Rabu, 26 April 2017

Makalah Dampak Penggunaan Bahasa Alay



KATA PENGANTAR



 



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wata’ala, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berisikan materi tentang “Dampak Penggunaan Bahasa “Alay” dari Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Shalawat beserta salam semmoga selamanya tercurahlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasalam, dan kepada para keluarga serta sahabatnya, tak lupa kitta semua selaku pengikutnya semoga mendapatkan syafa’at darinya kelak di akhir zaman nanti. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Kami tentu menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Tapi akhirnya kamipun dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Oleh karena itu kami dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk serta dukungan dan bantuan lainnya kepada kami. Untuk itu kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kritik dan saran yang positif akan senantiasa kami harapkan dalam perbaikan makalah kami di kemudian hari.
Akhirnya harapan penyusun semoga hasil dari makalah ini dapat berguna bagi penyusun khususnya dan umumnya bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kuningan,    Oktober 2015



Tim Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................           1
              
DAFTAR ISI...........................................................................................................           2

BAB I (Pendahuluan)............................................................................................           3
A.    Latar belakang..........................................................................................           3
B.     Perumusan Masalah.................................................................................           4
C.    Tujuan Penulisan.......................................................................................           4
BAB II (Pembahasan)...........................................................................................           5
A.    Pengertian Bahasa “Alay”......................................................................           5
B.     Contoh Penggunaan Bahasa “Alay”.....................................................           6
C.    Penggunaan Bahasa “Alay” di Jejaring Sosial...................................           7
D.    Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Bahasa “Alay”................           9
E.     Cara Meminimalisir Dampak Negatif Pengg. Bahasa “Alay”........         10
F.     Hasil Data Empiris Tentang Penggunaan Bahasa “Alay”...............         10
BAB III Penutup....................................................................................................         13
A.    Kesimpulan.................................................................................................         13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................         14







BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Di era globalisasi ini Bahasa Indonesia yang baik dan benar  semakin jarang dipakai terutama dikalangan remaja, seiring perkembangan jaman munculah modifikasi gaya bahasa menjadi bahasa gaul. Hal ini dipengaruhi juga oleh  semakin berkembangnya teknologi, terutama berkembangnya situs jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Pada tahun 2008, muncul suatu bahasa baru dikalangan remaja, yang disebut dengan bahasa “Alay”. Kemunculannya dapat dikatakan fenomenal, karena cukup menyita perhatian. Bahasa baru ini seolah menggeser penggunaan bahasa Indonesia dikalangan segelintir remaja. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai tergusur oleh munculnya bahasa alay, hal ini tampak jelas pada bahasa lisan dan tulis yang sering digunakan oleh masyarakat kita, khususnya dikalangan remaja. Remaja Indonesia kesulitan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesulitan tersebut terjadi karena adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai sebuah kreativitas. Bahasa yang mengandung sandi-sandi tertentu dan sekarang dirasa wajar muncul dari beberapa kalangan yang menggunakan bahasa prokem. Bahasa prokem adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang dan hanya dimengerti oleh mereka. Bahasa prokem yang sekarang ini  sedang menjadi tren di Indonesia terutama pada kalangan remaja adalah bahasa alay, jika tidak menggunakannya, mereka takut dikatakan  ketinggalan zaman atau tidak gaul.

Remaja pada umumnya telah melupakan  bahkan tidak mengetahui  kaidah  EYD dalam membuat sebuah karangan, kalimat, atau bahkan menuliskan sebuah kata. Mereka tidak mengerti bagaimana menulis lambang bilangan, penggunaan kata yang tidak baku, ataupun menggunakan akronim yang benar. Ironis, seharusnya mereka mampu menggunakan kaidah yang benar dalam menulis karena bahasa Indonesia adalah bahasa bangsa kita. Pelajaran bahasa Indonesia sendiri pun telah diajarkan sejak TK. Apakah fenomena yang sedang terjadi pada penggunaan bahasa Indonesia pada remaja saat  ini?

B.            Perumusan Masalah
1.      Bagaimana ciri-ciri bahsa alay?
2.      Bagaimana cara meminimalisir bahasa alay?
3.      Bagaimana dampak bahasa alay terhadap penggunaan bahasa Indonesia?

C.           Tujuan Penelitian
1.        Mengetahui ciri-ciri bahasa alay
2.        Mengetahui bagaimana meminimalisir bahasa alay
3.        Mengetahui dampak secara menyeluruh terhadap penggunaan bahasa Indonesia




BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Bahasa “Alay”
Bahasa adalah kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaksis untuk membentuk  kalimat yang memiliki arti. Bahasa merupakan alat yang sangat tidak memadai untuk berpikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat (C.P.F.Lecoutere, L. Grootaers). Munculnya bahasa alay merupakan ancaman yang cukup serius pada penggunaan bahasa lisan dan tulis. Terkadang penggunaan bahasa lisan tidak terlalu disorot, karena merupakan bahasa percakapan sehari-hari, meski demikian pada situasi formal penggunaan bahasa lisan yang kurang baik akan menimbulkan kesan kurang baik pada penggunanya. Seseorang terbiasa menggunakan qu,u akan cenderung sulit menggunakan kata saya, anda. Banyak Remaja yang lancar dalam penggunaan bahasa alay, tetapi kesulitan dalam berbahasa Indonesia. Contohnya, mereka lebih nyaman memakai kata Binund (bingung) yang berarti ayah dan ibu, kemudian ada lagi penggunaan kata dimana menjadi dimandose.
Bahasa Alay menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Tentu saja itu tidak mungkin digunakan ke pihak di luar komunitas mereka misalnya guru dan orangtua. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi masalah bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang yang mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khayalak media massa atau dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis.
Sedangkan menurut Irni Ristika bahasa alay itu adalah variasi bahasa yang muncul karena adanya komunitas anak-anak remaja/muda. Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak layangan. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya.
Menurut Koentjaraningrat, Alay adalah gejala yang dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakaian mereka.
Istilah alay hadir setelah di facebook semakin marak penggunaan bahasa tulis yang tak sesuai kaidah bahasa Indonesia oleh remaja. Hingga kini belum ada definisi yang pasti tentang istilah ini, namun bahasa ini kerap dipakai untuk menunjuk bahasa tulis. Dalam bahasa alay bukan bunyi yang dipentingkan tapi variasi tulisan.”
Menurut Koentjaraningrat, alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia yang ingin diakui statusnya. Gejala ini akan mengubah gaya penulisan serta komunikasi secara lisan. Sedangkan bahasa alay menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik. Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi masalah jika digunakan dalam komunikasi massa atau dipakai dalam komunikasi secara tertulis.
Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk sejenis bahasa diakronik. Yaitu bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik ini, tidak hanya penting dipelajari oleh para ahli bahasa, tetapi juga ahli sosial atau mungkin juga politik. Sebab, bahasa merupakan sebuah fenomena sosial. Ia hidup dan berkemban karena fenomena sosial tertentu.
 Munculnya SMS (Short Message Service) dirasa menjadi cikal munculnya bahasa tulis yang menyimpang. Bermula dari kata-kata yang disingkat, akhirnya menimbulkan singkatan kata yang menyimpang dari kata yang dimaksud. Munculnya jejaring sosial seperti friendster, facebook, dan twitter, mendorong kian maraknya penggunaan  bahasa alay di Indonesia, karena dari jejaring sosial tersebut juga muncul kosakata baru.

B.          Contoh Penggunaan Bahasa “Alay”
Ini adalah gambaran tentang  bahasa tulis yang sedang menjadi tren pada remaja Indonesia  :
1.             Menggunakan angka untuk menggantikan huruf. Contoh: 4ku ciNT4 5 K4moe (Aku cinta kamu).
2.             Kapitalisasi yang sangat berantakan. Contoh: IH kAmOE JaHAddd (ih kamu jahat).
3.             Menambahkan “x” atau “z” pada akhiran kata atau mengganti beberapa huruf seperti “s” dengan dua huruf tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya bahasa yang masih bisa dibaca. Mengganti huruf “s” dengan “c” sehingga seperti balita berbicara. Contoh:, “xory ya, becok aQ gx bica ikut”.
4.             Menggunakan singkatan-singkata kata : semangka (semangat kaka), stw (santai wae), otw ( on the way)
5.             Mengubah huruf vokal atau konsonan  menjadi kata yang bernada lebih  rendah : semangat – cemungud.
6.             Menganti huruf dengan angka maupun tanda-tanda dalam bacaan. Contoh huruf
7.             i diganti !/1 (pap!),

Penggunaan bahasa alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal, di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan dibiasakannya seseorang menggunakan bahasa alay, maka dapat menyulitkan diri sendiri, misalnya  dalam membuat tulisan ilmiah seseorang akan kesulitan menulis karena telah terbiasa menggunakan bahasa alay, dan yang lebih memprihatinkan lagi sampai saat ini belum ada yang pernah mencapai nilai sempurna dalam UN (Ujian Nasional) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia untuk kalangan SD, SLTP dan SLTA.

C.          Penggunaan Bahasa “Alay” Di Jejaring Sosial.
Pada masa sekarang, bahasa alay banyak digunakan oleh kaula muda, meski kaula tua pun ada juga yang menggunakannya. Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia, maka timbul kesan bahwa bahasa ini adalah bahasa rahasianya para pencoleng atau penjahat, padahal sebenarnya tidak demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa alay sering kali berubah. Para remaja menggunakan bahasa alay ini dalam ragam lisan dan ragam tulis, atau juga dalam ragam berbahasa dengan menggunakan media tertentu, misalnya, berkomunikasi dalam jejaring sosial.
Jejaring sosial merupakan media yang banyak digunakan para penutur bahasa untuk saling berkomunikasi jarak jauh melalui internet. Jejaring sosial yang banyak diminati oleh masyarakat, yaitu facebook dan twitter. Dalam facebook dan twitter, para pengguna dapat menuliskan apa yang sedang dipikirkannya dalam “status” dan dapat saling memberikan komentar pada “kiriman” dan “status” rekan-rekan mereka. Selain itu, mereka juga dapat saling berdialog dan memberi komentar satu sama lain.
Dalam jejaring sosial, para penutur bahasa alay saling berdialog melalui ragam tulis. Dalam berbahasa tulis kita harus lebih menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang kita susun bisa dapat dipahami pembaca dengan baik. Oleh karena itu, para penutur bahasa alay sering menciptakan kosakata baru yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dalam jejaring sosial tersebut. Penggunaan kosakata bahasa alay yang ada dalam jejaring sosial terus berkembang dan berganti mengikuti tren. Para penutur biasanya mengikuti bahasa alay yang digunakan oleh para artis ibukota. Misalnya, adanya kata “Sesuatu” yang merupakan judul lagu yang dinyanyikan Syahrini. Adanya kalimat, “Terus gue harus bilang, wow, gitu?” Dengan jawaban, “Emang iya? Terus masalah buat lo?” yang sering dikatakan oleh Soimah, penyanyi solo dan presenter acara televisi.
Para remaja menganggap bahasa alay dialek Jakarta lebih bergengsi dibandingkan dengan bahasa daerah. Kota Jakarta adalah kota metropolitan. Sehingga, para remaja di daerah dan yang pernah ke Jakarta merasa bangga bisa berbicara dalam dialek Jakarta itu. Selain itu, para remaja juga memerlukan bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Walaupun istilah alay ini sudah dikenal di masyarakat luas dengan arti “orang norak”, tetapi hingga saat ini bahasa alay tersebut masih banyak digunakan oleh para remaja untuk menulis dalam facebook atau twitter. Beberapa kata yang sering dijumpai dalam “status” para pengguna jejaring sosial, misalnya, kata gue. Kini, untuk menyatakan kata saya para penutur bahasa alay juga menggunakan kata saiia, aq, q, ak, gw, gua, w, akoh, aqoh, aqu, dan ane. Kemudian, kata Lo atau Lu sama seperti kata gue. Kini, untuk menyatakan kamu penutur bahasa alay juga menggunakan lw, elu, elo, dan ente.
Selain kosakata di atas, ditemukan juga beberapa kosakata dari bahasa Indonesia yang berubah struktur penulisannya menjadi bahasa alay yang sering dipakai dalam jejaring sosial


D.          Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Bahasa “Alay”
Dampak positif dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga.
Dampak negatif lainnya, dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya, karena tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Penggunaan bahasa alay dalam kehidupan sehari – hari ini mempunyai pengaruh negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain sebagai berikut ini:
1.             Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.
2.             Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3.             Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4.             Dulu anak – anak kecil bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi sekarang anak kecil lebih menggunakan bahasa alay. Misalnya dulu kita memanggil orang tua dengan sebutan ayah atau ibu, tapi sekarang anak kecil memanggil ayah atau ibu dengan sebutan bokap atau nyokap.
5.             Penulisan bahasa Indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan bahasa indonesia yang baik dan, hanya huruf awal saja yang diberi huruf kapital, dan tidak ada penggantian huruf menjadi angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.”

Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja bahkan dikalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa remi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa.

E.          Cara Meminimalisir Dampak Negatif Penggunaan Bahasa “Alay”
Melihat dampak yang cukup mencengangkan ini apa yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan bahasa alay ini?
1.             Sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD.
2.             Pada saat berkomunikasi kita harus bisa membedakan dengan siapa kita berbicara, pada situasi formal atau nonformal. Dengan ini kita bisa menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik agar bahasa alay tidak mendominasi kosakata yang kita miliki.
3.             Mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan tulisan yang aneh. Seperti  singkatan kata yang menjadi “yg” dan bukan “yank”, disamping mudah membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak membuat si penerima pesan merasa kebingungan membaca tulisan kita.
4.             Banyak membaca tulisan yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat tulisan yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya  wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar.
5.             Sebaiknya kita rajin membaca KBBI, karena banyak kosakata bahasa Indonesia yang sudah banyak dilupakan. Ini adalah salah satu wujud  bangga terhadap bahasa kita.

F.           Hasil Data Empiris Tentang Penggunaan Bahasa “Alay”
Bahasa “Alay” biasanya lebih berkembang dalam bentuk tulisan daripada secara lisan, hal ini terbukti dari hasil Pengamatan sebagai berikut :
1.             Dalam pesan singkat atau SMS, setiap pelaku pengguna bahasa “alay” terbiasa menuliskan setiap pesan-pesannya dengan bahasa yang aneh, dengan penggunaan huruf dan angka secara tercampur dan terkesan berantakan susunannya. Contoh : “Cel4m4t Ci4ng C3muaX, pHa K4baR?” (Selamat siang semunya, apa kabar?), atau seperti “Hii, Gy nG4p4in Nich KR4Ng...” (Hai, sedang apa sekarang?)
2.             Seperti yang telah dipaparkan diatas, Bahasa “alay” juga berkembang melalui social media, seperti dalam membuat “status” di Facebook, membuat “kicauan di Twitter dan lain sebagainya. Contoh : dalam status tertulis “Huch, S3Bbell BeUdt h4r1 Nie...... L (huh, sebal sekali hari ini)
3.             Dalam pencarian di internet melalui GOOGLE pun, bahasa “alay” tak henti-hentinya menjadi pembahasan dan menjadi ajang untuk seru-seruan oleh sebagian orang khususnya para remaja. Hal ini terbukti dengan banyak situs di internet yang menjadikan bahasa ini sebagai topic pembahasan.
4.             Iklan-iklan yang di pasang di pinggir jalanpun sebagian besar tak terlepas dari penggunaan bahasa “Alay” ini, seperti “Ga Ada Loe, Ga Rame” pada iklan rokok, “Mulai lapar???, gigit ajah –SNICKERS-“ pada iklan makanan ringan dan “Rasanyaaaa Nendaaang bangetttt” pada iklan Popmie

Selain melalui tulisan, bahasa Alay juga biasa di gunakan secara lisan, seperti :
1.             Media Elektronik seperti TV. Bahasa ini menjadi pilihan dalam iklan produk, sinetron acara “Talk Show”, Film dan lain sebagainya. Para pembuatnya seolah-olah bangga menggunakan bahasa ini tanpa memikir sedikitpun akibat negatife dari penggunaan bahasa ini. Mereka hanya memikirkan keuntungan saja secara sepihak contoh : dalam acara Talk Show yang berjudul Show Imah, Presenter Soimah sering kali berkata “Emang iya, Masalah Buat Loh!!!”
2.             Para artis pun sering kali menggunakan bahasa ini, baik secara tidak langsung melalui sinetron yang mereka perankan, maupun secara langsung dalam penggunaan nya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka pun tidak memikirkan bahwa bahasa yang mereka gunakan telah dilihat oleh jutaan orang di Indonesia dan seakan tidak memberi contoh yang baik sebagai salah satu tokoh di Indonesia.
3.             Dalam pergaulan khususnya para remaja juga mereka lebih memilih menggunakan bahasa Alay dalam percakapan dengan teman-teman mereka. Alasannya memang karena mereka merasa cocok, percaya diri dan tidak ingin dibilang ketinggalan zaman. Bahkan ada juga remaja yang mengungkapkan bahasa ini kepada saudara, keluarga bahkan orang tuanya sendiri. Hal ini biasanya terjadi di kota Jakarta yang disebut-sebut sebagai kota pertama yang mengenakan bahasa alay ini. Walaupun tidak menutup kemungkinan di kota lain pun banyak yang menggunakan bahasa ini dalam kehidupan sehari.

Itulah contoh-contoh yang ditemukan dan berkembang di tengah-tengah masyarakat tentang penggunaan bahasa “Alay” yang diamati secara Empiris. Tentunya masih banyak lagi contoh yang lainnya yang membuktikan bahwa bahasa ini telah menjadi tempat tersendiri di hati sebagian besar masyarakat kita.
























BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Bahasa menunjukkan bangsa, pemakaian bahasa yang baik dan benar akan mencerminkan bangsa kita. Walaupun bahasa  alay tidak menjadi bahasa yang menggantikan bahasa Indonesia, tetapi lebih baik penggunaan bahasa ini dikurangi, karena dilihat dari kenyataan saat ini, bahasa alay membuat masyarakat. Indonesia kian kehilangan ciri kebahasa-Indonesiaanya. Siapa lagi yang bangga dengan bahasa Indonesia jika bukan kita?
Bahasa alay mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak negatif lebih cenderung menguasai dan mengakibatkan permasalahan bagi orang yang menggunakanya. Seperti sulit berbicara, menulis, membaca bahkan menyimak dalam bahasa yang sesuai EYD. Maka dari itu sebaiknya kita mencegah dengan cara meminimalisir bahasa alay yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila kegemaran menggunakan bahasa alay ini berlangsung lama dan makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia.















DAFTAR PUSTAKA


·         http://akbarbayuperdana.blogspot.co.id/2015_03_01_archive.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah tentang Ekonomi Islam

BAB    I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Islam merupakan agama yang kaffah , yang mengatur segala perilaku kehidupan ma...