Kamis, 27 April 2017

Makalah Gejala-Gejala Kejiwaan pada Manusia Normal



BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT melalui fase-fase pertumbuhan dan perkembangan, yang dalam prosesnya mengalami interaksi (saling mempengaruhi) antara kemampuan dasar (pembawaan) dengan kemampuan yang diperoleh (hasil belajar/pengaruh lingkungan).
Terdapat perbedaan pendapat dalam pengertian pertumbuhan perkembangan pertumbuhan diartikan ahli biologi sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensi tubuh, perkembangan dimaksudkan untuk menunjukkan perubahan-perubahan dalam bentuk atau bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannya ke dalam suatu kesatuan fungsional, bila pertumbuhan itu berlangsung. 
Langfeld dan Boring, menggunakan pengairan kematangan untuk pertumbuhan, sedang, perkembangan, diterapkan pada baik sebelum tingkah laku yang tidak dipelajari itu terjadi, maupun sebelum terjadinya proses belajar dari tingkah laku yang khusus. 
Istilah “kematangan” mencakup didalamnya pengertian pertumbuhan dan perkembangan, maka seseorang telah dianggap “matang”, apabila fisik dan psikisnya masalah pertumbuhan dan perkembangan, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat-tingkat tertentu. Sedangkan istilah “perkembangan” adalah berhubungan erat dengan pertumbuhan maupun kemampuan-kemampuan pembawaan dari tingkah laku yang pekat terhadap rangsangan-rangsangan sekitar.











B.           Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.        Apa pengertian persepsi ?
2.        Apa yang di maksud dengan belajar dan berfikir ?
3.        Apa yang dimaksud dengan mengingat ?
4.        Apa itu emosi ?
5.        Apa itu motif?

C.   Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penulisan sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui pengertian persepsi
2.        Untuk mengetahui maksud belajar dan berfikir
3.        Untuk mengetahui yang di maksud mengingat
4.        Untuk  mengetahui  tentang emosi
5.        Untuk mengetahui yang dimaksud motif












BAB II
PEMBAHASAN
A.          Persepsi
Didalam psikologi, proses sensasi dan persepsi berbeda. Sensasi ialah penerimaan stimulus melalui alat indera, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak.
Meskipun alat untuk menerima stimulus serupa pada setiap individu, interpretasinya berbeda. Untuk menggambarkan perbedaan antara sensasi dengan perrsepsi, kita bandingkan potret sebuah pemandangan dengan lukisan pemandangan. Potret berupa pemandangan sebagaimana yang diterima alat indera, sedangkan lukisan pemandangan bergantung pada interpretasi pelukis. Dengan kata lain, mata menerima, sedangkan pikiran mempresepsi.[1]
Organisasi dalam persepsi, mengikuti beberapa prinsip, yaitu:

1.        Wujud dan latar; objek-objek yang kita amati disekitar kita selalu muncul sebagai wujud (figure) sedangkan dengan hal-hal lainnya sebagai latar (ground)
2.        Pola pengelompokkan; hal –hal tertentu cenderung kita kelompok-kelompokkan dengan persepsi kita. Bagaimana cara kita mengelompokkan dapat menentukan bagaimana kita mengamat hal-hal tersebut.
Karena adanya organisasi persepsi diatas dan karena manusia selalu belajar dari pengalaman, maka lambat laun tersusunlah pola pengamatan yang menetap dalam diri kita masing-masing. Dengan adanya ketetapan pola ini, maka sesuatu yang sekarang terlihat sebagai hitam, besok juga masih dilihat sebgai hitam dan tidak berganti menjadi merah atau hijau. Ada beberapa pola pengamatan yang menetap:
1.        Ketetapan warna; sesuatu yang hitam tetap akan diamati sebagai hitam, baik dibawah sinar terang maupun ditempat yang agak gelap.
2.        Ketetapan bentuk; sebuah pintu. Misalnya, tetap akan kita amati sebagai benda yang berbentuk empat persegi panjang, sekalipun kadang-kadang dari sudut pandang tertentu, pintu tampak sebagai trapesium atau jajaran genjang.
3.        Ketetapan ukuran; pohon setinggi dua meter, kalau dilihat dari jauh tampak sangat kecil, tetapi kita akan tetap mempersepsikannya sebagai benda yang tinggi dan besar.
4.        Ketetapan letak; dalam kendaraan yang berjalan, kita melihat pohon-pohon dan tiang listrik tetap ditempatnya masing-masing, tidak bergerak.

B.          Belajar dan Berpikir
Seorang anak dibelikan sepeda oleh ayahnya. Ia akan mencoba sepeda tersebut dan mengadakan reaksi-reaksi atas rangsang-rangsang yang ditimbulkan sepeda. Lama kelamaan reaksi-reaksinya semakin teratur hingga suau saat ia dapat menguasai sepeda tersebut. Anak yang sebelumnya tidak dapat naik sepeda, kini dapat naik sepeda. Ini adalah contoh proses belajar. Jadi, belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi.
Pada manusia, proses belajar tidak hanya menyangkut aktivitas fisik saja, tetapi terutama sekali menyangkut kegiatan otak, yaitu berpikir. Dalam hubungan ini, ada beberapa faktr yang dapat mempengaruhi proses belajar:
1.        Waktu istirahat: khususnya dalam mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak, perlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk beristirahat.
2.        Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh: dalam mempelajari sesuatu, lebih baik kalau pertama-tama kita pelajari materi atau bahan yang ada secara keseluruhan. Setelah itu, mempelajari dengan lebih seksama bagian-bagiannya.
3.        Pengertian terhadap materi yang dipelajari: kalau hendak mempelajari sesuatu, maka kita harus mengerti materi yang kita pelajari itu. Tanpa pengertian, kita akan mendapatkan kesulitan.
4.        Pengetahuan akan prestasi sendiri: kalau kita tiap kali mengetahui hasil prestasi kita sendiri, yaitu mengetahui perbuatan-perbuatan yang masih salah, maka akan lebih mudah kita memperbaiki kesalahan itu daripada kalau kita harus meraba-raba terus
5.        Transfer: pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita pelajari sebelumnya, kadang-kadang mempengaruhi juga proses belajar yang sedang kita lakukan sekarang. Pengaruh ini disebut transfer.
Belajar adalah pengalaman yang universal. Setiap orang harus selalu belajar sepanjang hidupnya. Karena kehidupan sehari-hari penuh dengan problem-problem yang harus dipecahkan dengan belajar.
Perkataan belajar memunyai 3 arti: menemukan, mengingat dan menjadi efisien. Contoh:
1.        Apakah Anda telah belajar bagaimana caranya memecahkan teki-teki ini? Belajar disini berarti menemukan.
2.        Apakah Anda pernah belajar kata-kata Braile? Belajar disini berarti mengingat.
3.        Apakah Anda belajar bagaimana caranya mengendarai mobil? Belajar disini berarti menjadi efisien.
Pada intinya, bahwa proses belajar pada manusia erat sekali hubungannya dengan proses berpikir. Berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu suatu proses simbolis. Kalau kita makan, kita bukan berpikir. Tetapi kalau kita membayangkan suatu makanan yang tidak ada, maka kita menggunakan ide atau simbol-simbol tertentu dan tingkah laku ini disebut berpikir.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai berikut.
1.        Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir dimana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide timbul secara bebas.
2.        Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan.

Dalam berpikir terarah diperlukan untk memecahkan persoalan-persoalan. Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan:
1.        Strategi menyeluruh: disini persoalan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan dan dipecahkan untuk keseluruhan itu.
2.        Strategi detailistis: disini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi bagian.


C.          Mengingat
Apa yang kita maksudkan apabila kita berkata bahwa seseorang berhasil mempelajari sesuatu? Paling tidak, yang kita maksudkan ialah bahwa dia mengingatnya. Ingatan, adalah bukti bahwa seseorang telah belajar.
Semua orang mengingat banyak hal setiap harinya. Tingkah laku manusia selalu dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau yang diingatnya. Karena itu, mengingat dapat didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lampau.
1.        Mengingat dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Bentuk yang paling sederhana ialah mengingat sesuatu apabila sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi. Misalnya, kita mengingat wajah kawan, komposisi musik, lukisan, dan sebagainya.
2.        Bentuk mengingat yang lebih sukar ialah recall. Kita me-recall sesuatu apabila kita sadar bahwa kita telah mengalami sesuatu dimasa yang lalu, tanpa, mengenakan sesuatu itu pada indera kita. Misalnya, kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu lalu.
3.        Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah dipelajari. Misalnya Anda mengenal kembali (rekognisi) sebuah nyanyian dan ingat juga bahwa Anda mempelajari nyanyian itu (recall), tetapi dapatkah Anda menyanyikannya kembali (reproduksi)?
4.        Bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance) kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis.
5.        Apabila kita melakukan rekognisi, recall, reproduksi, ataupun performance, petama-tama kita harus memperoleh materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam keseluruhan proses yang bertitik puncak kepada mengingat.

D.          Emosi
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam hal warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan ini disebut emosi. Beberapa macam emosi antara lain, gembira, bahagia, terkejut, jenuh, benci, was-was dan sebagainya.
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat juga dikatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan emosi disini bukan terbatas pada emosi dan perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam)

1.        Teori-Teori Emosi
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang navistik mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan pendapat yang empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar.

2.        Perubahan-Perubahan Pada Tubuh Saat Terjadinya Emosi
a.    Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
b.    Peredaran darah: bertambah cepat bila marah
c.    Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut
d.   Pernapasan: bernafas panjang kalau kecewa
e.    Pupil mata: membesar bila sakit atau marah
f.     Liur: mongering kalau takut atau tegang
g.    Bulu roma: berdiri kalau takut
h.    Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor)
i.      Komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.

E.          Motif
Motif atau dalam bahasa inggrisnya motive, berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat hubungannya dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Disamping istilah motif, dikenal pula dalam psikologi istilah motivasi. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.
Ada beberapa pendapat mengenai motif. Diantaranya, mengatakan bahwa motif merupakan energi dasar yang terdapat dalam diri seseorang. Pendapat lain mengatakan bahwa motif (motivasi) mempunyai fungsi sebagai perantara pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Suatu perbuatan dinilai dengan adanya ketidakseimbangan dalam diri individu, misalnya lapar atau takut. Keadaan ketidakseimbangan ini tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan unntuk meniadakan ketidakseimbangan itu, misalnya mencari makanan atau mencari perlindungan. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah melakukan perbuatan itu maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu dan timbul perasaan puas, gembira, aman, dan sebagainya.

1.        Penggolongan Motif
Untuk lebih mudah mempelajari berbagai motif, maka motif terbagi kedalam beberapa golongan. Penggolongan ini ada bermacam-macam dan masing-masing tidaklah mutlak, karena dibuat semata-mata untuk mempermudah kita mempelajari motif tersebut. Salah satu penggolongannya adalah didasarkan pada kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Termasuk dalam kebutuhan primer adalah kebutuhan-kebutuhan badaniah, misalnya kebutuhan akan makan (lapar), minum (haus), tidur, temperatur yang sesuai dengan dengan temperatur tubuh, dan sebagainya. Jadi, kebutuhan primer adalah kebutuhan bawaan yang tidak dipelajari atau disebut juga kebutuhan fisiologis. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan sosial, misalnya kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dari orang lain, penghargaan, harga diri, dan sebagainya. Kebutuhan sekunder ini tumbuh melalui pengalaman dan proses belajar.

2.        Intensif
Intensif adalah kondisi atau situasi diluar diri individu yang dapat meningkatkan atau menghambat suatu motif. Intinsif ini penting sekali artinya terutama dalam dunia pendidikan dan dunia usaha. Karena sifatnya yang merupakan kondisi diluar diri individu, maka intensif sudah dikontrol (diadakan suatu tindakan) oleh guru atau pengusaha dengan tujuan untuk merangsang atau menghambat motif-motif tertentu. Misalnya guru memberi angka yang tinggi bagi murid yang hasil ulangannya bagus, atau pengusaha memberi hadiah uang bagi pegawainya yang rajin.
Sesuai dengan fungsinya, maka intensif dapat dibagi kedalam dua jenis:
a.    Intensif yang meningkatkan motif, disebut intensif positif. Misalnya, piala kejuaraan merupakan intensif positif bagi para olahragawan yang berlomba sehingga masing-masing berusaha sekuat-kuatnya untuk mendapatkan piala kejuaraan tersebut.
b.    Intensif yang menghambat motif, disebut intensif negatif. Misalnya, hukuman yang diberikan pada seorang pencuri dapat menghambat motif orang tersebut untuk mencuri lagi. [2]








BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
1.        Persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak
2.        Belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi. Dan berpikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu suatu proses simbolis
3.        Mengingat adalah kemampuan individu dalam keberhasilannya mempelajari sesuatu
4.        Emosi adalah perasaan yang timbul dalam diri individu yang menyertai dalam kehidupannya dan perasaan tersebut bisa lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah
5.        Motif berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku




















DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2005. Psikologi Remaja.Bandung : Bumi Aksara.
Fauzi, Ahmad. 1999. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Suatu Pengantar. Yogya: BPFE
Sarlito Wirawan, Sarwono. 1978. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Bulan Bintang
Yusuf , Syamsu L.N. 2000.  Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.




Situs Web:
http://hernii-humaiirah.blogspot.co.id/2014/10/contoh-makalah-gejala-gejala-kejiwaan.html (Dikutip sebagian pada hari Kamis, 29 September 2016, jam: 9.00 WIB)






[1] Drs. Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar, BPFE, Yogya, 1989, hlm. 41.
[2] Dr. Sarlito Wirawan, S., Op. Cit., hlm. 68.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah tentang Ekonomi Islam

BAB    I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Islam merupakan agama yang kaffah , yang mengatur segala perilaku kehidupan ma...