama kali menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa lain. Dalam sejarah disebutkan ia menerjemahkan surat Al-Fatihah secara lisan ke dalam bahasa Persia atas permintaan orang-orang Muslim Persia. Namun terjemahan Al-Farisi ini belum mencakup keseluruhan surah dalam Al-Qur’an, hanya surah Al-Fatihah saja.


2.        Petrus Agung (1092-1156)
Kepala biara Gereja Cluny, Prancis ini adalah tokoh Barat yang pertama kali menggagas upaya penerjemahan Al-Qur’an. Dengan bantuan seorang theolog abad pertengahan berkebangsaan Inggris, Robertus Ketenensis (1110-1160), dan muridnya Hermannus Dalmatin (1110-1160), ia menerjemahkan teks Al-Qur’an ke dalam bahasa Latin yang diberi judul 'Lex Mahumet pseudoprophete' pada tahun 1143 M.

3.        Louis (Ludovico) Maracci (1612-1700)
Terjemahan Al-Qur’an berbahasa Latin yang paling masyhur dan banyak menjadi rujukan kaum orientalis[1] adalah milik Louis (Ludovico) Maracci, seorang pastur berkebangsaan Italia. Terjemahan Al-Qur’an karya Maracci ini menyertakan teks Arab dan ulasan panjang yang berisi penolakan terhadap Islam.

4.        Andre du Ryer (1580-1660)
Orientalis berkebangsaan Prancis ini merupakan tokoh yang pertama kali membuat terjemahan Al-Qur’an berbahasa Prancis. Ia menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Prancis langsung dari teks aslinya bahasa Arab. Pengalamannya tinggal lama di Istanbul dan Mesir membuatnya menguasai bahasa Arab dengan baik. Karyanya ini diberi nama L'Alcoran de Mahomet.

5.        Salomon Schweigger (1551-1622)
Pendeta Gereja Noremberg ini adalah orang yang pertama kali melakukan penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jerman. Ia menerjemahkan Al-Qur’an tersebut dari sebuah terjemahan Al-Qur’an berbahasa Italia. Terjemahan karya Schweigger ini diberi nama Alcoranus Mahometicus.

6.        Andrea Arrivabene (1534-1570)
Versi terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Italia pertama kali dibuat oleh Andrea Arrivabene. Karya terjemahan yang diberi nama L'Alcorano di Macometto ini merupakan hasil menerjemahkan karya terjemahan Petrus Agung.

7.        Hendrik Jan Glasemaker
Ia merupakan orang pertama yang diketahui membuat terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Belanda. Ia menerjemahkan Al-Qur’an bersumberkan pada sebuah terjemahan Al-Qur’an versi bahasa Prancis. Terjemahan karya Glasemaker ini diberi judul Mahomets Alkoran.

8.        Alexander Ross (1590-1654)
Ia adalah orang yang pertama kali menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris. Al-Qur’an terjemahan Ross ini dibuat pada tahun 1649 dengan mengadopsinya dari terjemahan Al-Qur’an berbahasa Prancis, L'Alcoran de Mahomet.

9.        Gustav Flugel (1802-1870)
Penulis berkebangsaan Jerman ini memiliki dari 20 karya seputar agama Islam, Sastra dan ilmu-ilmu mengenai bahasa Arab. Paling terkenalnya adalah Nujum Al-Qur’an fi Atraf Al-Qur’an, ditulis pada tahun 1842 di kota Leibzigh. Ulama-ulama universitas al-Azhar memberikan perhatian besar terhadap karya ini, mereka kemudian menunjuk Fuad Muhammad Abdul Baqi untuk menerjemahkan karya Flugel ke dalam bahasa Arab yang kemudian diberi nama al-Mu’jam al-Mufahraz Li al-Fadz Al-Qur’an.[2]
Jules Labum bisa dikategorikan sebagai penerjemahan dan peneliti Al-Qur’an penting yang sezaman dengan Flugel dan Edward Moonitea. Juga dengan usul dan sponsor pihak al-Azhar, karyanya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi dengan judul Tafsil Ayat Al-Qur’an al-Karim.[3]

10.    Theodor Noldeke (1836-1931)
Dikenal sebagai bapak Mustasyriqun[4] dan peneliti Islam barat, Ia juga adalah pendiri ilmu Sejarah Al-Qur’an dalam kalangan Westerian[5]. Theodor pada umur 20 tahun di awal Doktoralnya menulis Sejarah Al-Qur’an dan setelah 10 tahun, ia melanjutkan penelitian lebih dalam terhadap tulisannya tersebut. Karya terpenting Theodor yang sekaligus menjadi referensi peneliti setelahnya adalah Geschicte des Qorans. Disayangkan, setelah berlalu 170 tahun sampai sekarang buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.[6]


11.    Ignaz Goldziher (1850-1921)
Karya terpentingnya adalah Metodologi Tafsir Al-Qur’an. karena bukunya ini juga, kalangan Westerian kemudian menobatkannya sebagai Founding Father Metodologi Tafsir Al-Qur’an. Buku ini diterjemahkan dua kali oleh Dr. Ali Hasan Abdul Kadir dengan judul al-Mazahib al-Islamiyah fi Tafsir Al-Qur’an dan oleh Dr. Abdul Halim Bakhar dengan judul Mazahib at-Tafsir al-Islamy.[7] 

12.    Regis Blachere (1990-1973)
Tokoh kelahiran Paris ini, bersama ayahnya hijrah ke Aljazair dan Maroko yang ketika itu dalam wilayah jajahan Prancis, di kedua Negara ini jugalah ia mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu keislaman. Ia memiliki banyak karya dalam sastra Arab dan Islam, di antara yang paling penting adalah;
a.    Dar Astaneh Qur’an
Diterjemahkan oleh Dr. Mahmud Ramyar. Dalam bukunya ini, Ia mengkritik matodologi tafsir Al-Qur’an, kelemahan Westerian dalam memahami Al-Qur’an. Selain itu, bukunya yang menertibkan Al-Qur’an sesuai dengan susunan turunnya, adalah karyanya yang penting.
b.   Dar Amadiy-e bar Qur’an
Diterjemahkan oleh Dr. Asadullah Mubassyri. Terdiri dalam pembahasan sejarah singkat bacaan-bacaan Qur’an, sejarah hidup Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam periode Makkah, tafsir dan mufassirun dll.

13.    Artor Jeffri (Awal Abad ke 20)
Seorang guru universitas Amerika di Beirut dan universitas Kairo. Tokoh ini juga memeliki sejumlah karya tentang Islam dan Qur’an, yang terpenting di antaranya;
a.         The Foreign Vocabulary of The Qur’an, dicetak pada tahun 1938, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dengan judul Wachehay-e dakhily dar Qur’an oleh Dr. Faridun Badreh’ie.
b.        Koreksi atas kitab al-Mashahib karya Sajistany untuk kali pertama. Buku ini kemudian menjadi buku panduan untuk para mahasiswanya.[8]

14.    Motogomery Watt (1909)
Ia mendapat gelar Doktoralnya di bidang filsafat dengan desertasi Jabr dan Ikhtiar dalam Islam. Setelah itu, ia kemudian aktif dalam meneliti Islam dan Qur’an bekerjasama dengan gereja Protestan Inggris. Pernah juga menjadi ketua badan reseach Al-Qur’an di universitas London.
Di antara tulisan Watt yang penting adalah;
a.        Introduksi untuk Al-Qur’an
Lain dari Westerian yang lain, dalam bukunya ini, Watt mengkritik nabi Muhammad lebih ilmiah dan menjauhi bahasa celaan pedas sebagaimana yang dilakukan kelompoknya. Karyanya yang lain; Muhammad pada periode Makkah, Muhammad pada periode Madinah, Muhammad, Nabi dan Pemimpin, dan Wahyu Islam dalam Era Modern. [9]

15.    Toshihiko Izutshu (1914)
Profesor kelahiran Tokyo Jepang ini, setelah mengenal baik bahasa Arab, ia kemudian mulai meneliti buku-buku menyangkut Islam, universitas Mac Gill kemudian memanggilnya untuk mengajar. Izutshu, melalui kerjasama dengan Dr. Mahdi Muhaqqiq, silsilah pengetahuan sekitar Iran ia telusuri. Karya-karyanya yang terpenting adalah;
a.         Menerjemahkan Al-Qur’an pertama kali ke dalam bahasa Jepang
b.        Tuhan dan Manusia dalam Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Ahmad Aram
c.         Akhlak dalam Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Faridun Badreh’ie[10]

16.    Aro Rippin (1950)
Salah satu dari peneliti Islam dan Al-Qur’an ini adalah kelahiran London, ia lulusan fakultas ma’arif ad-Din universitas Toronto, sedang gelar master-nya ia raih di universitas Mac Gill jurusan Ilmu Islam. Paparan tesisnya tahun 1977 berjudul Istilahat al-Mutaradif wa Ma’aniha fi Al-Qur’an memuai pujian sebagaimana desertasi doktoralnya tahun 1981 berjudul Mutun asbab Nuzul Al-Qur’an. Rippin, menjadi salah seorang anggota Akademi Agama di Kanada dan Amerika, Komunitas penelitian Timut-tengah di Inggris dan guru di universitas Michigan, dan universitas Victoria Kanada. Ia telah menulis puluhan makalah dalam bidang Qur’an, Ensiklopedia agama dan Injil serta puluhan lainnya seputar agama Islam.[11]

17.    Umar Mita (1892)
Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jepang karya Mita terbit pada 1972. Sebelumnya telah ada terjemahan Kitabullah yang terbit pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, semua penerjemahan dilakukan oleh non-Muslim. Mita-lah Muslim pertama yang menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jepang.

“Meskipun, setidaknya ada tiga terjemahan Alquran dalam bahasa Jepang sebelum ia mulai menulis terjemahan, tetapi ketiganya dilakukan oleh orang-orang non-Muslim yang tampaknya tidak memiliki perspektif yang benar tentang agama kami,” dikutip dari Japanesse Muslim.

Mita selesai menerjemahkan pada 1968. Pada 1970, ia mengajukan revisi terjemahannya kepada Liga Muslim Dunia yang bermarkas di Makkah. Enam bulan setelah revisi, Al-Qur’an terjemahan tersebut dicetak di Hiroshima.
Lalu pada 10 Juni 1972, pencetakan selesai dan terjemahan mulai diterbitkan. Hingga penerbitannya, Mita menghabiskan waktu tak singkat, yakni 12 tahun. Saat itu, usia Mita pun tak lagi muda, yakni menuju 80 tahun.
Setelah banyak menorehkan kiprah dalam perkembangan Islam di negerinya dan meninggalkan banyak warisan bagi Muslimin Jepang, Mita menghembuskan napas terakhir. Ia meninggal pada 1976 dalam usia 82 tahun. Hingga kini, karya terjemahan Mita masih digunakan Muslimin Jepang.

18.    Marmaduke Pickthall (1875-1936)
Pada awalnya Pickthall adalah seorang Kristen, namun pada tahun 1917, ia mulai memeluk agama Islam. Namanya pun berubah menjadi Muhammad Marmaduke William Pickthall. Ia mulai mempelajari dan memperdalam hal-hal tentang Islam termasuk Al-Qur’an.
Pickthall ingin sekali menerjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa Inggris. Akhirnya, pada tahun 1930, ia berhasil mewujudkan keinginannya, yang berjudul “The Meaning Of The Glorious Koran”. Dan Pickthal merupakan Orang Inggris yang beragama Islam pertama yang menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris



B.          Jejak Tokoh Perintis Penerjemahan Al-Qur’an di Indonesia
Penerjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa  Melayu telah dilakukan sejak pertengahan abad ke-17 M. Adalah Abdul Ra'uf Fansuri, seorang ulama dari Singkel (sekarang masuk wilayah Aceh) yang pertama kali menerjemahkan Al-Qur’an secara lengkap di bumi Nusantara.
Meski terjemahannya disebut kurang sempurna dari tinjauan ilmu bahasa Indonesia modern, Abdul Ra'uf Fansuri bisa dikatakan sebagai tokoh perintis penerjemahan Al-Qur’an berbahasa Indonesia. Setelah munculnya terjemahan Al-Qur’an karya Abdul Ra'uf Fansuri, hampir tak ditemukan lagi terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia hingga abad ke-19 M.
Abdur Ra’uf menimba di Arab Saudi sejak 1640. Ia kembali ke Tanah Air pada 1661. Ulama terkemuka itu lalu menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Melayu dalam tafsir Tarjuman al-Mustafid.  Tafsir Al-Qur’an pertama di Nusantara itu disambut umat Islam yang bersemangat mempelajari dan memahami isi ajaran Al-Qur’an.
Selain di Indonesia, tafsir tersebut juga digunakan oleh umat Islam di Singapura dan Malaysia. Tafsir itu pernah diterbitkan di Singapura, Penang, Bombay, Istanbul (Matba’ah al-usmaniah, 1302 H/ 1884 M dan 1324 H/ 1906 M), Kairo (Sulaiman al-Maragi), serta Makkah (al-Amiriah).
Menurut Azyumardi Azra, Abdul Ra’uf menulis terjemahan Al-Qur’an ke dalam bahasa Melayu dalam perlindungan dan fasilitas penguasaan Aceh, ketika itu. Ia sangat yakin, karya besar itu ditulis di Aceh. Tarjuman Mustafid karya Abdul Ra’uf merupakan salah satu petunjuk besar dalam sejarah keilmuan Islam, khususnya tafsir di tanah Melayu.
Penerjemahan generasi kedua di Indonesia muncul pada pertengahan tahun 60-an. Baru di awal abad ke-20 M, sejumlah karya-karya terjemahan Al-Qur’an lengkap dengan tafsirnya dibuat. Di antara karya-karya tersebut adalah Al-Furqan oleh A Hassan dari Bandung (1928), Tafsir Hidayatur Rahman oleh KH Munawar Chalil, Tafsir Qur'an Indonesia oleh Mahmud Yunus (1935), Tafsir Al-Qur'an oleh H Zainuddin Hamid cs (1959), Tafsir Al-Qur'anil Hakim oleh HM Kasim Bakry cs (1960).
Munculnya terjemah atau tafsir lengkap, menandai lahirnya generasi ketiga pada tahun 70-an. tafsir generasi ini biasanya memberi pengantar metodologis serta indeks yang akan lebih memperluas wacana masing-masing. tafsir An-Nur/Al-Bayan (Hasbi Ash-Shiddieqi, 1966), Tafsir Al-Azhar (Hamka, 1973), Tafsir Al-Quranul Karim (Halim Hasan cs, 1955) dianggap mewakili generasi ketiga.
Kendati karya-karya terjemahan Al-Qur’an berbahasa Indonesia masih terbilang sedikit, namun pemerintah Republik Indonesia menaruh perhatian besar terhadap terjemahan Al-Qur’an ini. Hal ini terbukti bahwa penerjemahan Al-Qur’an masuk dalam Pola I Pembangunan Semesta Berencana[12], sesuai dengan keputusan MPR.
Untuk melaksanakan program ini Kementerian Agama pada masa itu telah membentuk sebuah lembaga Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Penafsir Al-Qur’an yang diketuai oleh Prof RHA Soenarjo SH, mantan Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, waktu itu. Tim ini beranggotakan para ulama dan para sarjana Islam yang mempunyai keahlian dalam bidangnya masing-masing.
Pada masa Orde Baru, pemerintah selalu mencetak kitab suci Al-Qur’an. Pada Repelita V (1984-1989), misalnya, telah dicetak 3.729.250 buah Al-Qur’an, terdiri dari Mushaf Al-Qur’an, Juz 'Amma, Al-Qur’an dan Terjemahannya, serta Al-Qur’an dan Tafsirnya.
Atas masukan dan saran masyarakat serta pendapat Musyawarah Kerja Ulama Al-Qur’an ke XV (23-25 Maret 1989), terjemah dan tafsir Al-Qur’an tersebut disempurnakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Agama[13] bersama Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an.[14]



BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Penerjemahan Al-Qur’an sudah dimulai sejak berabad-abad lalu, bahkan sudah diterjemahkan pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yakni melalui salah satu sahabatnya yang bernama Salman Al-Farisi. Bahasa Al-Qur’an tersebut diubah pertama kalinya kedalam bahasa Persia, tetapi tidak secara keseluruhan surah dalam Al-Qur’an, namun hanya Surah Al-Fatihah saja.
Tokoh-tokoh Orientalis yang sebagian tersebar di wilayah Eropa mulai melirik dan melakukan penerjemahan Al-Qur’an ke dalam berbagai bahasa, seperti : Italia, Inggris, Latin, Prancis, Belanda dan lainnya sebagainya. Tujuan mereka melakukan penerjemahan salah satunya ialah untuk mempelajari Kitab Suci Umat Islam, tetapi sebagian besar dari mereka tidak hanya mempelajari saja, namun mereka juga bermaksud mengalahkan kekuatan Islam dan menyebarkan fitnah seputar kebenaran isi dalam Al-Qur’an
Selain itu, tujuan dilakukan penerjemahan Al-Qur’an oleh beberapa tokoh Islam sendiri  ialah untuk lebih memahami isi kandungan Al-Qur’an dan untuk memahami ilmu-ilmu keislaman lebih dalam
Abdul Ra’uf Fansuri adalah ulama pertama yang menerjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa Melayu sekitar abad ke-17, walaupun dalam tatabahasa nya belum sempurna, tapi beliau adalah satu-satunya tokoh perintis yang memiliki peran besar dalam menerjemahkan Al-Qur’an sampai abad ke-19, ulama-ulama setelahnya pun banyak yang merujuk kepadanya dalam menerjemahkan Al-Qur’an kedalam bahasa Melayu.









DAFTAR PUSTAKA

Baqi , Muhammad Fuad Abdul, Tafsil Ayat Al-Qur’an al-Karim. Kairo: Dar al-Masyriq, tth.

Poin, Riwayat hidup Goldziher. Jakarta: Citra Pustaka, 1996.

Zamani, Hasan, Tarikh Harakat al-Istisyraq. Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyyah, tth.

_____________, Naqd-e Barrasi Ara-e Mustasyriqan Dar Baray-e Qur’an. Lebanon, t.p., tth.



·           http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.co.id/2012/05/Al-Qur’an-terjemahan.html (Dikutip Kamis, 3 Maret 2016, jam 10.00)
·           http://hasnanadip.blogspot.co.id/2015/04/karakteristik-terjemah-al.html (Dikutip Kamis, 3 Maret 2016, jam 10.00)
·           https://www.satuislam.org/tokoh/umar-mita-penerjemah-alquran-ke-dalam-bahasa-jepang/ (Dikutip Jum’at, 18 Maret 2016, jam 09.00)
·           http://qomahyuko.blogspot.co.id/2015/08/tokoh-tokoh-dalam-agama-islam-1.html?m=1 (Dikutip Jum’at, 18 Maret 2016, jam 09.00)



[1] Kaum kafir yang membenci Islam dan berusaha membuat keraguan-keraguan tentang Islam kepada orang-orang Muslim itu sendiri khususnya.
[2] Maussuat al-Qur’an wa al-Istisyraq, jil. 1
[3] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Tafsil Ayat Al-Qur’an al-Karim (Kairo: Dar al-Masyriq, tth.)
[4] Mustasriqun=orientalis
[5] Westerian=kebarat-baratan/orang-orang barat
[6] Ibid
[7] Poin, Riwayat hidup Goldziher (Jakarta: Citra Pustaka, 1996), h. 34.
[8] Ibid.
[9] Ibid, WM. Watt
[10] Gustaff fi al-Mizan, Syarqy Abu Khalil, Hal. 4-7
[11] Gulestan-e Qur’an, Edisi III, Hal. 16
[12] Pembangunan yang bersifat menyeluruh untuk menuju tercapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila
[13] Lembaga yang didirikan untuk meneliti tentang lektur (bacaan) Agama, yaitu Kitab Suci Al-Qur’an dari masa Klasik hingga kontemporer
[14] Lembaga yang membantu Mentri Agama dalam bidang Pentashihan (pembenaran/pengesahan) Mushaf Al-Qur’an, baik dalam bentuk cetak ataupun melalui Alat Elektronik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah tentang Ekonomi Islam

BAB    I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Islam merupakan agama yang kaffah , yang mengatur segala perilaku kehidupan ma...