Rabu, 26 April 2017

Makalah Fungsi Akhlak Tasawuf: Umum dan Khusus



BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Kata “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab. Kata “Akhlaq” merupakan bentuk jamak dari “khuluq” yang secara bahasa bermakna perbuatan atau penciptaan. Akan tetapi dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku.
            Konsepsi ajaran akhlak menurut Islam adalah menuju perbuatan amal saleh, yaitu semua perbuatan baik dan terpuji, berfaedah, dan indah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang di ridhoi oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Sedangkan amal saleh adalah inti dari ajaran Islam yang harus diterapkan untuk melatarbelakangi konsepsi akhlak yang hendak akan dilakukan oleh manusia.
            Kata “tasawuf”, menurut kaidah Ilmu Sharaf merupakan bentuk isim masdar, yaitu “tasshawwufan” yang berasal dari fi’il tsulatsi mazid khumasi, yaitu “tashawwafa” yang memiliki fungsi untuk membentuk makna lil mutawa’ah atau transitif (kata kerja yang selalu memiliki objek dalam kalimat) dan lil musyarakah yang membentuk makna saling. Dengan demikian, arti kata “tasawuf” dalam Bahasa Arab artinya bisa membersihkan atau saling membersihkan.

            Kata “membersihkan” merupakan kata kerja transitif yang membutuhkan objek. Objek dari tasawuf ini adalah objek manusia. Kemudian saling membersihkan merupakan kata kerja yang didalamnya terdapat dua subjek yang aktif memberi dan menerima.
            Jika kata “akhlak” dan “tasawuf” disatukan, maka akan menjadi frase “Akhlak Tasawuf”. Secara etimologis, akhlak tasawuf bermakna membersihkan tingkah laku  atau saling membersihkan tingkah laku. Akhlak tasawuf ini dipandang sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjaga akhlak manusia atau dalam nahasa sosialnya moralitas masyarakat.
            Oleh karena itu, akhlak tasawuf merupakan kajian ilmu yang sangat memerlukan praktik untuk menguasainya. Tidak hanya berupa teori sebagai sebuah pengetahuan, tetapi harus terealisasi dalam rentang waktu kehidupan manusia.
            Tidak hanya itu, akhlak tasawuf juga memiliki fungsi yang sangat bermanfaat bagi kita. Fungsi tersebut terbagi secara umum dan khusus yang selengkapnya akan dibahas lengkap melalui makalah ini.

B.            Rumusan Masalah
1.             Apa saja fungsi akhlak tasawuf secara umum?
2.             Apa saja fungsi akhlak tasawuf secara khusus?

C.           Tujuan Penulisan
1.             Mengetahui fungsi akhlak tasawuf  umum
2.             Mengetahui fungsi akhlak tasawuf secara khusus.























BAB II
PEMBAHASAN

A.          Fungsi Umum
Fungsi akhlak tasawuf secara umum dapat dibagi menjadi 2 aspek yaitu yang pertama aspek yang menyangkut sejarah akhlak tasawuf sejak lahir dan juga mengenai paradigma yang masih tersisa sampai sekarang. Aspek yang kedua yaitu fungsi akhlak tasawuf dengan memotret realitas kehidupan modern sekarang ini.[1]

1.             Aspek pertama antara lain :

a.             Meneladani Akhlak Rosulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasalam
Rosulullah sebagai Uswatun Khasanah (suri tauladan yang baik) bagi umatnya, walaupun Rosulullah sudah Maksum (terjaga dari perbuatan dosa) tapi Rosulullah senantiasa berdzikir memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wata’ala, senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala, hidup sederhana, menjauhi kenikmatan dunia yang menyesatkan dengan maksud agar umatnya pun melakukan apa yang Rosulullah ajarkan sehingga umatnya tidak tersesat oleh gemerlap kenikmatan dunia yang menyesatkan.

b.             Menyeimbangkan antara kehidupan keduniawian (kebutuhan material) dengan kehidupan spiritual (kebutuhan rohani / agama).
Banyak orang yang hanya sekedar mencari dunianya saja dan kebutuhan rohaninya tidak pernah dicari sehingga terjadi ketimpangan antara nafsu dari diri sendiri dengan penyaringnya (aturan agama) sehingga banyak orang yang melakukan suatu hal dan dia tidak menyadarinya karena yang mengontrolnya adalah hawa nafsu. Apabila kita menuruti hawa nafsu/ mengejar dunia saja maka kita tidak akan pernah puas, sehingga kita perlu menyeimbangkaannya dengan cara mengisi nilai-nilai spiritual pada setiap aspek kehidupan yaitu dengan mempelajari dan mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits.


2.             Aspek kedua antara lain:

a.             Peneduh jiwa saat kehilangan visi Keilahian karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Husen Nasr dalam Islam and Pligh of Modern Man menyatakan bahwa akibat masyarakat modern yang mendewa-dewakan ilmu pegetahuan dan teknologi menjadikan mereka dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri, menjauh dari pusat, sementara pemahaman agama yang berdasarkan wahyu (Al-Qur’an) mereka tinggalkan, hidup dalam keadaan sekuler,[2] masyarakat yang demikian adalah masyarakat barat yang dikatakan the post industrial society telah kehilangan visi Keilahian. Masyarakat yang demikian ini telah tumpul penglihatan intelektualnya dalam melihat realitas hidup dan kehidupan (Komaruddin hidayat, dalam Dawam raharjo, 1985).
Hilangnya visi Keilahian bisa mengakibatkan timbulnya gejala psikologis yakni adanya kehampaan spiritual. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta filsafat rasionalisme tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dan aspek-aspek nilai transenden (diluar segala kesanggupan manusia, luar biasa), satu kebutuhan yang hanya bisa digali dari sumber wahyu Ilahi. Akibat dari itu maka tidak heran akhir-akhir ini banyak dijumpai orang yang stress, gelisah, bingung karena tidak mempunyai pegangan hidup. Tasawuf memiliki potensi besar karena mampu menawarkan pembebasan spiritual, mengajak manusia mengenal dirinya sendiri dan akhirnya mengenal Tuhannya. Dan ini merupakan pegangan hidup manusia yang paling ampuh, sehingga tidak terombang-ambing oleh badai kehidupan ini.[3]

b.             Penguat psikis (penghilang stress)
Kehidupan dunia dipenuhi dengan persaingan, peraturan yang dipakai bagaikan dihutan yaitu siapa yang kuat dialah yag bertahan, dalam mempertahankan posisi dalam bersaing terkadang ada pihak-pihak yang melakukan persaingan tidak sehat sementara keinginan bersaing tinggi sehingga terkadang menimbulkan pikiran dan membuat stress, dalam kondisi demikian akhlak tasawuf sebagai media untuk menghilangkan stress yaitu dengan cara Muhasabbah (introspeksi diri) menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan akan kembali pada Allah.

c.              Penguat tali persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah).
Dalam kehidupan modern ini semua orang disibukkan dengan dunianya masing-masing sehingga tidak jarang orang yang tidak sempat bertemu atau bersosialisasi dengan masyarakat atau bahkan dengan tetangga sendiri, bahkan rata-rata kehidupan perkotaan sekarang ini melekat dengan rasa egoisme yang tinggi (Individualis), dalam hal seperti ini Akhlak tasawuf berfungsi sebagai pengingat bahwa perlunya hidup bermasyarakat, saling tolong-menolong dalam hal kebaikan, dan bahwasannya sesama muslim terutama adalah bersaudara,

Seperti Firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat 10 yang artinya : Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.



B.          Fungsi Khusus
Selain secara umum, fungsi tasawuf juga dapat dibagi menjadi fungsi secara umum. Fungsi akhlak tasawuf secara khusus dapat digambarkan sebagai berikut:

1.             Membersihkan hati dalam berhubungan dengan Allah
Allah adalah Dzat yang Suci sedangkan manusia tidak suci. Manusia memliki banyak dosa atas perbuatan-perbuatan baik yang manusia sadari berdosa ataupun yang tidak di sadari berdosa, manusia tidak akan mencapai maqom Ridho apabila masih berbuat/melakukan/mempunyai banyak dosa maka dalam berhubungan dengan Allah baik itu ibadah umum atau khusus hendaknya kita membersihkan hati terlebih dahulu agar ibadah tersebut diterima oleh Allah (mustajab). Misalnya dalam Berdo’a apabila do’a tersebut ingin dikabulkan oleh Allah maka hendaknya kita membersihkan hati kita terlebih dahulu dari sifat-sifat tercela kemudian taubat dan memohon ampun kepada Allah dan selalu ingat kepada Allah maka Do’a tersebut akan dikabulkan Allah apabila Allah menghendakinya.

2.             Membersihkan jiwa dari pengaruh materi
Manusia memiliki 2 kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani dan rohani, terkadang manusia hanya mementingkan untuk mengejar duniawinya saja tanpa mengejar kebutuhan rohaninya sehingga manusia sering terjerumus pada pengaruh materi duniawi karena mengikuti hawa nafsu, mereka hanya memuaskan kebutuhan lahiriyahnya saja sehingga mereka terkadang lupa diri, untuk mencegah jiwa terpengaruh oleh materi duniawi maka kita pelu membersihkan jiwa kita salah satunya dengan ceramah-ceramah agama yang mempertebal iman kita sehingga kita termotivasi untuk selalu ingat kepada Allah dan menghindari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah.

3.             Menerangi jiwa dari kegelapan
Manusia tidaklah lepas dari perbuatan salah dan dosa terkadang sadar atau tidak sadar melakukan perbuatan yang merusak iman dan berdosa antara lain Hub Al-Dunya (cinta kepada dunia, gaya hidup glamour dll.), At-Thama’ (rakus, serakah), mengikuti hawa nafsu, ‘Ujub (bangga terhadap diri sendiri), Riya’ (pamer, memperlihatkan amal perbuatan pada orang lain), Takabbur (sombong), Sum’ah (menceritakan amal ibadah kepada orang lain). Tasawuf berperan untuk menerangkan jiwa dari kegelapan akibat penyakit hati tersebut dengan cara Takholli (menghapus sifat-sifat tercela) dan Tahalli (mengisi dengan sifat-sifat terpuji).

4.             Memperteguh dan menyuburkan keyakinan beragama.
Iman seseorang bersifat labil (tidak stabil) dalam artian bisa naik bisa juga turun dan bahkan bisa hilang tak berbekas sama sekali.
Saat seseorang melakukan perbuatan tercela maka imannya akan menurun bahkan apabila seseorang melakukan perbuatan syirik maka bisa dikatakan iman seseorang tersebut hilang tak berbekas karena ia mengganggap makhluk lain sebagai Tuhan selain Allah sehingga imannya hilang, namun apabila kita sering mendengarkan pengajian dan ceramah kita akan mendapat pencerahan sehingga meyakinkan dan meneguhkan iman kita sehingga kita tidak mudah tergoda dengan kenikmatan dunia yang hanya bersifat sementara.

5.             Mempertinggi akhlak manusia
Apabila seseorang memiliki akhlak yang baik pasti akan dihormati oleh orang lain namun apabila seseorang memiliki akhlak dan moral yang jelek pastilah orang tersebut tidak akan dihargai oleh orang lain bahkan akan dikucilkan dalam masyarakat. apabila seseorang memiliki hati yang bersih maka baik pula akhlaknya sehingga tolak ukur baik menurut masyarakat bukanlah pada hartanya tetapi pada akhlak seseorang, dan dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa allah mengukur derajat manusia bukan dari harta kekayaannya melainkan dari derajat ketaqwanya.







BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Fungsi Akhlak Tasawuf terbagi menjadi 2 yaitu fungsi umum dan khusus. Fungsi umum dibagi menjadi 2 aspek yaitu yang pertama aspek yang menyangkut sejarah akhlak tasawuf sejak lahir dan juga mengenai paradigma yang masih tersisa sampai sekarang. Fungsi umum pada aspek pertama antara lain :
1.             Meneladani Akhlak Rosulullah.
2.             Penyeimbang antara kebutuhan jasmani (keduniawian) dengan kebutuhan spiritualis (agama/rohani).
Aspek yang kedua yaitu fungsi  akhlak tasawuf dengan memotret realitas kehidupan modern sekarang ini. Fungsi pada aspek kedua antara lain :
1.             Peneduh jiwa ketika kehilangan visi KeIlahian karena kemajuan Iptek.
2.             Penguat psikis (penghilang stress ).
3.             Penguat tali persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah).
Sedangkan fungsi khusus dari akhlak tasawuf antara lain :
1.              Membersihkan hati dalam berhubungan dengan Allah (Ibadah).
2.             Membersihkan jiwa dari pengaruh materi.
3.             Menerangi jiwa dari kegelapan.
4.             Memperteguh dan menyuburkan keyakinan beragama.
5.             Mempertinggi akhlak manusia.
Fungsi Akhlak Tasawuf secara khusus berkaitan dengan kesehatan jiwa atau batin manusia, apabila jiwa manusia itu baik maka baik pula perbuatannya. Dalam hal ini fungsi khusus akhlak tasawuf lebih menekankan pada pembinaan jiwa dimana jiwa tersebut memiliki 2 Unsur perbuatan yaitu perbuatan baik dan buruk. Upaya untuk mengisi jiwa manusia denga perbuatan-perbuatan terpuji disebut dengan Tahalli, sedangkan upaya untuk menghilangkan sifat-sifat tercela dari diri manusia disebut dengan Takholli. setelah manusia bersih dari perbuatan-perbuatan tercela maka orang tersebut akan bisa dekat dengan Allah bahkan bisa melihat rahasia Allah apabila Allah menghendaki.

DAFTAR PUSTAKA

·                Alwan Khori, dkk, Akhlak/Tasawuf, Yogyakarta: Pokja UIN Sunan Kalijaga, 2005.
·                H.M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf sufisme dan tanggung jawab sosial abad 21,
·                Yogyakarta :  Pustaka Pelajar, 2002.
·                Imam al-Ghazali, dkk, Pembersih Jiwa, Bandung : Pustaka, 1990.
·                Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, Jakarta Timur : Prenada Media, 2003.
·                Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. Mengenal Etika dan Akhlak Islam, Jakarta : Lentera, 2003.
·                http://www.belajar-ngeblog.cc.cc/2011/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html (dikutip pada hari Kamis, 15 Oktober 2015)



[1] Alwan Khori, dkk, Akhlak/Tasawuf, Yogyakarta: Pokja UIN Sunan Kalijaga, 2005, hal 74
[2] bersifat duniawi atau kebendaan (bukan bersifat keagamaan atau kerohanian. Lihat Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus besar bahasa Indonesia eds III, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
[3] H.M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf sufisme dan tanggung jawab sosial abad 21, Yogyakarta :  Pustaka Pelajar, 2002. Hal 109,112-114.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah tentang Ekonomi Islam

BAB    I PENDAHULUAN A.           Latar Belakang Islam merupakan agama yang kaffah , yang mengatur segala perilaku kehidupan ma...