Rabu, 26 April 2017

Makalah Sains dan Agama



BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Banyak orang berasumsi bahkan berkesimpulan bahwa sains hanya untuk sains. Sains itu netral dan tak pernah ada sains yang ditunggangi ideologi, kepercayaan atau agama tertentu. Maka banyak orang yang berpendapat bahwa istilah "sains Islam" itu hanya isapan jempol dan ilusi belaka. Bahkan, upaya-upaya islamisasi ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh beberapa kalangan selama ini hanya khayalan belaka dan lebih ke arah justifikasi sains dengan dalil-dalil agama.
Itulah beberapa kecurigaan umum yang terjadi di kalangan beberapa sarjana belakangan. Namun, sebelum kita terburu-buru berkesimpulan seperti di atas, ada baiknya kita mencoba kroscek lagi, apa betul sains itu netral, apa memang dalam Islam tidak ada sains?




B.          Rumusan Masalah
1.        Bagaimana hubungan antara Sains (Akal) dan Agama (Wahyu)?
2.        Apa saja ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan Sains?
3.        Bagaimana pembuktian Sains dalam Islam menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits?

 
C.          Tujuan Penulisan
1.        Mengetahui hubungan antara Sains (Akal) dan Agama (Wahyu)
2.        Menjelaskan ayat-ayat apa saja yang ada didalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan Sains
3.        Membuktikan Sains dalam Islam baik menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits
 









BAB II
PEMBAHASAN
A.          Hubungan Sains dan Islam
            Islam dan Sains, dua kata berbeda yang mempunyai makna berbeda pula. Islam yang berasal dari kata "salama" berarti mengandung selamat dan penyerahan diri secara penuh pada syariatnya. Sedangkan sains yang merupakan bagian dari 'ilm dapat dipahami sebagai ilmu alam yang dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam sains sebagian orang menganggap pembuktian kebenaran itu harus dapat dilakukan dengan metodologi yang sistematis, maka sebagian yang lain memahami bahwa agama atau Islam kebenarannya adalah berdasar pada keyakinan adanya sang Ghaib yang "mengadakan" segala sesuatu yang "ada" di dunia ini.
            Hal dasar yang kemudian menarik ditelaah sebagai konsekuensi logis dari ajaran tauhid ialah perkembangan sains, sebagaimana pernah terjadi dalam sejarah Islam selama kurun waktu abad ke-7 hingga abad ke-13. Dengan berpijak pada perspektif tauhid, dinamika perkembangan Islam selama kurun waktu tersebut benar-benar diwarnai oleh besarnya perhatian terhadap sains. Bagaimana ajaran tauhid memiliki hubungan yang niscaya dengan perkembangan dan kamajuan sains, semuanya kembali pada hakikat tauhid itu sendiri. Bahwa dengan tauhid, terbentuk pandangan dunia (Weltanschauung) manusia yang menempatkan segenap hal ihwal di luar Tuhan Yang Maha Esa sebagai sesuatu yang serba nisbi dan tak abadi. Kalimah La ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah) memang merupakan pernyataan tauhid yang singkat, namun maknanya mendalam dan memiliki dampak sosial-politik yang sangat dinamis dan progresif. Melalui kalimah tauhid ini, semua bentuk dan jenis kekuasaan apa pun di muka bumi haruslah dinegasikan. Hanya Allah, Tuhan yang memiliki kekuasaan mutlak; selain-Nya bersifat nisbi. [1]
            Tauhid sebagai landasan pijak pengembangan sains dapat dilacak geneologinya pada terbentuknya konsepsi tentang Tuhan dalam pengertian yang spesifik. Bahwa Tuhan adalah pengetahuan tentang alam semesta sebagai salah satu efek tindak kreatif Ilahi.[2] Pengetahuan tentang hubungan antara Tuhan dan dunia, antara Pencipta dan ciptaan, atau antara prinsip Ilahi dengan manifestasi kosmik, merupakan basis paling fundamental dari kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual. Berilmu pengetahuan menurut Islam lalu sama dan sebangun maknanya dengan: (i) Menyatakan ketertundukan pada tauhid, dan (ii) elaborasi pemahaman secara saitifik terhadap dimensi-dimensi kosmik alam semesta. Itulah mengapa, Al Qur’an kemudian berperan sebagai sumber intelektualitas dan spiritualitas Islam.[3] Al Qur’an berfungsi sebagai basis bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual, tetapi bagi semua jenis pengetahuan. Al Qur’an sebagai kalam Allah merupakan sumber utama inspirasi pandangan Muslim tentang keterpaduan sains dan pengetahuan spiritual.[4] Gagasan keterpaduan ini bahkan merupakan konsekuensi dari gagasan keterpaduan semua jenis pengetahuan. [5]
            Sains dalam formulasi tauhid, termaktub ke dalam narasi kalimat seperti berikut: “Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui berbagai cara dan jalan. Tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan yang Maha Mengetahui. Menurut pandangan Al Qur’an, pengetahuan manusia tentang benda-benda maupun hal-hal ruhaniah menjadi mungkin karena Tuhan telah memberinya fakultas-fakultas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Banyak filosof dan ilmuwan Muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia mendapatkan pencerahan dari akal Ilahi”.[6] Sains dalam formulasi tauhid yang sedemikian rupa itu menegaskan satu hal, bahwa ilmu pengetahuan, filsafat dan berbagai hal yang terkait dengan semua itu sesunguhnya berada di wilayah Ketuhanan. Manusia takkan mampu menguasai semua itu jika dan bilamana tak ada kehendak untuk masuk ke dalam wilayah Ketuhanan. Dan hanya dengan tauhid manusia mampu menyentuh, mengetuk serta masuk ke dalam wilayah Ketuhanan yang di dalamnya terdapat khazanah ilmu yang tak terbatas (Q.S. Thaahaa 20: 114).

            Hubungan antara sains dalam perspektif Islam yaitu Islam memberi kebebasan kepada para sainistik untuk mengkaji. Sains Islam menjadikan wahyu sebagai sumber rujukan yang tertinggi. Dalam etika yang lain, dalam Islam, wahyu mengatasi akal karena wahyu datang daripada kuasa tanpa batas sedangkan akal terbatas, dan sains tidak boleh mengatasi wahyu. Oleh karena itu, sains dalam Islam adalah sains yang berkonsepkan tauhid. Sains dalam Islam tunduk kepada prinsip-prinsip yang ditetapkan Allah melalui rasulnya. Sains dalam Islam tunduk kepada al-Quran.[7]
            Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan sains dan Islam adalah Islam sebagai sumber dari ilmu pengetahuan. Al-Qur’an dijadikan landasan dan pedoaman dalam pengembangan sains. Sains membuktikan kebenaran yang ada dalam Al-Quran. Islam tidak pernah mengekang umatnya dalam kemajuan kearah yang lebih modern. Islam sangat mendukung umatnya melakukan penelitian, percobaan dan memerintahkan manusia memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah.
            “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali-Imran: 190-191).
            Melalui ayat-ayat di atas Allah memerintahkan kita manusia untuk mengembangkan, mengali, mengamati, apa yang ada di alam semesta ini. Al-Quran dan Sains yang sejalan dan searah tentu dapat dijadikan pedoman bagi manusia.
B.          Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Sains
Dalam Ulumul Qur’an dijelaskan tentang pembahasan i’jaz, yaitu pembahasan bahwa Qur’an itu sudah melemahkan semua orang untuk membuat ayat atau kata-kata yang menyerupai Qur’an. Allah berfirman,
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
“Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”” (QS. Al-Isra’: 88)
I’jaz inilah yang salah satu bukti yang menunjukkan bahwa Qur’an merupakan firman Allah yang bisa dijadikan hujjah dalam kehidupan.
Ada berbagai aspek dalam Qur’an yang menjadikannya bisa mengi’jaz, dan salah satunya adalah aspek ilmiah. Maksudnya, apa-apa yang disampaikan dalam Qur’an ternyata menunjukkan terhadap berbagai ilmu pengetahuan atau sains. Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan kebenaran secara ilmiah. Ada ungkapan “Semakin maju perkembangan Ilmu Pengetahuan, maka akan semakin terungkap kebenaran Qur’an”.
Berikut di antara Ayat-ayat yang menjelaskan tentang sains:
1.        Ayat tentang penciptaan alam semesta
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30)
Ayat tersebut berkaitan dengan “Big bang theory” yaitu teori terbentuknya alam semesta yang menyatakan bahwa pada awalnya alam semesta merupakan satu kesatuan, kemudian terjadi ledakan besar yang menghasilkan pecahan-pecahan dan meluas. Teori Big Bang ini adalah teori penciptaan bumi yang paling diakui di era modern. Sebelumnya muncul teori bahwa alam ini statis sejak awal terciptanya. Lalu pada tahun 1929, Ahli astronomi dari Amerika, Edwin Hubble mengemukakan tentang teori Big Bang.
Teori ini berawal dari pengamatan Bubble pada bintang-bintang dengan menggunakan teleskop raksasa. Ketika itu ia menemukan bahwa bintang-bintang itu memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.
2.        Ayat tentang relativitas waktu
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS. Al-Sajadah: 05)
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij: 04)
Kedua ayat di atas berkaitan dengan temuan bahwa waktu akan berjalan lebih lambat seiring dengan kecepatan cahaya. Semakin kita bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya maka semakin lambat pergerakan waktu kita. Teori ini dikemukakan oleh Einstein dimana telah dilakukan penelitian menggunakan dua buah jam atom: jam A dan jam B. Jam A disimpan di bumi, sedangkan jam B dibawa keliling dunia via pesawat jet. Hasilnya? Setelah sampai di bumi lagi, Jam B menunjukkan keterlambatan waktu sepersekian juta detik terhadap jam A.
3.        Ayat tentang lapisan atsmosfer
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. Al-Mulk: 03)
Ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa atmosfer terdiri dari tujuh lapisan, yaitu: troposfer, stratosfer, ozonesfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, dan eksosfer. Sehingga bahasa tujuh langit tersebut menunjuk pada tujuh lapisan atmosfer.
4.        Ayat tentang lapisan bumi
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (QS. Al-Thalaq: 12)
Dalam ayat ini, disamping menjelaskan tentang lapisan langit, Allah juga menjelaskan tentang jumlah lapisan bumi, yakni 7 lapis sebagaimana jumlah lapisan langit. Dalam sains modern disebutkan bahwa bumi terdiri dari tujuh lapis. Teori sebelumnya menyebutkan bahwa bumi terdiri dari tujuh lapis. Kemudian US Geological Survey mengemukakan bahwa bumi terdiri dari tujuh lapis. Ketujuh lapis tersebut adalah: 1). Kerak Samudera yang ketebalan berkisar 5 sampai 15 KM. 2). Kerak Benua yang ketebalan berkisar antara 30 sampai 35 KM. 3). Selubung atas (upper mantle), ketebalan lapisannya 34-400 KM. 4). Selubung transisi, yang mempunyai ketabalan  400-700 KM. 5). Selubung bawah (lower mantle) yang memiliki ketabalan 700-2900 KM. 6). Inti luar (outer core), ketebalannya mencapai 2900 sampai 5100 KM. 7). Inti dalam (inner core), ketebalannya adalah antara 5100 sampai 6370 KM.
5.        Ayat tentang proses terjadinya hujan
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”(QS. Al-Nur: 43)
Berdasarkan ayat tersebut, ada tiga tahap turunnya hujan, yaitu: adanya angin yang menggerakkan awan, berkumpulnya awan, terjadinya hujan. Berdasarkan pengamatan radar, memang ada tiga tahap terjadinya hujan, dan hal itu sama dengan yang dijelaskan dalam Qur’an
C.          Pembuktian sains dalam Islam (Al-Qur’an dan Al-Hadits)
Pembuktian sains dari dulu hingga sekarang dalam pandangan Islam baik menurut Al-Qur’an dan maupun Al-Hadits sudah menunjukkan dan membuktikan kebenaranya. Berikut beberapa hasil penelitian yang membuktikan kebenaran Islam dalam Sains :
1.        Teori Big Bang
Para astronom menemukan (ilmu pengetahuan) bahwa pada awalnya langit dan bumi saling melekat menjadi satu, kemudian keduanya terpisah dari yang lain. Penemuan ini dinamakan dengan teori Ledakan Dahsyat (Big Bang) yang berbunyi, Pada mulanya alam berbentuk massa yang sangat tebal,
berkilau dan sangat panas. Kemudian akibat pengaruh tekanan dahsyat yang
datang dari suhu panasnya yang sangat tinggi maka terjadilah ledakan
dahsyat yang meledakkan massa gas tadi dan melemparkan
kepingan-kepingannya ke seluruh penjuru. Bersama berjalanya waktu, maka
terbentuk planet-planet dan bintang-bintang.
Pada tahun 1989 M, satelit Amerika (NASA) mengirim data-data yang mengokohkan teori ledakan Dahsyat, dan sebelumnya pada tahun 1986 M, Stasiun Antariks Uni Soviet juga mengirimkan data-data yang mengokohkan teori ledakan dahsyat ini. Penemuan ini baru dilihat oleh orang-orang kafir pada masa kita sekarang ini, sementara Allah telah memberitakannya di dalam Al-Qur'an al-Karim bahwa orang-orang kafir akan menyaksikan pengetahuan ini.

óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur  $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya (Q.S. Al-Anbiya : 30)

Dalam tafsir Al-Qur'an disebutkan, kata رَتْفًا maksudnya : melekat (padu).
2.        Langit yang Meluas
Para ahli astronomi menemukan bahwa langit semakin hari semakin meluas, dan di Amerika penemuan ini dipublikasikan lewat media-media masaa. Para ilmuwan menyaksikan lewat teleskop bahwa dunia yang kita tempati ini adalah bentuk yang terus-menerus meluas. Oleh karena itu, benda-benda langit semakin menjauh dari kita (bumi), begitu juga antara benda langit yang satu dengan benda langit yang lain, dengan kecepatan yang kadang-kadang mendekati kecepatan cahaya. Dan Al-Qur'an telah menggambarkan hakikat ini secara jelas. Silahkan lihat dalam ayat yang mulia, Allah swt berfirman,
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷ƒr'Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9 ÇÍÐÈ


Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Q.S. Adz-Dzariyat : 47)

3.        Tentang Penciptaan Bintang
Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman,

* Ixsù ÞOÅ¡ø%é& ÆìÏ%ºuqyJÎ/ ÏQqàfZ9$# ÇÐÎÈ   ¼çm¯RÎ)ur ÒO|¡s)s9 öq©9 tbqßJn=÷ès? íOŠÏàtã ÇÐÏÈ

Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui, (Q.S. Al-Waqiah : 75-76)

Kenapa Rabb kita Yang Maha Suci dan Maha Tinggi bersumpah dengan tempat peredaran bintang? Setelah pengetahuan manusia maju, tampaklah apa yang diberitakan Allah SWT lewat lisan Rasulullah SAW dalam penemuan ini.
Para ilmuwan berkata, Tempat peredaran bintang-bintang merupakan perkara yang agung bagi manusia. Jarak antara bumi dan matahari diperkirakan sekitar 150.000.000 km. bintang yang berjarak paling dekat dengan kita yang berada di luar gugusan matahari (Alpha Centaurus) diperkirakan berjarak sekitar 4,3 kali kecepatan cahaya, sementara satu tahun kecepatan cahaya diperkirakan sekitar 9.500.000 km. sehingga jika cahaya keluar darinya, maka cahaya tersebut baru akan sampai kepada kita setelah lebih dari lima puluh bulan.
Dalam jangka waktu itu bintang tersebut telah bergerak bergeser dari tempatnya dengan jarak yang jauh sekali. Ilmu pengetahuan menyatakan bahwa apabila manusia memandang bintang secara langsung, niscaya dia akan kehilangan penglihatan. Karena bintang yang kita lihat pada kegelapan langit, hanyalah tempat peredaran yang dilalui bintang.

4.        Black Holes
Rabb kita Yang Maha Suci dan Maha Tinggi bersumpah dengan bintang-bintang. Dia berfirman.
Ixsù ãNÅ¡ø%é& ħ¨Zèƒø:$$Î/ ÇÊÎÈ   Í#uqpgø:$# ħ¨Yä3ø9$# ÇÊÏÈ
"Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang (yang bersembunyi (di siang hari), Yaitu bintang-bintang yang beredar dan menyapu. (Q.S. At-Takwir : 15-16)

Ayat ini menggambarkan kita bahwa di antara bintang-bintang yang ada di langit adalah bintang-bintang yang menyapu, dan para ahli astronomi telah menyebutkan hal itu. Seorang ilmuwan Amerika menggambarkan bintang-bintang black holes dengan ungkapannya, Ini adalah penyapu-penyapu raksasa langit yang menghisap, yang tinggi, dan pemakaian Al-Quran Al-Karim bagi bintang-bintang ini dengan istilah bintang yang beredar dan menyapu adalah lebih mengena.

5.        Siang dan Malam
Ilmu modern telah menyingkap bahwa malam menutupi bumi dari segala penjuru, dan menyerupai lapisan tipis yang mirip seperti kulit. Apabila bumi berputar, maka pada siang hari lapisan tipis tersebut lepas. Sehingga dengan perputaran ini terjadi pengulitan siang dari malam. Allah telah menggambarkan penemuan ini dalam ayat berikut. Allah SWT berfirman:
×ptƒ#uäur ãNßg©9 ã@ø©9$# ãn=ó¡nS çm÷ZÏB u$pk¨]9$# #sŒÎ*sù Nèd tbqßJÎ=ôàB ÇÌÐÈ  
"Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan." (Q.S. Yaasin : 37)

6.        Dada Semakin Sesak Ketika Naik ke Udara
Para ilmuwan berkata bahwa perubahan besar pada tekanan udara yang terjadi ketika naik ke angkasa menjadikan dada manusia sesak dan sempit. Blits Pascall, seorang ilmuwan ternama, menyatakan bahwa tekanan udara akan semakin berkurang setiap kita semakin jauh dari permukaan bumi. Dan Allah telah memberitakan dalam ayat ini, apa yang akan terjadi pada manusia jika dia naik ke angkasa. Allah SWT berfirman :
`yJsù ϊ̍ムª!$# br& ¼çmtƒÏôgtƒ ÷yuŽô³o ¼çnuô|¹ ÉO»n=óM~Ï9 ( `tBur ÷ŠÌãƒ br& ¼ã&©#ÅÒムö@yèøgs ¼çnuô|¹ $¸)Íh|Ê %[`tym $yJ¯Rr'Ÿ2 ߨè¢Átƒ Îû Ïä!$yJ¡¡9$# 4 šÏ9ºxŸ2 ã@yèøgs ª!$# }§ô_Íh9$# n?tã šúïÏ%©!$# Ÿw šcqãZÏB÷sムÇÊËÎÈ

"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit." (Q.S. Al-An'am : 125)

7.        Benda Langit Berjalan Menurut Garis Edar
Allah SWT berfirman :
Ÿw ߧôJ¤±9$# ÓÈöt7.^tƒ !$olm; br& x8Íôè? tyJs)ø9$# Ÿwur ã@ø©9$# ß,Î/$y Í$pk¨]9$# 4 @@ä.ur Îû ;7n=sù šcqßst7ó¡o ÇÍÉÈ
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q.S. Yasiin: 40)

Kepler, seorang ahli astronomi, menemukan bahwa matahari dan planet-planet lain yang mengikutinya beredar pada orbitnya masing-masing sesuai dengan aturan. Pada abad 19 M, seorang astronom, Richard Carrington, dia menemukan bahwa matahri danplanet-planet yang mengikutinya, keseluruhannya berputar pada orbitnya masing-masing sesuai dengan aturan dan keseimbangan tertentu.

8.        Hujan
Para astronot menemukan bahwa lapisan atmosfer bumi berfungsi mengembalikan air yang telah menguap ke bumi dalam bentuk hujan melalui perputaran yang terus menerus yang disebut dengan siklus penguapan air. Allah telah bersumpah dengan ayat ini, dan Dia berfirman,
Ïä!$uK¡¡9$#ur ÏN#sŒ Æìô_§9$# ÇÊÊÈ
"Demi langit yang mengandung hujan" (Q.S. Ath-Thariq : 11)
Tafsir:
ayat ini menyebutkan bahwa langit mengembalikan hujan pada setiap tahun.

9.        Adzan di Bulan
Astronot pertama yang berhasil mendarat dipermukaan bulan bernama Armstrong. Dia mengumumkan keislamannya ketika dia menziarahi Kairo. Dalam perjalanannya berkeliling dunia, dia mendengar adzan Zhuhur. Dia bertanya-tanya di tengah rasa kagetnya disebabkan suara itu, maka orang-orang mengatakan, "Itu suara mu'adzin yang mengingatkan kaum Muslimin waktu shalat." Maka dia mengumumkan kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya bahwa alunan adzan yang didengarnya dalah sama persis dengan alunan yang didengarnya ketika pertama kali menginjakkan kudua kakinya di atas permukaan bulan."

10.    Bulan terbelah
Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman :
ÏMt/uŽtIø%$# èptã$¡¡9$# ¨,t±S$#ur ãyJs)ø9$# ÇÊÈ
"Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan"(Q.S. Al-Qamar : 1)

Ini merupakan mukjizat inderawi yang disaksikan orang pada masa Rasulullah SAW. Di dalam hadits dari Anas, diriwayatkan bahwa penduduk Makkah meminta kepada Rasylullah SAW agar mereka diperlihatkan sebuah mukjizat, maka Allah memperlihatkan kepada mereka bulan terbelah sebanyak dua kali.
Pada masa kita sekarang ini, para ahli stronomi Amerika berkata, "Bulan pernah terbelah suatu ketika. kemudian menyatu. Kita menemukan adanya sabuk batu yang telah berubah membelah bulan dari permukaannya hingga ke pusatnya dan terus sampai ke permukaannya lagi. Maka kami berkonsultasi kepada ahli bumi dan ahli geologi. Mereka mengatakan. "Ini tidak mungkin terjadi, kecuali jika memang bulan pernah terbelah kemudian menyatu"."

11.    Tempat Terendah di Bumi
Allah telah mengabarkan tempat yang paling rendah di permukaan bumi dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman:
$O!9# ÇÊÈ   ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ   þÎû oT÷Šr& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ šcqç7Î=øóuy ÇÌÈ
Alif Laam Miim. Bangsa Romawi telah dikalahkan di negeri yang terendah dan sesudah dikalahkan mereka akan menang." (Q.S, Ar-Ruum : 1-3)

Ilmu geologi telah membuktikan bahwa Laut Mati yang menjadi tempat pertempuran antara Bangsa Persia dan Bangsa Romawi pada tahun 624 M merupakan bagian bumi yang paling rendah secara mutlak. Di mana nisbat kerendahannya mencapai kurang lebih 400 meter di bawah permukaan air laut. Tempat itu merupakan permukaan bumi yang paling rendah secara mutlak.

12.    Bertemunya Batas Laut
Pada tahun 1973 M, kapal Inggris melakukan penelitian di tengah laut selama tiga tahun, dan mereka mendirikan pelabuhan-pelabuhan di laut. Penelitian modern itu menemukan bahwa air laut walaupun tampak satu jenis, namun terdapat banyak perbedaan besar antara massa air yang satu dengan yang lainnya.
Pada daerah-daerah yang di dalamnya bertemu dua jenis laut yang berbeda akan ditemukan sekat antara keduanya. Sekat ini memisahkan kedua laut itu, di mana masing-masing laut memiliki suhu panas, rasa asin, dan kepadatan tersendiri. Penemuan ini sama seperti yang diberitakan Allah dalam ayat ini. Allah SWT berfirman:
ylttB Ç`÷ƒtóst7ø9$# Èb$uÉ)tGù=tƒ ÇÊÒÈ   $yJåks]÷t/ Óˆyöt/ žw Èb$uÉóö7tƒ ÇËÉÈ  
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing." (Q.S. Ar-Rahman : 19-20)

13.    Curah Hujan
Para ahli cuaca telah sampai kepada penemuan ini, mereka berkata, "Kuantitas curah hujan yang turun pada tahun ini pada bola bumi sama dengan kuantitas curah hujan yang turun pada setiap tahun. Akan tetapi, yang berbeda hanya tempat pembagiannya di atas bumi."
Dan Rasulullah SAW telah memberitakan pengetahuan ini di dalam hadits. Beliau bersabda.

"Tidakkah curah hujan pada sebuah tahun lebih sedikit daripada curah hujan pada tahun yang lain, hanya saja Allah memalingkannya (ke tempat yang lain)." (Dari Ibnu Abbas, Silsilah as-Hadits ash-Shahihah, no. 2461)

14.    Air Hujan yang Menumbuhkan
Pada konferensi internasional I di Islamabad, salah seorang ahli tumbuh-tumbuhan maju seraya berkata, "Apabila hujan jatuh ke tanah, maka ia menjadikan butiran-butiran tanah bergetar dan mengembang, yakni bertambah besar disebabkan air yang masuk di antara butiran-butiran ini. Apabila butiran-butiran ini telah penuh dengan air, maka jadilah ia sebagai penampung air." Penemuan ini telah Allah SWT beritakan kepada kita dalam Al-Qur'an pada firmanNya.
ts?ur šßöF{$# ZoyÏB$yd !#sŒÎ*sù $uZø9tRr& $ygøŠn=tæ uä!$yJø9$# ôN¨tI÷d$# ôMt/uur ôMtFt6/Rr&ur `ÏB Èe@à2 £l÷ry 8kŠÎgt/ ÇÎÈ
“...dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Q.S. Al-Hajj : 5)

Dan masih banyak pembuktian Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam Sains. Beberapa pembuktian diatas hanya sebagian kecil dari tanda kebenaran Allah atas segala Firman-Nya.



 

BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
·                Hubungan sains dan Islam adalah Islam sebagai sumber dari ilmu pengetahuan. Al-Qur’an dijadikan landasan dan pedoaman dalam pengembangan sains. Sains membuktikan kebenaran yang ada dalam Al-Quran. Islam tidak pernah mengekang umatnya dalam kemajuan kearah yang lebih modern. Islam sangat mendukung umatnya melakukan penelitian, percobaan dan memerintahkan manusia memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah.

·                Ada banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan taentang sains, diantaranya: tentang penciptaan langit dan bumi, ayat tentang relativitas waktu, ayat tentang lapisan atmosfer, ayat tentang lapisan bumi, ayat tentang proses turunnya hujan dan masih banyak lagi


·                Di zaman modern seperti saat inipun, begitu banyak pembuktian-pembuktian tentang kebenaran Al-Qur’an yang telah diteliti oleh para ahli yang tersebar diseluruh penjuru dunia, baik dari umat Muslim maupun non-Muslim. Diantaranya pembuktian tentang : teori Big Bang, langit yang meluas, penciptaan bintang, Black Holes, siang dan malam, dada akan terasa sesak jika naik udara, benda langit beredar mengelilingi garis edarnya, hujan, adzan di bulan, bulan terbelah, tempat terendah di bumi, bertemunya batas laut, curah hujan, air hujan dan menumbuhkan dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Osman, Tauhid dan Sains, Esai-Esain Tentang Sejarahdan Filsafat Sains Islam,Penerjamah: Yuliani Liputo, Bandung: Pustaka Hidayah, 1995.
Barbour, Ian G., Juru Bicara Tuhan, Antara Sains dan Agama, Terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan, 2002.
Buccaile, Maurice, Bible, Qur'an dan Sains Modern, terj; H.M. Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang, 1999.
Haught, John F., Perjumpaan Sains dan Agama; dari Konflik ke Dialog, Bandung: Mizan, 2004.
Masruri, Hadi & H. Imron Rossidy, Filsafat Sains dalam Alquran: Melacak Kerangka Dasar Integrasi Ilmu dan Agama,  Malang: UIN-Malang Press, 2007.
Nugroho, Wahyu, Teologi Kristen dalam Konteks Sains; Kajian Kritis atas Gagasan Arthur Peacocke", dalam Journal of Religion Issues, I:01, 2003.
Peters, Ted, dkk ed., Tuhan, Alam, Manusia; Perspektif Sains dan Agama, Penerj. Ahsin Muhammad, dkk, Bandung: Mizan, 2006.
Situs Web :

(dikutip Jum’at, 25 Desember 2015, jam : 10.00 WIB)




[1] Op. cit, Said Aqil Siroj, hal. 59-60
[2] Op. cit , Osman Bakar, hal. 74
[3] Achmad Baiquni, Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal. 9-62
[4] Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta : Sisi-Sisi Al-Qur’an Yang Terlupakan, (Bandung : Mizan, 2008) , hal. I88-194
[5] Op, cit, Osman Bakar, hal. 74
[6] ibid. hal. 74
[7] M. Amin Abdullah, Etika Tauhidik Sebagai Dasar Kesatuan Epitemologi Keilmuan Umum Dan Agama, (Yogyakarta : SUKA Press, 2004, hal. 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah tentang Ekonomi Islam

BAB    I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Islam merupakan agama yang kaffah , yang mengatur segala perilaku kehidupan ma...