Kamis, 27 April 2017

Makalah Hadits tentang Hisab dan Syafaat



PEMBAHASAN HADITS
(2) Hisab dan Syafaat

A.     Ketentuan Hisab
Hadits 1
1.        Hadits dan Terjemahnya


حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ أَخْبَرَنَا نَافِعُ بْنُ عُمَرَ قَالَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. كَانَتْ لَا تَسْمَعُ شَيْئًا لَا تَعْرِفُهُ إِلَّا رَاجَعَتْ فِيهِ حَتَّى تَعْرِفَهُ وَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى -فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا?- قَالَتْ: فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Maryam berkata, telah mengabarkan kepada kami Nafi' bin Umar berkata, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abu Mulaikah bahwa Aisyah istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah mendengar sesuatu yang tidak dia mengerti kecuali menanyakannya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sampai dia mengerti, dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda: "Siapa yang dihisab berarti dia disiksa" Aisyah berkata: maka aku bertanya kepada Nabi: "Bukankah Allah Ta'ala berfirman: "Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang ringan" Aisyah berkata: Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang dimaksud itu adalah pemaparan (amalan). Akan tetapi barangsiapa yang didebat hisabnya pasti celaka". (H.R. Bukhari: 100)
2.        Kandungan Hadits
 العرض berarti menghadapkan seorang hamba didepan pengadilan Allah.
نوقش  (dihisab dengan teliti). Maksudnya, bahwa pemeriksaan Allah terhadap seorang Hamba akan menyebabkan adanya siksaan, karena perbuatan baik seorang hamba tergantung apakah perbuatan tersebut diterima atau tidak. Jika bukan karena rahmat Allah yang menjadikan amal perbuatan tersebut diterima disisinya, maka dia tidak akan selamat dari siksaan.
  Hadits ini menjelaskan antusiasme Aisyah untuk memahami makna setiap hadits, dan Nabi pun tidak pernah merasa bosan untuk menjelaskan setiap ilmu yang ditanyakan, maka hadits ini mengandung isyarat diperbolehkannya mengadakan dialog dan mendiskusikan sesuatu, menghubungkan Sunnah dan al-Qur’an serta perbedaan manusia dalam pemeriksaan (hisab) Allah.
Imam Ibnu Abil Izz (wafat tahun 792 H) menjelaskan, makna hadits ini adalah, seandainya Allah memeriksa dengan menghitung amal kebajikan dan keburukan dalam hisab hambaNya, tentulah akan mengadzab mereka dalam keadaan tidak menzhalimi mereka sedikitpun, namun Allah memaafkan dan mengampuninya.[1]
Demikian juga umat Islam, sepakat atas hal ini.[2] Sehingga apabila seseorang mengingkari hisab, maka ia telah berbuat kufur, dan pelakunya sama dengan pengingkar hari kebangkitan.[3]

3.        Relevansi Hadits dengan Ayat Al-Qur’an
Kepastian adanya hisab telah dijelaskan di dalam al Qur`an dan Sunnah. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ ﴿٧﴾ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, [al Insyiqaq / 84 : 7-8].
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ﴿١٠﴾فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا﴿١١﴾وَيَصْلَىٰ سَعِيرًا
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). [al Insyiqaq / 84:10-12].
إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ﴿٢٥﴾ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ
Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka. [al Ghasyiyah / 88 : 25-26].
الْيَوْمَ تُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ ۚ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. [al Mu’min / 40 : 17].

4.        Hikmah Hadits
a.    Pentingnya untuk mengetahui makna hadits yang sebenarnya dari apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dengan menanyakan kepada orang-orang yang berilmu dan mengetahui tentang hadits yang bersangkutan (misalnya para ulama) agar dapat terhindar dari kesalahan dalam memaknai suatu hadits
b.    Semakin semangat untuk senantiasa beramal sholeh agar mendapatkan karunia dan magfirah Allah terutama ketika kita dihisab nanti
c.    Meyakini dengan sepenuh hati, bahwa langkah dan gerak gerik kita tidak akan pernah terlepas dari pengawasan Allah, karena Dia Yang Maha Melihat. Maka dari itu, Hadits ini semata-mata memberikan kita motivasi untuk selalu beramal yang baik agar senantiasa mendapat Ridho-Nya.

Hadits 2
1.        Hadits dan Terjemah
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِقَوْمٍ عَذَابًا, أَصَابَ الْعَذَابُ مَنْ كَانَ فِيهِمْ, ثُمَّ بُعِثُوا عَلَى أَعْمَالِهِمْ.
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Utsman, Telah mengabarkan kepada kami Abdullah telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri telah mengabarkan kepada kami Hamzah bin Abdullah bin Umar, ia mendengar Ibnu Umar radliallahu 'anhuma mengatakan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika Allah menurunkan adzab, maka adzab itu akan mengenai siapa saja yang berada ditengah-tengah mereka, lantas mereka dihisab sesuai amalan mereka." (H.R. Bukhari: 6575)
2.        Kandungan Hadits
 اذا أنزل الله بقوم عذابا  (Apabila Allah menurunkan adzab bagi suatu kaum). Maksudnya, hukuman bagi mereka atas keburukan perbuatan mereka.
أصاب العذاب من كان فيهم  (Adzab itu akan menimpa siapa yang berada ditengah-tengah mereka). Dalam riwayat an-Nu’man, dari Ibnu al-Mubarak disebutkan أصاب به من بين أظهرهم , (Akan menimpa siapa yang berada dikalangan mereka). Redaksi ini diriwayatkan al-Ismaili. Maksudnya, orang-orang berada diantara mereka dan tidak sependapat dengan mereka.
ثم بعثوا على أعملهم  (Kemudian mereka dibangkitkan sesuai perbuatan mereka). Maksudnya, setiap salah satu dari mereka dibangkitkan sesuai amalannya. Jika dia shalil maka balasannya kebaikan, dan bila tidak maka dia dibalas dengan keburukan. Adzab tersebut menjadi pembersih bagi orang-orang shalih dan hukuman bagi orang-orang fasik.

3.        Relevansi Hadits dengan Ayat Al-Qur’an
Allah tidak akan menurunkan adzab kepada mereka, bahkan adzab itu ditolak dengan sebab mereka. Hal ini diperkuat dengan firman Allah surah al-Qashah ayat 59,
$tBur tb%x. y7/u y7Î=ôgãB 3tà)ø9$# 4Ó®Lym y]yèö7tƒ þÎû $ygÏiBé& Zwqßu (#qè=÷Gtƒ öNÎgøŠn=tæ $uZÏF»tƒ#uä 4 $tBur $¨Zà2 Å5Î=ôgãB #tà)ø9$# žwÎ) $ygè=÷dr&ur šcqßJÎ=»sß ÇÎÒÈ
dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam Keadaan melakukan kezaliman.

 Dan Firmannya dalam surah al-Anfal ayat 33,
$tBur šc%Ÿ2 ª!$# öNßgt/ÉjyèãÏ9 |MRr&ur öNÍkŽÏù 4 $tBur šc%x. ª!$# öNßgt/ÉjyèãB öNèdur tbrãÏÿøótGó¡o ÇÌÌÈ
dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun[608]

[608] Di antara mufassirin mengartikan yastagfiruuna dengan bertaubat dan ada pula yang mengartikan bahwa di antara orang-orang kafir itu ada orang Muslim yang minta ampun kepada Allah.

 Ayat ini menunjukkan bahwa adzab akan menimpa siapa saja yang tidak mencegah kemungkaran meski dia tidak melakukan kemungkaran tersebut.
Firman Allah dalam surah an-Nisa ayat 140,
ôs%ur tA¨tR öNà6øn=tæ Îû É=»tGÅ3ø9$# ÷br& #sŒÎ) ÷Läê÷èÏÿxœ ÏM»tƒ#uä «!$# ãxÿõ3ム$pkÍ5 é&töktJó¡çur $pkÍ5 Ÿxsù (#rßãèø)s? óOßgyètB 4Ó®Lym (#qàÊqèƒs Îû B]ƒÏtn ÿ¾ÍnÎŽöxî 4 ö/ä3¯RÎ) #]ŒÎ) óOßgè=÷VÏiB 3 ¨bÎ) ©!$# ßìÏB%y` tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# tûï̍Ïÿ»s3ø9$#ur Îû tL©èygy_ $·èŠÏHsd ÇÊÍÉÈ
dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,

Dari sini diambil pelajaran bahwa anjuran menyingkir dari lingkungan orang-orang kafir dan zhalim dilakukan karena tinggal bersama mereka termasuk menjerumuskan diri dalam kebinasaan. Ini apabila tidak menolong dan ridha atas perbuatan mereka. Sedangkan membangkitkan mereka berdasarkan amal-amal mereka merupakan hukum yang adil, sebab amal shalih hanya diberikan balasannya diakhirat.
Sedangkan didunia, cobaan apapun yang menimpa mereka akan menjadi penghapus perbuatan buruk sebelumnya. Adzab yang dikirimkan didunia untuk orang-orang dzalim juga menimpa orang-orang yang tinggal bersama mereka dan tidak mengingkari kedzaliman. Ini dianggap sebagi balasan atas mereka karena meninggalkan prinsip agama, tetapi pada hari kiamat, setiap orang akan dibangkitkan dan dibalas sesuai dengan amalannya. Dalam hadits ini juga terdapat peringatan dan ancaman keras bagi orang yang tidak mencegah kemungkaran.

4.        Hikmah Hadits
a.     Pentingnya memilih kepada siapa kita menjalin hubungan pertemanan, tentunya hal ini untuk menghindari datangnya adzab Allah ketika kita salah dalam memilih teman/lingkungan yang baik, karena ketika adzab-Nya datang dan menghampiri manusia yang dzolim, maka orang-orang yang disekitarnya pun akan merasakan adzab-Nya pula
b.    Membuat kita menyadari untuk selalu mawas diri dan terus berharap agar kita terhindar dari adzabnya Allah dengan selalu berdo’a dan menjalankan setiap perintah-Nya serta selalu menghindari diri dari setiap apa yang Allah larang
c.     Selalu berhusnudzon kepada Allah terhadap takdir yang telah Allah tetapkan kepada kita dan tetap sabar dalam menjalaninya

B.      Syafa’at Nabi Muhammad
Hadits 3 & 4
1.        Hadits dan Terjemah

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ فَأُرِيدُ, إِنْ شَاءَ اللَّهُ, أَنْ أَخْتَبِيَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Azzuhri telah menceritakan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa Abu Hurairah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap Nabi mempunyai doa yang telah dikabulkan, sedang aku insya Allah terus akan menyimpan doaku sebagai syafaat untuk umatku di hari kiamat nanti." (H.R. Bukhari: 6920)

وَقَالَ لِي خَلِيفَةُ قَالَ مُعْتَمِرٌ سَمِعْتُ أَبِي عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : كُلُّ نَبِيٍّ سَأَلَ سُؤْلًا أَوْ قَالَ لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ قَدْ دَعَا بِهَا فَاسْتُجِيبَ فَجَعَلْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
[Khalifah] pernah berkata kepadaku; [Mu'tamar] mengatakan; saya mendengar [Ayahku] dari [Anas] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Setiap Nabi pernah meminta suatu permintaan -atau beliau bersabda- setiap Nabi mempunyai doa yang telah dikabulkan, sedang aku ingin menyimpan do'aku sebagai syafa'at untuk umatku di hari Kiamat nanti." (H.R. Bukhari: 5830)
2.        Kandungan Hadits
Perdebatan tentang syafaat nabi kepada umatnya telah terjadi sejak dahulu dan masih berlangsung hingga sekarang. Salah satu pihak memandang bahwa syafaat tersebut hanya untuk meninggikan derajat bagi orang-orang beriman dan tidak melakukan dosa. Sedangkan pihak lain juga menyatakan bahwa syafaat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa dan mengeluarkan orang-orang yang telah disiksa di neraka untuk memasuki surga, sebab di dalam hatinya pasti masih memiliki kebaikan walaupun hanya seberat biji sawi.[4]
Dalam hadits menerangkan bahwa tidak ada yang bisa memberikan syafaat kepada sekelompok orang yang meminta syafaat, kecuali Rasulullah. Ketika sekelompok orang tersebut mendatangi Rasulullah, maka Rasul segera menghadap Allah dan memohon kepada Allah agar diringankannya penderitaan umatnya dan memohon agar umat Beliau masuk surga. Allah pun mengabulkan doa Rasulullah dengan rahmat-Nya dan mengampuni dosa.
Adapun syafaat Nabi tersebut berupa doa. Satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah akan mendoakan umatnya di hari akhir agar terbebas dari siksa api neraka. Doa Nabi Muhammad tersebut merupakan keutamaan Beliau atas semua nabi-nabi sebelumnya, doa itu akan diberikan kepada keluarganya dan kepada umatnya. Ibn Bathal mengatakan bahwa hadits tersebut merupakan penjelasan keutamaan Rasulullah atas seluruh nabi-nabi terdahulu pada umatnya lewat doanya yang terkabul bagi umatnya dan keluarganya. Sedangkan al-Sindi mengutarakan bahwa sesungguhnya syafaat itu hanya untuk meninggikan derajat dan bukan bagi orang-orang yang melakukan dosa besar, mereka akan kekal di neraka. Menurut Ibn Mas’ud, orang yang melakukan dosa besar akan diazab, sedangkan bila ia meninggal mengucapkan dua kalimat syahadat maka ia akan dikeluarkan dari neraka.
Mazhab ahli sunnah berpendapat bahwa barangsiapa yang mati dalam keadaan Tauhid, maka ia akan masuk surga, dan bagi orang yang bertaubat ia mendapat karunia masuk surga. Jika ia mati dalam belum bertaubat, maka hal itu diserahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah yang akan mengampuni atau tidak. Sedangkan orang yang melakukan dosa besar dan dia masih meng-esakan Allah, maka baginya akan masuk surga. Untuk orang-orang kafir yang melakukan kebaikan di dunia dia tetap kekal di neraka.
Al-Qadhi al-‘Iyad berkata bahwa bagi golongan Mu’tazilah syafaat Nabi hanya untuk meninggikan derajat saja. Sedangkan al-Nawawi mengutarakan beberapa syafaat nabi Muhammad bagi umatnya, yaitu: (1) Melapangkan orang-orang yang berada di surga, (2) Masuknya segolongan umat tanpa hisab, (3) Menghapus dosa, (4) Megeluarkan orang-orang yang berbuat dosa dari neraka, (5) Mengangkat derajat, (6) meringankan dosa Abu Thalib, (7) bagi orang yang meninggal di Madinah.
3.        Relevansi Hadits dengan Ayat Al-Qur’an
Allah SWT menetapkan adanya syafaat di dalam kitab-Nya dalam banyak tempat dan dengan persyaratan ketat. Allah juga memberitahukan bahwa syafaat itu adalah wewenang-Nya secara penuh, tidak seorang pun yang berhak dan dapat campur tangan.[5] Sebagaimana dalam firman-Nya:
@è% °! èpyè»xÿ¤±9$# $YèŠÏHsd ( ¼ã&©! à7ù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( ¢OèO Ïmøs9Î) šcqãèy_öè? ÇÍÍÈ
Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”  (az-Zumar: 44)
Allah SWT juga memberitahukan bahwa syafaat itu tidak akan ada atau tidak akan terjadi tanpa seizin-Nya, sebagaimana firman-Nya:
Ÿwur ßìxÿZs? èpyè»xÿ¤±9$# ÿ¼çnyYÏã žwÎ) ô`yJÏ9 šcÏŒr& ¼çms9 4 #Ó¨Lym #sŒÎ) tíÌhèù `tã óOÎgÎ/qè=è% (#qä9$s% #sŒ$tB tA$s% öNä3š/u ( (#qä9$s% ¨,ysø9$# ( uqèdur Í?yèø9$# 玍Î6s3ø9$# ÇËÌÈ
dan Tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?" mereka menjawab: (perkataan) yang benar", dan Dia-lah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar[1240]. (Q.S. Saba’: 23)

[1240] Ayat ini menerangkan bahwa pemberian syafa'at hanya dapat Berlaku dengan izin tuhan. orang-orang yang akan diberi izin memberi syafa'at dan orang-orang yang akan mendapat syafa'at merasa takut dan harap-harap cemas atas izin tuhan. tatkala takut dihilangkan dari hati mereka, orang-orang yang akan mendapat syafa'at bertanya kepada orang-orang yang diberi Syafa'at: apa yang dikatakan oleh Tuhanmu?. mereka menjawab: Perkataan yang benar, Yaitu Tuhan mengizinkan memberi syafa'at kepada orang-orang yang disukai-Nya Yaitu orang-orang mukmin.
Ayat di atas menerangkan bahwa pemberian syafa’at hanya dapat berlaku dengan izin Tuhan. Orang-orang yang akan diberi izin memberi syafa’at dan orang-orang yang akan mendapat syafa’at merasa takut dan harap-harap cemas atas izin Tuhan. Tatkala takut dihilangkan dari hati mereka, orang-orang yang akan mendapat syafa’at bertanya kepada orang-orang yang diberi syafa’at: Apa yang dikatakan oleh Tuhanmu?. Mereka menjawab: Perkataan yang benar, yaitu Tuhan mengizinkan memberi syafa’at kepada orang-orang yang disukai-Nya yaitu orang-orang mukmin.[6]
Kemudian mengenai  siapa yang berhak memberikan syafaat, Allah menjelaskan bahwa syafaat itu hanya terjadi jika Dia mengizinkannya. Izin untuk memberikan syafaat Dia khususkan kepada para kekasih-Nya, orang-orang yang bertaqwa, yang diridhoi-Nya, dan dipilih-Nya, sebagaimana firman-Nya:
žw tbqä3Î=ôJtƒ spyè»xÿ¤±9$# žwÎ) Ç`tB xsƒªB$# yZÏã Ç`»uH÷q§9$# #Yôgtã ÇÑÐÈ
Mereka tidak berhak mendapat syafa’at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.” (Q.S. Maryam: 87)
Maksudnya: mengadakan perjanjian dengan Allah ialah menjalankan segala perintah Allah dengan beriman dan bertakwa kepada-Nya. [7]
Lalu mengenai siapakah yang berhak menerima syafaat itu? Allah membatasi penerima syafaat itu hanya di kalangan orang yang diridhai-Nya, sebagaimana firman-Nya:
ãNn=÷ètƒ $tB tû÷üt/ öNÍkÉ÷ƒr& $tBur öNßgxÿù=yz Ÿwur šcqãèxÿô±o žwÎ) Ç`yJÏ9 4Ó|Ós?ö$# Nèdur ô`ÏiB ¾ÏmÏGuŠô±yz tbqà)Ïÿô±ãB ÇËÑÈ
Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaatmelai nkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (al-Anbiya’: 28)
4.        Hikmah Hadits
a.    Semangat untuk selalu ber-shalawat kepada Nabi, mengikuti sunnah-sunnah beliau dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan agar kita mendapatkan sya’faat darinya kelak
b.    Menjaga jiwa, raga dan hati agar selalu beristiqomah dijalan Allah subhanahu wata’ala, agar Dia Ridho kepada kita serta memberikan izin kepada kita untuk menerima syafa’at dari Nabi Muhammad
c.    Sebagai acuan untuk selalu bisa beramal shalih sebagai bukti cinta kita kepada Allah dan rasul-Nya.





















DAFTAR PUSTAKA
·           http://ibnusyafi.blogspot.co.id/2014/11/hisab-dan-syafaat.html (Dikutip sebagian pada Minggu, 19 Februari 2017, jam 8.30 WIB)
·           https://almanhaj.or.id/3705-hisab-pada-hari-pembalasan.html (Dikutip sebagian pada Minggu, 19 Februari 2017, jam 8.30 WIB)
·           https://putrizedzed.wordpress.com/2011/11/19/hadits-tentang-syafaat-rasul/ (Dikutip sebagian pada Minggu, 19 Februari 2017, jam 8.30 WIB)


[1] Syarh al Qaidah ath Thahawiyah, Ibnu Abil Izz al Hanafi, Tahqiq Syuaib al Arnauth, Cetakan Kedua, Tahun 1413H, Muassasah ar Risalah, hlm. 602.
[2] Lihat Syarh al Aqidah al Wasithiyah, Ibnu ‘Utsaimin. Cetakan ke-2, Tahun 1415 H, Dar Ibnul Jauzi. 2/152
[3] Lihat kaset Syarh al Aqidah al Wasithiyah ke-19
[4] Untung Tri Wanarso, Skripsi: Hadis-Hadis tentang Syafaat (Studi Ma’anil Hadis), 2004.
[5] Syekh Hafizh Hakami, 200 Sual Wa Jawab Fi Al-Aqidah Al-Islamiyah (terjemahan: As’ad Yasin), Jakarta: Gema Insani, hlm.150
[6] Departemen Agama RI, Al Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Banten: PT Kalim, hlm.432
[7] Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 312

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah tentang Ekonomi Islam

BAB    I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Islam merupakan agama yang kaffah , yang mengatur segala perilaku kehidupan ma...