Kamis, 27 April 2017

Makalah tentang Metode Diskusi



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Metode diskusi diartikan sebagai cara “penyampaian” bahan pengajaran yang melibat-aktifkan siswa untuk berbicara dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta dan atau kelompok siswa memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Metode diskusi dapat mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat baik dengan guru maupun teman-temannya sehingga mereka dapat berpartisipasi secara optimal tanpa ada aturan-aturan yang berlaku keras namun tetap mengikuti etika yang disepakati bersama. Menurut Suparlan (2007) diskusi dapat dilaksanakan dalam dua bentuk yakni diskusi kelompok kecil dan diskusi kelas. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, diskusi dapat membantu terjadinya komunikasi dua arah.
Selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, pembelajaran bahasa Indonesia juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar untuk memperluas wawasan dan mempertajam kepekaan perasaan siswa. Oleh karena itu, tujuan penerapan metode diskusi lebih ditekankan pada aspek keterampilan berbicara. Dengan demikian, pembelajaran bahasa tidak hanya sekedar mendengarkan guru menerangkan saja, tetapi diperlukan keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar, sehingga terjalin interaksi baik antara siswa dengan siswa maupun dengan guru.















B.          Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian metode diskusi?
2.        Apa saja macam-macam diskusi?
3.        Apa tujuan penggunaan metode diskusi?
4.        Apa manfaat metode diskusi?
5.        Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode diskusi?
6.        Bagaimana aplikasi metode diskusi?
7.        Bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode diskusi?

C.          Tujuan Penulisan
1.        Mengetahui pengertian metode diskusi
2.        Mengetahui macam-macam metode diskusi
3.        Mengetahui tujuan penggunaan metode diskusi
4.        Mengetahui manfaat metode diskusi
5.        Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode diskusi
6.        Mengetahui aplikasi dalam metode diskusi
7.        Mengetahui bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode diskusi


















BAB II
PEMBAHASAN
A.          Pengertian Metode Diskusi
Metode berasal dari bahasa Yunani “Metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu: “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.[1] Secara istilah, sebagaimana yang disampaikan oleh Armai Arief bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.
Metode merupakan bagian dari komponen dari proses pendidikan serta merupakan bagian yang integral dengan sistem pengajaran, maka dalam perwujudannya tidak dapat dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran yang lain.

Kata “diskusi” menurut Armai Arief berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus” yang berarti “to examine”. “Discussus” terdiri dari akar kata “dis” dan “cuture”. “Dis” artinya terpisah, sementara “cuture” artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya (to clear away by breaking up or cuturing). Secara umum pengertian diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving).[2]
Jadi pengertian metode diskusi menurut Armai Arief adalah salah satu alternatif, metode / cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat siswa.
Metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang pemikiran serta berbagai jenis pandangan. Ada 3 langkah utama dalam metode diskusi:
-            Penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta pendapat, evaluasi dan pemecahan dari murid.
-            Bimbingan, yaitu pengarahan yang terus-menerus dan secara bertujuan yang diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.
-            Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi.
Keberhasilan metode diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu: pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan rasa saling menghormati.[3]

B.          Macam-Macam Diskusi
Untuk dapat malaksanakan diskusi di kelas, seorang Guru harus mengetahui terlebih dahulu tentang jenis-jenis diskusi, sehingga dalam pelaksanaannya dapat menyesuaikan jenis diskusi apa yang akan digunakan. Ditinjau dari sudut formalitas dan jumlah peserta yang mengikutinya, diskusi digolongkan menjadi:
1.        Diskusi Formal
Diskusi ini terdapat pada lembaga-lembaga pemerintahan atau semi pemerintahan, dimana dalam diskusi itu perlu adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur secara formal, contoh: siding DPR 9.[4] Sedangkan menurut M. Syah, aturan yang dipakai dalam diskusi ini ketat dan rapi. Jumlah peserta umumnya lebih banyak bahkan dapat melibatkan seluruh siswa kelas. Ekspresi spontan dari peserta biasanya dilarang sebab tiap peserta yang akan berbicara harus dengan izin moderator untuk menjamin ketertiban diskusi.
2.        Diskusi Informal
Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada diskusi-diskusi lainnya, karena sifatnya yang tidak resmi. Penerapannya bisa dalam diskusi keluarga, dan dalam belajar mengajar dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar dimana satu sama lain bersifat “Face to face relationship”.
3.        Diskusi Panel
Dalam diskusi ini ada dua kategori peserta, yaitu: peserta aktif dan non aktif. Peserta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi, sedangkan peserta non aktif hanya menjadi pendengar. Adakalanya peserta non aktif ini terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki wakil-wakil yang ditugasi berbicara atas nama kelompoknya.
4.        Diskusi dalam bentuk Symposium
Diskusi ini hampir sama dengan diskusi formal lainnya, hanya saja diskusi symposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih (umumnya lebih). Pemrasaran secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya mengenai topik yang sama atau salah satu dari topik yang sama tersebut. Dan diskusi symposium ini biasanya tidak mencari kebenaran tertentu.
5.        Lecture Discussion
Diskusi ini dilaksanakan dengan membeberkan suatu persoalan, kemudian didiskusikan. Disini biasanya hanya satu pandangan atau satu persoalan saja.
6.        Whole Group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.
7.        Buzz Group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari 4-5 orang. tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
8.        Sundicate Group
Suatu kelompok (kelas) dibagi mejadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada siswa, guru menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (sydicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.
9.        Rain Storming Group
Dalam diskusi ini setiap kelompok harus menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasi belajar yang diharapkan agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang dianggap benar.
10.    Fish Bowl
Diskusi ini dipimpin oleh satu orang yang mengetahui sebuah diskusi dan tujuan diskusi ini adalah untuk mengambil suatu kesimpulan. Dalam diskusi ini tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap ke peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkok (fish bowl).[5]

C.          Tujuan Penggunaan Metode Diskusi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia seringkali dihadapkan pada persoalan-persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara pemecahan dan mencari jalan yang terbaik.
Tambahan pula banyak masalah di dunia dewasa ini yang memerlukan pembahasan oleh lebih satu orang saja, yakni masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. Dan apabila demikian maka musyawarah atau diskusilah yang memberikan kemungkinan pemecahan yang terbaik.
Adapun tujuan penggunaan metode diskusi adalah:
1.        Berpikir secara demokratis.
2.        Pemecahan masalah secara demokratis.
3.         Partisipasi peserta didik.

D.          Manfaat Metode Diskusi
Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar siswa, antara lain:
1.        Membantu siswa untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik daripada memutuskan sendiri.
2.        Siswa tidak terjebak kepada jalan pemikiran sendiri yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit.
3.        Diskusi kelompok/kelas memberi motifasi terhadap berfikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap apa yang sedang mereka pelajari.
4.        Diskusi juga membantu mengerahkan atau mendekatkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota kelas.
5.        Untuk mencari suatu keputusan suatu masalah.
6.        Untuk menimbulkan kesanggupan pada siswa dalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga dapat diterima orang lain.
7.        Untuk membiasakan siswa mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap toleran.[6]
Apabila dilaksanakan dengan cermat maka diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan ide-ide, uneg-uneg dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu sehingga dapat pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan mendatangkan keputusan dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial.

E.          Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
1.        Kelebihan metode diskusi.
-       Suasana kelas lebih hidup sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan yaitu partispasi siswa dalam metode ini lebih baik.
-       Dapat menaikkan prestasi individu seperti: toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sabar dansebagainya.
-       Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa karena para siswa mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan.
-       Para siswa dilatih belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu masalah musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya.
-       Rasa sosial mereka dapat dikembangkan karena bisa saling membantu dalam memecahkan soal atau masalah dan mendorong rasa kesatuan.
-       Memperluas pandangan.
-       Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.
2.        Kekurangan metode diskusi
-       Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
-       Sulit menduga hasil yang dicapai karena waktu yang digunakan untuk diskusi cukup panjang.
-       Kadang-kadang terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi penyimpangan, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
-       Dalam diskusi menghendaki pembuktian yang logis.
-       Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
-       Peserta mendapat informasi yang terbatas.
-       Dalam peleksanaan diskusi mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
-        Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.[7]

F.           Aplikasi Metode Diskusi
Pada dasarnya metode diskusi diaplikasikan untuk:
-            Mendorong siswa berpikir kritis.
-            Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
-            Mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama.
-            Mengambil satu alternatif jawaban/beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
-            Membiasakan siswa suka mendengar pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri.
-            Membiasakan bersikap toleran.[8]
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya aplikasi metode diskusi mempunyai sisi positif dan sisi negatif.
1.        Sisi positif
-       Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang.
-       Memberikan pelajaran bersikap toleran, demokrat, kritis dan berfikir sistematis kepada siswa.
-       Kesimpulan-kesimpulan dari masalah yang sedang didiskusikan dapat secara mudah diingat siswa.
-       Memberikan pengalaman kepada siswa tentang etika bermusyawarah.
2.        Sisi negatif
-       Jalannya diskusi akan lebih sering didominasi oleh siswa yang pandai.
-       Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemana-mana.
-       Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi.
Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di atas, maka Guru yang berkehendak menggunakan metode diskusi sebaiknya mempersiapkan segala sesuatunya dengan rapi dan sistematis terlebih dahulu. Dan dalam hal ini, peran seorang Guru sebagai encourager yang memberi encouragement (dorongan semangat dan membesarkan hati) sangat diperlukan, terutama oleh siswa yang tergolong kurang aktif atau pendiam.

G.         Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Diskusi
Umumnya situasi belajar kreatif lebih banyak menuntut siswa untuk aktif untuk melakukan kegiatan fisik dan diskusi. Sebagai pengajar di kelas, kita tidak dapat menuntut siswa untuk duduk rapi dan diam ditempatnya masing-masing. Guru harus lebih toleran dan menyadari akan kesibukan siswanya. Namun, guru juga harus dapat membedakan antara kesibukan yang aktif dan diskusi yang produktif dengan kesibukan dan diskusi yang hanya sekedar ‘mengobrol’. Peran guru harus terbuka, mendorong siswa untuk aktif belajar dapat menerima gagasan siswa, memupuk siswa untuk memberikan kritik membangun dan mampu memberikan penilaian terhadap diri sendiri, menghindari hukuman atau celaan terhadap ide yang tidak biasa, dan menerima perbedaan waktu dan kecepatan setiap siswa dalam menuangkan ide-ide barunya.
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan divergen (terbuka). Pertanyaan seperti ini dapat merangsang diskusi karena memiliki banyak kemungkinan jawaban. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka. Agar tampak manfaatnya, pertanyaan terbuka harus mencakup bahan yang cukup dikenal siswa. Oleh karena itu, guru pun disarankan untuk tetap berada dalam jalur tujuan instruksional dari suatu pokok bahasan.
Melalui diskusi kelompok, anak memperoleh pengalaman dan latihan mengungkapkan diri secara lisan dan berkomunikasi dengan orang lain. Diskusi memungkinkan pengembangan penalaran, pemikiran kritis, dan kreatif, serta kemampuan memberikan pertimbangan dan penilaian. Di lain pihak peran guru juga sangat penting karena ia harus menjadi fasilitator yang dapat mengenalkan masalah dan memberikan informasi yang diperlukan siswa untuk membahas masalah. Selain itu guru juga harus tahu pada saat kapan peran sertanya diperlukan, misalnya diskusi menjadi menyimpang dari materi yang harus dibahas umtuk menghindari kesalahan-kesalahan tersembunyi. Meskipun peran aktif dari siswa diperlukan, namun siswa juga tetap memerlukan bimbingan dan pengarahan sesuai bakat dan kemampuannya.
Pertanyaan-pertanyaan, seperti apa akibatnya ..., seandainya ..., umumnya pertanyaan yang dapat merangsang imajinasi siswa untuk menampilkan gagasan baru, khususnya penemuan baru. Guru yang mendorong proses pemikiran yang tidak hanya mengenai data yang sudah ada akan menghasilkan anak yang bukan hanya pelaksana, tetapi juga pemikir, penemu maupun pencipta.
Tujuan digunakannya diskusi kelompok ini adalah melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat, dan mau menerima kritikan kalau pendapatnya memang kurang benar. Melalui diskusi kelompok ini siswa dapat menguji kebenaran pendapatnya mengenai sesuatu hal.
Adakalanya dalam diskusi kelompok ini didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Untuk menghindari hal ini perlu adanya moderator yang dapat mengatur lalu lintas pembicaraan di dalam diskusi kelompok tersebut.
Disamping itu, dengan metode diskusi dapat melatih siswa menghargai pendapat orang lain. Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis, menilai perannya dalam diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan pelajaran yang diperoleh di sekolah, memotivasi dan mengkaji lebih lanjut. Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, mengklasifikasi, menyusun hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan, mengaplikasikan teori, dan mengkomunikasikan pendapat. Melatih keberanian untuk mengutarakan pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi rasional sehubungan dengan pendapat yang dikemukakannya.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Itulah sebabnya sejak diberlakukan kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa digunakan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif ini siswa harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Supaya siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik benar maka siswa perlu dilatih sebanyak-banyaknya atau diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk melakukan kegiatan ber-komunikasi atau dalam hal ini dinamakan dengan berdiskusi. Itulah sebabnya, dalam pembelajaran bahasa dengan pendekatan komunikatif, yang ditekankan adalah mengembangkan kompetensi komunikasi siswa untuk mendukung performasi komunikasi siswa.
Itulah sebabnya, mengapa metode diskusi sangat diperlukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, karena metode diskusi menjadikan siswa untuk berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Metode diskusi juga memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat, dan memberikan solusi terhadap masalah yang dibahas. Dengan demikian akan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.


BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
·           Metode diskusi adalah salah satu alternative, metode/cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat siswa.
·           Macam-macam diskusi : Diskusi Formal, Diskusi Informal, Diskusi Panel, Diskusi dalam bentuk Symposium, Lecture Discussion, Whole Group, Buzz Group, Sundicate Group, Rain Storming Group dan Fish Bowl
·           Adapun tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk berpikir secara demokratis. Pemecahan masalah secara demokratis. Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran serta membimbing peserta didik untuk saling menghormati dan menerima pendapat orang lain.
·           Manfaat metode diskusi salah satu diantaranya ialah Untuk membiasakan siswa mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap toleran
·           Dalam metode diskusi juga terdapat kelebihan dan kekurangan tersendiri dan metode ini pun diaplikasikan salah satunya untuk mendorong siswa berpikir secara kritis
·           Metode diskusi sangat diperlukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, karena metode diskusi menjadikan siswa untuk berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
·           Metode diskusi merupakan salah satu metode yang berhasil dalam memotivasi belajar siswa sehingga siswa antusias dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia


DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu Ahmadi. 1986. Metode Khusus Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. Bima Aksara
 Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Intermasa
Hasibuan dan Moedjiono, 1986. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media
Santosa, Puji, dkk. 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Solehan, T. W. , dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Zuhairini, dkk., 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama. Solo: Ramadhan


Situs Web:

-            http://www.seorangpelajar.com/2015/11/makalah-penerapan-metode-diskusi-untuk-memotivasi-siswa-dalam-belajar.html?m=1 (Dikutip sebagian pada hari Senin, 21 November 2016. Jam 13.30 WIB)
-            http://sumigiyati.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1 (Dikutip sebagian pada hari Senin, 21 November 2016. Jam 13.30 WIB)





[1] Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002), hal. 40
[2] Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam …,hal.145
[3] Muhaimin, dkk. Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), hlm. 83-84
[4] Abu Ahmadi, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta : PT. Bima Aksara, 1986), hlm. 114
[5] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), hlm. 20-23
[6] Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama (Solo: Ramadhan, 1983), hlm. 89-90
[7] Zuhairini, dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama…, 90-91
[8] Zuhairini, dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama…, 103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah tentang Ekonomi Islam

BAB    I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Islam merupakan agama yang kaffah , yang mengatur segala perilaku kehidupan ma...