Kamis, 27 April 2017

Makalah tentang Tasybih : Tasybih dan unsur-unsurnya, pembagian Tasybih, Tasybih Tamtsil, dan Tasybih Dhimni



BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang
Dalam Bahasa Arab dikenal 3 istilah ilmiah yaitu : Al-Fashahah (tampak dan jelas), Al-Balaghah (sampai dengan indah dan jelas), dan Al-Ushlub (cara atau metode yang tersusun). Satu disiplin ilmu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang sangat indah dan sangat sarat akan makna itu adalah balaghah. Balaghoh merupakan suatu disiplin ilmu yang berdasarkan kepada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub (ungkapan). Balaghah berasal dari balagho yang berarti mencapai target. Jadi, Balaghah secara etymology berarti mencapai target serta tujuan dari sebuah ucapan yang indah dan fasih.
Mengenal Balaghah berarti mengenal kehidupan bangsa Arab serta mengetahui mutu peradaban dan kemajuan akal orang orang Arab yang kemudian dilanjutkan oleh Islam.  Karena balaghah adalah seni keindahan bahasa Arab, sebagaimana juga bangsa lain yang mempunyai seni keindahan dalam bahasa mereka.
Dalam Ilmu bayan dikenal  aspek-aspek keindahan bahasa yang meliputi : Al-Tasybih (perbandingan atau penyerupaan), Al-Hakiki (makna yang sebenarnya), Al-Mazaji (makna kiyasan), Al-Kinayah (kata atau kalimat sindiran), dan Pengaruh ilmu Bayan (dalam retorika bahasa)
Dalam kesempatan kali ini, penulis akan menyajikan kajian Ilmu Bayan khususnya tentang “Tasybih”. Tasybih termasuk uslub bayan yang didalamnya terdapat penjelasan dan perumpamaan. Tasybih merupakan langkah awal untuk menjelaskan suatu makna dan sarana untuk menjelaskan sifat. Dengan Tasybih, maka kita dapat menambah ketinggian makna dan kejelasannya serta juga dapat membuat makna tampak lebih indah dan bermutu. Maka dari itulah penulis membahas tentang tasybih (al-Balaghah) pada makalah ini, agar mahasiswa khususnya dan umumnya bagi para pembaca mampu mengetahui dan mempunyai pengetahuan tentang tasybih (al-Balaghah) serta mampu menerjemahkan Al-Qur’an dan menulis dan mengucapkan ungkapan Bahasa Arab dengan indah.



B.          Rumusan Masalah
1.        Apa itu Tasybih dan unsur-unsurnya?
2.        Apa saja pembagian Tasybih?
3.        Apa itu Tasybih Tamtsil?
4.        Apa itu Tasybih Dhimni?

C.          Tujuan Penulisan
1.        Dapat mengetahui pengertian Tasybih dan unsur-unsurnya
2.        Dapat mengetahui pembagian Tasybih
3.        Dapat menjelaskan pengertian Tasybih Tamtsil
4.        Dapat menjelaskan pengertian Tasybih Dhimni



















BAB I
PEMBAHASAN
Tasybih (Penyerupaan)
A.          Unsur-Unsur Tasybih
1.        Contoh-contoh
a.    Al-Ma’arri menyatakan tentang seseorang yang dipujinya:
Engkau bagaikan matahari yang memancarkan sinarnya walaupun kau berada diatas planet Pluto di tempat yang paling tinggi.
b.    Penyair lain menyatakan :

Engkau bagaikan serigala yang tampil dengan segala keberaniannya, dan bagaikan pedang yang siap menumpas semua penghalang

c.       Penyair lain mengatakan:

Sungguh kelembutan dan kelunakkan perangaimu bagaikan udara sejuk dipagi hari

2.        Pembahasan
Pada bait pertama, si penyair tahu bahwa orang yang dipujanya itu wajahnya bercahaya dan menyilaukan mata, lalu ia ingin membuat perumpamaan yang memiliki sifat paling kuat dalam hal menerangi, dan ternyata ia tidak menjumpai satu hal pun yang lebih kuat dari pada sinar matahari. Maka ia menyerupakannya dengan matahari, dan untuk itu dibubuhi huruf kaf (kata perumpamaan/seperti).
Dalam bait kedua, si penyair memandang orang yang dipujanya memiliki dua sifat, yaitu keberanian dan ketabahan mengatasi segala kesulitan. Ia mencari dua perumpamaan yang masing-masing memiliki sifat yang paling kuat dalam jenisnya. Maka ia menyerupakannya dengan serigala untuk sifat yang pertama dan dengan pedang yang tajam untuk sifat yang kedua. Penyerupaan ini ia nyatakan dengan huruf kaf.
Pada bait ketiga, si penyair mengungkapkan kelemahlembutan akhlak temannya yang sangat menyejukkan hati. Maka ia berusaha membuat perumpamaan yang menonjolkan sifat tersebut dengan gambaran yang kuat. Untuk itu, ia memandang bahwa udara pagi yang sejuk dapat menggambarkannya, maka dirangkailah perumpamaan diantara keduanya. Perumpamaan ini ia nyatakan dengan huruf ka-anna (seakan-akan / sungguh seperti)
Dapat kita lihat pada bait diatas adanya penyerupaan sesuatu kepada sesuatu yang lain kesamaan sifat. Pernyataan yang menunjukan penyerupaan ini adalah huruf kaf atau ka-anna. Penyerupaan tersebut disebut dengan tasybih. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa tasybih harus mengandung empat unsur, yaitu :
a.         Sesuatu yang hendak diserupakan, yang disebut sebagai musyabbah.
b.        Sesuatu yang diserupai. Hal ini disebut sebagai musyabbah bih. Kedua unsur ini disebut sebagai tharafait-tasybih (kedua pihak yang diserupakan).
c.         Sifat yang terdapat pada kedua pihak itu. Hal ini disebut sebagai wajhusy-syabah/wajah syibeh. Disyaratkan sifat tersebut harus lebih kuat dan lenih dikena pada musyabbah bih daripada pada musyabbah, sebagaimana yang dapat dilihat pada contoh-contoh diatas.
d.        Huruf/ kata yang menyatakan penyerupaan. Huruf-huruf ini disebut sebagai adatut-tasybih, yaitu kaaf, ka-anna,  dan sebagainya.[1]


3.        Kaidah-kaidah
(1)          Tasybih adalah penjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal memiliki kesamaan sifat dengan hal yang lain. Penjelasan tersebut menggunakan huruf  kaf atau sejenisnya, baik tersurat maupun tersirat.
(2)          Unsur tasybih ada empat, yaitu musyabbah, musyabbah bih (kedua unsur ini disebut sebagai tharafait-tasybih/ dua pihak yang diserupakan), adat tasybih, dan wajah syibeh. Wajah syibeh pada musyabbah bih disyaratkan lebih kuat dan lebih jelas daripada musyabbah.

4.        Contoh soal :
Al-Ma’arri menyatakan :


Seringkali malam itu indah bagaikan pagi meskipun sehitam toga.


Bintang kejora itu merah bagaikan warna pipi kekasih dan kerlipannya bagaikan degupan hati seseorang yang kasmaran.

Contoh penyelesaian :
No.
Musyabbah
Musyabbah bih
Adat Tasybih
Wajah Syibeh
1.



2.


3.
Dhamir pada kata ka-anna-hu yang kembali kepada kata al-lail.

Suhail


Suhail
As-shubh (pagi)



Wajnatul hibbi


Hati seseorang yang kasmaran
Ka-anna



Kaf


Kaf (yang dianggap ada)
Al-husn (keindahan)

Ihmirar (warna kemerahan)

Al-khafaqan (degupan)

B.          Pembagian Tasybih
1.        Contoh-contoh
a.     
Bila aku rela, maka aku setenang air yang jernih; dan bila aku marah, maka aku sepanas api menyala.
b.        

Aku berjalan pada suatu malam yang gelap dan menakutkan, bagaikan berjalan di tengah laut.

c.    Ibnul Mu’tazz berkata:

Matahari yang bersinar itu sungguh bagaikan dinar (uang logam) yang tampak kuning cemerlang berkat tempaan besi cetakannya

d.   Al-Mutannabi menyatakan tentang Saifud-Daulah yang hendak menempuh suatu perjalanan:


Kemanakah Tuan hendak menuju, wahai raja yang pemurah? Kami adalah tumbuh-tumbuhan pegunungan dan Tuan adalah mendung

2.        Pembahasan
Dalam bait pertama, penyair menyerupakan dirinya dengan air jernih yang tenang dikala ia sedang rela, dan dengan api yang bergejolak ketika ia sedang marah, yakni sebagai sesuatu yang disukai namun berpengaruh. Dalam contoh syair kedua, malam yag gelap dan menakutkan diserupakan dengan laut. Bila kita perhatikan kedua tasybih diatas, pada keduanya adat tasybih disebutkan. Setiap tasybih yang ada tasybih-nya disebutkan dinamakan tasybih mursal. Dan bila kita perhatikan lagi pada keduanya, wajah syibeh-nya dijelaskan dan dirinci. Setiap tasybih yang demikian disebut tasybih mufashshal. 
Ibnul Mu’taz menyerupakan matahari ketika terbit dengan dinar yang baru saja selesai dicetak. Ia tidak menyebutkan wajah syibeh-nya, yakni warna kekuning-kuningannya yang mengkilat. Tasybih ini, yaitu yang tidak disebut wajah syibeh-nya, disebut sebagai Tasybih Mujmal.
Pada contoh terakhir, Al-Mutannabi bertanya kepada orang yang dipujanya untuk mengungkapkan wibawanya.
Bila kita memperhatikan contoh tasybih terakhir ini, maka termasuk jenis tasybih mu’akad. Akan tetapi, dibuang adat tasybih dan wajah syibeh-nya. Hal ini disebabkan penyair bermaksud untuk berlebihan dalam menganggap bahwa musyabbah lebih lemah daripada musyabbah bih dalam wajah syibeh, disamping tidak menggunakan wajah syibeh yang memaksakan kedua pihak dalam suatu sifat atau lebih dan tidak pada sifat yang lain. Tasybih seperti ini disebut tasybih baligh, yang merupakan salah satu sarana pengungkapan balaghah dan arena kompetisi yang leluasa bagi para pakar penyair dan penulis

3.        Kaidah-kaidah
(3)   Tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya.
(4)   Tasybih mu’akkad adalah tasybih yang dibuang adat tasybih nya.
(5)   Tasybih mujmal adalah tasybih yang dibuang wajah syibeh nya.
(6)   Tasybih mufashshal adalah tasybih yang disebut wajah syibeh nya.
(7)   Tasybih baligh adalah tasybih yang dibuang adat tasybih nya dan wajah syibeh nya.

4.        Contoh soal :
a.         Al-Mutanabbi dalam memuji Kafur mengatakan :

Bila aku dapat meraih cintamu, maka harta tiada berharga, dan segala sesuatu yang ada diatas debu adalah debu.

b.      Seorang Arab Badui menyifati seseorang sebagi berikut :

Sungguh ia bagaikan siang hari yng cerah, dan bulan yang bercahaya tiada samar bagi setiap orang yang memandangnya.

c.        

Kami menengok kebun, kebun itu sungguh indah dan agung bagaikan surga firdaus.

d.    
  
Orang berilmu itu pelita bagi umatnya dalam memberi petunjuk dan menyirnakan kegelapan (kebodohan).
Contoh Penyelesaian :
No.
Musyabbah
Musyabbah bih
Jenis Tasybih
Sebab
1.



2.




3.




4.




5.

Kullul-ladzii fauqat-turaab


Petunjuk dhamir pada lafadz ka’anna-huu



Petunjuk dhamir pada lafadz ka’anna-huu



Dhamir pada lafadz ka’annahaa yang kembali kepada lafadz al-hadiiqah

Al-‘aalim

Turaab



An-nahar
az-zaahir



al-qamaar
al-baahir



al-firdaus




siraaj
Baligh



mursal
mujmal



mursal
mujmal



mursal
mufashshal



mu’akkad
mufashshal
Adat tasybih dan wajah syibeh nya dibuang.

Adat tasybih nya disebut dan wajah syibehnya dibuang.

Adat tasybih nya disebut dan wajah syibehnya dibuang.

Adat tasybih dan wajah syibeh nya disebut.


Adat tasybih nya dibuang dan wajah syibehnya disebut.


C.           Tasybih Tamsil
1.        Contoh-Contoh
a.     Al-Buhturi berkata :
      

Ia adalah lautan kemurahan. Tingkatkan pendekatanmu kepadanya maka kamu akan bertambah jauh dari kefakiran.

b.      Umru’ul-Qais berkata :
     

Beberapa malam bagaikan ombak lautan, menutupkan kelambunya yang pekat kepadaku secara beruntun dengan berbagai macam kesusahan untuk mengujiku.

c.       As-Sariyyur-Rafa’ berkata:

Dan seakan-akan bulan sabit itu huruf nuun dari perak yang tenggelam dalam piring besar yang biru.

2.        Pembahasan
Al-Buhturi menyerupakan kemurahan orang yang dipujanya dengan lautan. Disamping itu, ia mengimbau kepada orang-orang untuk meningkatkan pendekatan mereka kepadanya agar terjauhkan dari kefakiran. Umru’ul-Qais menyerupakan kegelapan dan kengerian malam dengan ombak laut, dan bahwa, malam-malam itu menutupkan kelambunya disertai berbagai kesusahan dan penderitaan untuk menguji kesabaran dan kekuatan mentalnya.
Bila kita perhatikan wajah syibeh masing-masing tasybih di atas, maka wajah syibeh tersebut adalah suatu sifat atau beberapa sifat yang hanya dimiliki bersama oleh dua hal, yakni dalam kesempatan ini orang yang dipuja oleh Al-Buhturi dan laut, sama-sama memiliki sifat kemurahan; malam dan laut sama-sama memiliki sifat gelap dan menakutkan. Wajah syibeh yang demikian disebut sebagai wajah syibeh mufrad. Ke-mufrad-annya itu tidak menutup kemungkinan berbilangannya sifat yang dimiliki bersama tersebut. Tasybih yang wajah syibehnya demikian disebut tasybih ghairu tamtsil.
Setelah itu, perhatikan tasybih berikut!
Pada bait terakhir, As-Sari menyerupakan keadaan bulan sabit yang putih berkilau – yang terbentuk melengkung dan terletak di langit yang bitu—dengan keadaan huruf nuun yang terbuat dari perak dan disimpan dalam piring besar yang biru. Wajah sybeh-nya adalah gambaran yang diambil dari beberapa hal, yakni adanya sesuatu yang putih berbentuk melengkung terletak disuatu tempat berwarna biru. Tasybih macam ini dan tasybih-tasybih yang wajah syibeh-nya berupa gambaran yang terangkai dari beberapa hal, disebut sebagai tasybih tamtsil.

3.         Kaidah-kaidah
(8)   Tasybih disebut sebagai tasybih tamstsil bilamana wajah syibeh-nya berupa gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal, dan disebut tasybih gahair tamtsil bila wajah syibeh-nya tidak demikian.

4.        Contoh Soal :
a.    Ibnu Mu’taz berkata :

Telah berakhir masa kekuasaan puasa, dan kesakitan bulan sabit telah menyampaikan berita gembira datangnya hari raya.
Bulan sabit itu mendekati binatang Surya seperti orang rakus yang membuka mulutnya untuk memakan tandan anggur.

b.    Al-Mutanabbi meratap:


Kematian itu tiada lain bagaikan pencuri yang tidak kelihatan jenisnya, mencabut tanpa telapak tangan dan berjalan tanpa kaki.

c.     Seorang penyair berkata:


Dan kamu melihatnya dalam kegelapan perang, maka kau akan menduganya seperti bulan yang menyerang musuh-musuhnya dengan binatang.

Contoh Penyelesaian :
No.
Musyabbah
Musyabbah bih
Wajah Syibeh
Macam Tasybih dari Segi Wajah Syibeh-nya
1.
Gambaran bulan sabit dan bintang Surya dihadapannya.
Gambaran orang rakus yang membuka mulutnya untuk memakan tandan anggur.
Gambaran sesuatu yang berbentuk busur menghadap sesuatu lain yang terdiri atas beberapa bagian yang kecil, yang putih-putih

Ghaira tamtsil

2
Kematian

Pencuri yang samar sosok tubuhnya


Tidak kelihatan


Ghair Tamstsil

3

Gambaran orang yang yang dipuja sedang memegang pedang yang bersinar membelah kegelapan debu yang beterbangan dalam peperangan
Gambaran bulan yang membelah kegelapan alam raya dan dikerumuni binatang-binatang yang gemerlapan.
Tampaknya sesuatu yang bersinar dan menerangi sesuatu yang berkelip-kelip di tengah kegelapan
Tamtsil


D.          Tasybih Dhimni
1.        Contoh-contoh
a.    Ibnur-Rumi berkata :

Kadang-kadang seorang pemuda beruban, dan hal ini tidaklah mengherankan. Bunga (pun) dapat keluar pada dahan yang muda dan lembut.

b.    Abuth-Thayyib berkata :

Barang siapa yang merendah, maka akan mudah ia menanggung kehinaan. Luka bagi mayat tidak memberinya rasa sakit.

2.        Pembahasan
Ibnur-Rumi mengatakan bahwa kadang-kadang seorang pemuda beruban sebelum usianya. Hal ini bukanlah suatu hal yang mengherankan karena dahan yang masih baru dan lembut kadang-kadang berbunga. Dalam kalimat tersebut Ibnur-Rumi tidak mengungkapkan tasybih yang jelas karena ia tidak berkata bahwa seorang pemuda yang telah beruban itu bagaikan dahan muda yang berbunga, melainkan ia menyatakan yang demikian secara implisit.
Abuth-Thayyib menyatakan bahwa orang yang terbiasa merendahkan akan mudah menanggung kehinaan dan tidak merasa sakit karenanya. Dugaan demikian, bukanlah suatu hal yang batil karena bila mayat dilukai, ia tidak akan merasa sakit. Kalimat ini mengandung tasybih namun tidak tegas.
Dengan demikian, kedua bait diatas mencakup beberapa unsur tasybih dan menyinggungnya, tetapi semua itu tidak terungkap dalam bentuknya yang telah kita kenal. Tasybih seperti ini disebut tasybih dhimni (penyerupaan secara implisit).

3.        Kaidah-kaidah
(9)   Tasybih dhimni adalah tasybih yang kedua tharaf-nya tidak dirangkai dalam bentuk tasybih yang telah kita kenal, melainkan keduanya hanya berdampingan dalam susunan kalimat. Tasybih jenis ini didatangkan untuk menunjukan bahwa hukum (makna) yang disandarkan kepada musyabbah itu mungkin adanya.

4.        Contoh Soal :
a.    Al-Mutanabbi berkata :
Syairku tentang mereka berdua (Amir dan ayahnya) sangat sesuai, ibarat seuntai kalung dileher seorang wanita cantik akan menjadi sangat indah.
b.        

Dalam pembicaraanmu terkesan kebangsawanan mu karena kuda yang istimewa itu dapat diketahui melalui ringkikannya.

Contoh Penyelesian :
No.
Musyabbah
Musyabbah bih
Wajah Syibeh
Jenis Tasybih
1.





2.
Kondisi syair digunakan untuk memuji orang yang tepat, maka syair menjadi lebih indah.


Keindahan pembicaraan mengesankan kebangsawanan orang yang berbicara.
Kondisi kalung berada di leher seorang wanita cantik menjadi lebih indah dan lebih bercahaya.

Keadaan ringkikan kuda yang istimewa menunjukkan kuda itu berasal dari keturunan yang jempolan.
Bertambahnya keindahan sesuatu karena berada di tempat yang indah.

Penunjukan sesuatu kepada sesuatu yang lain.
Dhimni





Dhimni







BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
1.        Tasybih adalah penjelasan bahwa suatu hal atau beberapa hal memiliki kesamaan sifat dengan hal yang lain. Penjelasan tersebut menggunakan huruf  kaf atau sejenisnya, baik tersurat maupun tersirat.
2.        Unsur tasybih ada empat, yaitu musyabbah, musyabbah bih (kedua unsur ini disebut sebagai tharafait-tasybih/ dua pihak yang diserupakan), adat tasybih, dan wajah syibeh. Wajah syibeh pada musyabbah bih disyaratkan lebih kuat dan lebih jelas daripada musyabbah.
3.        Pembagian Tasybih diantaranya: Tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybih nya, Tasybih mu’akkad adalah tasybih yang dibuang adat tasybih nya, Tasybih mujmal adalah tasybih yang dibuang wajah syibeh nya, Tasybih mufashshal adala tasybih yang disebut wajah syibeh nya, Tasybih baligh adala tasybih yang dibuang adat tasybih nya dan wajah syibeh nya.
4.        Tasybih disebut sebagai tasybih tamstsil bilamana wajah syibeh-nya berupa gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal, dan disebut tasybih gahair tamtsil bila wajah syibeh-nya tidak demikian.
5.        Tasybih dhimni adalah tasybih yang kedua tharaf-nya tidak dirangkai dalam bentuk tasybih yang telah kita kenal, melainkan keduanya hanya berdampingan dalam susunan kalimat. Tasybih jenis ini didatangkan untuk menunjukan bahwa hukum (makna) yang disandarkan kepada musyabbah itu mungkin adanya.









DAFTAR PUSTAKA

Situs Web:
·           http://maron11materikuliah.blogspot.com/2014/01/majaz-atau-tasybih-al-balaghah-dalam.html Dikutip sebagian (hanya untuk pendahuluan saja) pada Sabtu, 25 Februari 2017, jam 14.00 WIB










                                






[1] Adat Tasybih adakalanya berupa isim, syibhun mitslun, mumatsil, dan lafaz-lafaz yang semakna. Adakalanya berupa fi’il seperti yusybihu, yumaatsilu, yudhaari’u, yuhaaki, da yusyaabihu. Dan adakalanya huruf, seperti kaf dan ka-anna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah tentang Ekonomi Islam

BAB    I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Islam merupakan agama yang kaffah , yang mengatur segala perilaku kehidupan ma...