BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Quran merupakan pedoman umat Islam yang berisi petunjuk dan tuntunan
komprehensif guna mengatur kehidupan di dunia dan akhirat. Ia merupakan kitab
otentik dan unik, yang mana redaksi, susunan maupun kandungan
maknanya berasal dari wahyu, sehingga ia terpelihara dan terjamin sepanjang
zaman.
Sulit dibayangkan sekiranya umat Islam tidak memiliki al-Qur’an. Padahal ia
adalah umat terakhir, umat yang diutus Allah sebagai saksi atas perbuatan semua
manusia, dan umat terbaik yang rasulnya menjadi rahmat bagi alam semesta
(rahmatan lil ‘alamin). Atau sulit dibayangkan sekiranya al-Qur’an yang ada di
tangan umat ini bukan berasal dari ‘Tangan’ Zat yang maha mengetahui segala
sesuatu yang gaib dan yang zahir.
Fenomena al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw ternyata
bagaikan magnet yang selalu menarik minat manusia untuk mengkaji dan meneliti
kandungan makna dan kebenarannya. Al-Qur’an yang diturunkan atas tujuh huruf
(sab’ah ahruf) menjadi polemik pengertiannya di kalangan ulama, polemik
ini bermuara pada pengertian sab’ah dan ahruf itu sendiri, dan korelasinya
dengan cakupan mushaf Usman. Apabila orang arab berbeda lahjah dalam
pengungkapan sesuatu makna dengan perbedaan tertentu, maka Qur'an yang
diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad, menyempurnakan makna kemukjizatannya
karena ia mencakup semua huruf dan wajah qiraah pilihan diantara lahjah-lahjah
itu. Dan ini merupakan salah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca,
menghafal dan memahaminya
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf?
2.
Apa saja perbedaan para ulama seputar pengertian 7
huruf?
3.
Bagaimana dalil-dalil
mengenai turunnya Al Qur’an dengan 7 huruf?
4.
Apa saja hikmah turunnya
Al Qur’an dengan 7 huruf?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dalam 7 huruf
2.
Mengetahui perbedaan para ulama seputar pengertian 7
huruf
3.
Mengetahui dalil-dalil mengenai turunna Al-Qur’an dengan 7 huruf
4.
Mengetahui hikmah turunnya Al-Qur’an dengan 7 huruf
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar belakang diturunkannya Al-Qur’an dengan 7 Huruf
Orang Arab
mempunyai aneka ragam lahjah (dialek) yang timbul dari fitrah
mereka dalam langgam, suara dan huruf-huruf sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab
sastra. Setiap kabilah mempunyai irama tersendiri dalam mengucapkan kata kata
yang tidak dimiliki kabilah-kabilah lain. Namun kaum Quraisy mempunyai faktor-faktor
yang menyebabkan bahasa mereka lebih unggul di antara cabang-cabang bahasa arab
lainnya, yang antara lain karena tugas mereka menjaga Baitullah, menjamu para
jemaah Haji, memakmurkan Masjidil Haram dan menguasai perdagangan.
Karena orang
arab memiliki perbedaan dialek dalam pengungkapan sesuatu makna dengan beberapa
perbedaan tertentu, maka Al-Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Raslu-Nya
menyempurnakan makna kemukjizatannya karena ia mencakup semua huruf dan wajah
qira’ah pilihan di antara dialek-dialek itu. Dan ini merupakan saah satu sebab
yang memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan memahaminya.
Pada periode
Mekkah, Al-Qur’an memakai
satu huruf yaitu bahasa Quraisy. Oleh karena itu Rasulullah dan para sahabat
tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam membaca dan memahami isi kandungan
dalam Al-Quran. Namun, ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah,
situasi dan kondisi telah berbeda jauh dengan apa yang ada di Mekkah, di mana
banyak orang berbondong-bondong masuk Islam dari berbagai kalangan yang
berbeda. Di antara mereka ada yang lanjut usia dan tidak mengerti baca tulis,
sehingga mendapat kesulitan dalam membaca Al-Quran yang sebelumnya tidak pernah
terjadi pada periode Mekkah. Oleh karena itu, Di dalam Al-Qur’an terdapat salah
satu cabang ilmu pengetahuan yang disebut Sab’atul Ahruf.
Di kalangan
para pengkaji ilmu Al-Quran dan Al-Hadits, gagasan tentang pewahyuan Al-Quran
dalam tujuh huruf merupakan masalah yang rumit dan masih menjadi teka-teki
dalam sejarah Al-Quran.
Terdapat banyak hadits dalam berbagai riwayat yang intinya menyatakan,
bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf, diantaranya adalah hadits berikut:
عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَقْرَأَنِيْ جِبْرِيْلُ عَلَى حَرْفٍ فَرَاجَعْتُهُ فَلَمْ
أَزَلْ أَسْتَزِيْدُهُ وَيَزِيْدُنِى حَتَّى اِنْتَهَى إِلىَ سَبْعَةِ أَحْرُفٍ.
Artinya:”Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia
berkata: “Berkata Rasulullah SAW: “Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf,
maka aku kembali kepadanya, maka aku terus-menerus minta tambah dan ia
menambahi bagiku hingga berakhir sampai tujuh huruf.” (HR. Bukhari Muslim).
ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِنَّ هَذَا الْقُرْأَنَ اُنْزِلَ عَلَى
سَبْعَةِ اَحْرُفٍ فَاقْرَأُوْا مَا تَيَسَرَ مِنْهُ.
Artinya: “Bersabda Rasul SAW: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh
huruf, maka bacalah kamu mana yang mudah daripadanya.” (HR. Bukhari Muslim)
Berdasarkan
hadits-hadits di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Bahwa Al-Qur’an
diturunkan dalam tujuh huruf.
2.
Pada awalnya Al-Qur’an
diturunkan dalam satu huruf.
3.
Diturunkannya Al-Qur’an
dalam tujuh huruf itu setelah Nabi SAW. Meminta keringanan dan kemudahan bagi
umatnya.[1]
B.
Perbedaan Pendapat Ulama
Seputar Pengertian Tujuh Huruf
Para
ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan tujuh huruf ini dengan perbedaan yang
bermacam macam. Sehingga Ibnu Hayyan mengatakan, "Ahli
ilmu berbeda pendapat tentang arti kata tujuh huruf menjadi tiga puluh lima
pendapat."[2]
Namun kebanyakan pendapat itu bertumpang tindih. Berikut pendapat mereka :
1.
Sebagian besar ulama berpendapat
bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari
bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna. Dengan pengertian jika bahasa mereka
berbeda beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Al Qur'an pun diturunkan
dengan jumlah lafazh sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang
satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka Al Qur'an hanya mendatangkan
satu lafazh atau lebih saja.Ketujuh bahasa Arab tersebut yaitu, Quraisy,
Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman. Menurut Abu Hatim As
Sijistani, Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy, Hudzail, Tamim, Azad,
Rabiah, Hawazin dan Sa’ad bin Abi Bakar.
2.
Yang dimaksud
tujuh huruf ialah tujuh macam bahasabahasa dari bahasa bahasa Arab yang
ada, yang mana dengannyalah Al Qur'an diturunkan, dengan pengertian bahwa kata
kata dalam Al Qur'an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa
tadi, yaitu bahasa yang paling fasih di kalangan bangsa Arab, meskipun sebagian
besarnya dalam bahasa Quraisy. Sedang sebagian yang lain dalam bahasa Hudzail,
Saqif, Hawazin, Kinanah, Tamim dan Yaman, karena itu maka secara keseluruhan Al
Qur'an mencakup ketujuh bahasa tersebut.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat
sebelumnya karena yang dimaksud dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah
huruf yang bertebaran di berbagai surat Al Qur'an, bukan tujuh bahasa yang
berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.
3.
Sebagian ulama
menyebutkan, yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh segi,
yaitu: amr (perintah), nahyu (larangan), wa'd (ancaman), jadal (perdebatan),
qashash (cerita), dan matsal (perumpamaan).
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW
bersabda :
عن ابن مسعود عن النبي صلى الله عليه وسلم
قال : كان الكتاب الأول ينزل من باب واحد وعلى حرف واحد ونزل القران من بعة ابواب
على سبعة احرف : زجر وامر وحلال وحرام ومحكم ومشابه وامثال
Artinya : "Kitab
umat terdahulu diturunkan dari satu pintu dan dengan satu huruf. Sedang Al
Qur'an diturunkan melalui tujuh pintu dan dengan tujuh huruf, yaitu ;zajr
(larangan), amr, halal, haram, muhkam, mutasyabihah, dan amtsal."[3]
4.
Segolongan ulama
berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah adalah tujuh macam
hal yang didalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan), yaitu :
a.
Ikhtilaful
Asma' (perbedaan kata benda), dalam bentuk mufrod, mudzakkar dan cabang
cabangnya, seperti tatsniyah, jamak dan ta'nits. Contoh dalam surat Al-Mukminun
ayat 8 :والذين هم لأمنتم وعهدهم رعون.
Dibaca dalam bentuk jamak dan dibaca pula dalam bentuk mufrod.
b.
Perbedaan dalam
segi i'rab, seperti firman Allah SWT. ما
هذا بشرا (Q.S. Yusuf : 31) Jumhur membacanya
dengan nashab, sebagaimana penduduk Hijaz, adapun Ibnu Mas'ud membacanya dengan
rafa sebagaimana penduduk Tamim.
c.
Perbedaan
dalam tashrif, seperti firman Allah. فقالوا ربنا باعد
بين اسفارنا (Q.S. Saba'
; 19) ada yang menashabkan ربنا karena mudhof dan merafakan ربنا karena sebagai mubtada.
d.
Perbedaan
dalam taqdim (mendahulukan) dan ta'hir (mengakhirkan)
seperti firman Allah. أفلم ييأس dibaca أفلم
يأيس (Ar Ra'd:31).
e.
Peredaan dalam
segi ibdal (penggantian), baik penggantian huruf dangan huruf,
sepertiوانظر إلى العظام كيف ننشزها diganti
dengan ننشرها (Al
Baqarah: 159). Lafazh dengan lafazh, seperti firman-Nya. كا
العهن المنفوش diganti dengan كا
الصوف المنفوش (Al Qari'ah: 5).
Terkadang perbedaan makhraj, seperti طلح
منصود dibaca dengan طلع
منضود (Al Waqi'ah: 29).
f.
Perbedaan dengan sebab adanya penambahan
dan pengurangan. Dalam penambahan misalnya: وأعد
لهم جنات تجرى تحتها الأنهار (At Taubah:100), dibaca dengan
tambahan من yaitu : من
تحتها الأنهار keduanya merupakan
qira'at mutawatir. Mengenai perbedaan karena adanya pengurangan (naqsh),
seperti, قالوا اتخذا الله
ولدا (Al Baqarah: 116),
tanpa huruf wawu. Jumhur ulama membacanya وقالوا
اتخذا الله ولدا .[4]
g.
Perbedaan lahjah
dengan pembacaan tafkhim (tebal)
dan tarqiq (tipis), fathah dan imalah, idhar dan idghom,
hamzah dan tashil, isymam dan lain lain. Seperti membaca imalah dan
tidak imalah seperti : هل
أتاك حديث موسى (Thaha: 9), yang dibaca
dengan mengimalahkan kata أتى dan موسى .
h.
Sebagian ulama
ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak dapat diartikan secara
harfiah, tetapi angka tujuh tersebut hanya sebagai simbol kesempurnaan menurut
kebiasaan orang Arab.
i.
Ada juga ulama yang berpendapat, yang
dimaksud dengan tujuh huruf tersebut adalah
qira'at
sab'ah.
Mengenai pendapat satu ini, maka dapat
dijawab: Al Qur'an itu bukanlah qira'at, Al Qur'an adalah wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai bukti risalah dan mukjizat. Adapun qira'at
adalah perbedaan cara mengucapkan lafazh lafazh wahyu tersebut, seperti
meringankan (takhfif), memberatkan (tatsqil), membaca panjang (mad) dan sebagainya.
Berkata Abu Syamah, "Suatu kaum mengira bahwa qira'at tujuh yang ada
sekarang ini itulah yang dimaksudkan dengan tujuh huruf dalam hadits. Asumsi
ini sangat bertentangan dengan kesepakatan ahli ilmu. Juga anggapan seperti itu
adalah anggapan orang orang yang tidak mengerti."[5]
Lebih lanjut Ath Thabari
mengatakan,"Adapun perbedaan bacaan seperti merafa'kan sesuatu
huruf, menjarkan, menashabkan, mensukunkan, memberi harakat dan
memindahkannya ke tempat lain dalam bentuk yang sama, tidak termasuk pengertian
ucapan Nabi, "Aku diperintahkan untuk membaca Al Qur'an dengan tujuh
huruf." Sebab sebagaimana diketahui, tidak ada satu huruf pun dari
huruf huruf Al Qur'an –bagaimanapun perbedaan bacaannya menurut pengertian ini
-, menyebabkan seseorang dipandang kafir karena meragukannya.
Tampaknya, mereka terjebak salah
paham tentang bilangan tujuh, sehingga permasalahannya menjadi kabur bagi
mereka. Dalam hal ini Ibnu Umar berkomentar,"Orang yang
menginterpretasikan kata sab'ah dalam hadits ini dengan qira'at
tujuh, telah melakukan apa yang tidak sepantasnya dilakukan dan membuat
kekaburan bagi orang awam, dengan mengesankan pada setiap orang yang berwawasan
sempit bahwa berbagai macam qira'at itulah yang dimaksud oleh hadits. Andaikata
qira'at yang masyhur itu kurang dari tujuh atau lebih, tentu kekaburan dan
kesalahan ini tidak perlu terjadi."
Pendapat
terkuat dari semua pendapat tersebut adaalah pendapat pertama, yang mengatakan
bahwa tujuh huruf yang dimaksud adalah tujuh macam bahasa dari bahasa bahasa Arab
dalam mengungkapkan satu makna yang sama, misalnya: اقبل-
تعال- هلم- عجل- اسرع Lafazh lafazh yang
berbeda ini digunakan untuk menunjuk pada satu makna. Pendapat ini dipilih oleh
Sufyan bin Uyanah, Ibnu Jarir, Ibnu Wahab, dan lainnya. Dalil pendapat ini
ialah apa yang terdapat dalam hadits Abu Bakrah yang menyebutkan, bahwasanya
Jibril berkata "Hai Muhammad, bacalah Al Qur'an dengan satu huruf."
Lalu Mikail berkata "Tambahkanlah." Jibril berkata lagi, "Dengan
dua huruf." Jibril terus menambahnya hingga sampai enam atau tujuh huruf.
Lalu ia berkata "Semua itu obat penawar yang memadai, selama ayat adzab
tidak ditutup dengan ayat rahmat, dan ayat rahmat tidak ditutup dengan ayat
adzab. Seperti kata kata halumma, ta'ala, aqbil, idzhab, asra'a, dan
'ajala."[6]
Pendapat pertama ini didukung pula oleh banyak hadits yakni mengenai kisah Umar
bin Khathab diantaranya............"Hai Umar, Al-Qur'an itu seluruhnya
adalah benar, selama ayat rahmat tidak dijadikan ayat adzab atau ayat adzab
dijadikan rahmat,"[7]
C.
Dalil-dalil Diturunkannya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf
1.
Imam Bukhari dan Imam
Muslim dalam kitab Sahih-nya meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas
r.a. bahwa ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jibril membacakan Al-Qur’an
kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku mengulanginya (setelah itu) senantiasa
aku meminta tambah dan ia pun menambahiku sampai dengan tujuh huruf. (Hadits
Bukhari Muslim dan lainnya) Imam muslim menambahkan, “Ibnu Syihab
mengatakan, “Telah sampai berita kepadaku bahwa tujuh huruf itu untuk suatu
perkara yang tidak diperselisihkan halal haramnya”.
2.
Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan yang lafalnya dari Bukhari bahwa Umar bin Khattab r.a. berkata,
“Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di
masa hidupnya Rasulullah SAW aku mendengar bacaannya mengandung beberapa huruf
yang belum pernah dibacakan oleh Rasulullah SAW kepadaku sehingga aku hampir
saja beranjak dari shalatku, namun aku menunggunya sampai salam. Setelah salam,
aku menarik sorbannya dan bertanya, “Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?”
Ia menjawab, “Rasulullah yang membacakannya kepadaku”, Aku menyela, “Engkau
telah berdusta, Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah SAW telah membacakan surat
yang telah kudengar dari yang kau baca ini”. Setelah itu, aku mengajaknya untuk
menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya, “Wahai Rasulullah SAW, aku telah
mendengar lelaki ini membaca surat Al-Furqan dengan beberapa
huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri telah
membacakan surat Al-Furqanini kepadaku”. Rasulullah SAW menjawab,
“Hai Umar! Lepaskan dia”. Bacalah surat tersebut, wahai Hisyam!” kemudian ia
membacakan bacaan yang tadi aku dengar. Rasul SAW bersabda, “Begitulah surat
itu diturunkan”, sambil sabdanya, “Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh
huruf, maka bacalah yang paling mudah!” (Hadits Bukhari, Muslim, Abu Daud,
Nasai, Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Jarir). Dalam satu riwayat lain disebutkan
bahwa Rasulullah SAW mendengarkan pula bacaan
Umar r.a. kemudian beliau bersabda, “Begitulah bacaan itu diturunkan”.
3.
Imam Muslim meriwayatkan
dengan sanadnya dari Ubay bin Ka’ab ia berkata, “Ketika aku berada di masjid,
tiba-tiba masuklah seorang laki-laki. Kemudian ia shalat dan membaca bacaan
yang aku ingkari. Setelah itu, masuk lagi lelaki lain yang membaca berbeda
dengan bacaan lelaki yang pertama. Setelah kami selesai shalat, kami masuk ke
rumah Rasulullah SAW, lalu aku bercerita bahwa, “si lelaki ini membaca bacaan
yang aku ingkari dan lelaki yang satunya lagi membaca berbeda dengan bacaan lelaki
yang pertama”. Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan keduanya untuk membaca.
Setelah mereka membaca, Rasulullah menganggap baik bacaan mereka. Setelah
menyaksikan hal itu terhapuslah dalam diriku sikap untuk mendustakan. Imam
Qurtubi berkata, “Denyutan hati ini (dalam jiwa Ubay) adalah akibat dari sabda
Rasulullah SAW ketika orang-orang bertanya kepadanya, “Bahwasanya kami
mendapatkan sesuatu dalam diri kami, ketika seseorang merasa berat sekali untuk
mengatakannya. Rasulullah SAW bertanya, “Apakah sudah kalian temui
jawabannya?” “Ya” jawab mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Itu adalah iman yang
jelas”. (H.R. Muslim)
4.
Al-Hafiz Abu Ya’la dalam
musnad kabirnya meriwayatkan bahwa pada suatu hari Usman r.a. berkata di atas
mimbar, “Aku sebut nama Allah ketika teringat seorang laki-laki yang mendengar
Rasulullah berkata, Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh huruf yang kesemuanya
tegas lagi sempurna”. Ketika Umar berdiri, hadirin pun berdiri sehingga
tidak terhitung dan mereka menyaksikan pula Rasulullah SAW bersabda, “Al-Qur’an
diturunkan dengan tujuh huruf yang kesemuanya tegas dan lengkap”. Kemudian
Usman r.a. berkata, “Saya menyaksikannya bersama mereka”.
5.
Imam Muslim dengan sanad
dari Ubay bin Ka’ab meriwayatkan bahwa Nabi SAW ketika berada di oase Bani Ghaffar
didatangi Malaikat Jibril .s. Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah telah
memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf”.
Nabi menjawab, “Aku meminta kepada Allah ampunan dan maghfirahnya sebab umatku
tidak mampu menjalankan perintah itu”. Kemudian Jibril datang untuk kedua
kalinya, seraya berkata, “Allah telah memerintahkanmu untuk membacakan
Al-Qur’an dengan dua huruf”. Nabi menjawab, “Aku meminta ampunan dan maghfirah
kepada Allah, karena umatku tidak kuat menjalankannya”. Jibril datang lagi
untuk ketiga kalinya dan berkata, “Allah SWT memerintahkanmu untuk membacakan
Al-Qur’an kepada umatmu dengan tiga huruf”. Nabi menjawab, “Aku meminta ampunan
dan maghfirah kepada Allah, sebab umatku tidak sanggup mengerjakannya”. Jibril
datang lagi untuk keempat kalinya seraya berkata, “Kau telah diperintahkan
Allah untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf dan huruf
mana saja yang mereka baca berarti benar”. (Hadits Riwayat Muslim).
6.
At-Turmuzi juga
meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ia mengatakan, “Rasulullah SAW berjumpa
dengan Jibril di gundukan Marwah”. Ia (Ka’ab) berkata, “Kemudian Rasul berkata
kepada Jibril bahwa beliau diutus untuk ummat yangummi (tidak bisa
menulis dan membaca). Di antaranya ada yang kakek-kakek, nenek-nenek, dan
anak-anak”. Jibril menjawab, “Perintahkan membaca Al-Qur’an dengan tujuh
huruf”. Imam Turmuzi mengatakan, “Hadits ini hasan lagi sahih”. Dalam suatu
lafal lain disebutkan, “Barang siapa membacanya dengan satu huruf saja berarti
telah membaca seperti ia (Nabi) membaca”. Dituturkan dalam lafal Huzaefah,
“Kemudian aku berkata, “Wahai Jibril bahwa aku diutus untuk umat yang ummiyah
di dalamnya terdapat orang laki-laki, perempuan, kanak-kanak, pelayan (babu),
dan kakek tua yang tidak bisa membaca sama sekali”. Jibril berkata, “Bahwa
Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf.
7.
Imam Ahmad mengeluarkan
hadits dengan sanadnya dari Abi Qais maula Amar bin Ash dari Amr, bahwa ada
seseorang yang membaca satu ayat Al-Qur’an. Kemudian Amr berkata kepadanya,
“Sebenarnya ayat itu begini dan begini. Setelah itu, ia mengatakan hal itu kepada Rasulullah
SAW, beliau menjawab, “Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan tujuh
huruf, mana saja yang kalian baca berarti benar dan jangan kalian saling
meragukan”.
8.
At-Tabari dan At-Tabrani
meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Ia berkata, “Seseorang menghadap Rasul SAW
lalu berkata, “Ibnu Mas’ud telah membacakan sebuah surat kepadaku seperti yang
telah dibacakan oleh Zaid bin Tsabit dan membacakan pula kepadaku Ubay bin
Ka’ab. Ternyata bacaan mereka berbeda-beda. Maka bacaan siapa yang saya
ambil?”. Rasulullah terdiam, sedangkan Ali berada di sampingnya, kemudian Ali
berkata, “Setiap orang di antara kalian hendaklah membaca menurut
pengetahuannya, karena kesemuannya baik lagi indah”.
9.
Ibnu Jarir At-Tabari
mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dengan tujuh huruf, maka
bacalah semampunya dan tidak berdosa. Tetapi jangan sekali-kali mengakhiri
zikir rahmat dengan azab atau zikir azab dengan rahmat”.[8]
D.
Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf
Hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan tujuh huruf (ahruf sab’ah) dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Untuk memudahkan bacaan
dan hafalan bagi bangsa yang ummi, yang setiap kabilahnya mempunyai dialek
masing-masing, dan belum terbiasa menghafal syariat, apalagi mentradisikannya.
2.
Bukti kemukjizatan
Al-Qur’an bagi kebahasaan orang arab. Al-Qur’an banyak mempunyai pola susunan
bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah
menjadi naluri bahasa orang-orang arab, sehingga setiap orang arab dapat
mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama naluri mereka dan
lahjah kaumnya, tanpa mengganggu kemukjzatan Al-Qur’an yang ditantangkan
Rasulullah kepada mereka.
3.
Kemukjizatan Al-Qur’an
dalam aspek makna dan hukum-hukumnya. Sebab, perubahan bentuk lafazh pada
sebagian huruf dan kata-kata memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan
berbagai hokum dari padanya. Hal inilah yang menyebabkan Al-Qur’an relevan
untuk setiap masa. Oleh karena itu, para fuqaha dalam istimbat dan ijtihadnya
berhujjah dengan qira’at tujuh huruf ini.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Latar belakang diturunkannya
Al-Qur’an dalam 7 huruf.
Terdapat banyak hadits dalam berbagai
riwayat yang intinya menyatakan, bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf (tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa arab) mengenai satu makna.
2.
Banyak ulama yang berpendapat tentang seputar turunnya
Al-Qur’an dalam tujuh huruf
3.
Dalil-dalil Diturunkannya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf
a.
Hadits Bukhari dan
Muslim tentang Ibnu Abbas r.a. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Jibril membacakan Al-Qur’an kepadaku dengan satu huruf, kemudian aku
mengulanginya,senantiasa aku meminta tambah dan ia pun menambahiku sampai
dengan tujuh huruf.
b.
Hadits Bukhari, Muslim,
Abu Daud, Nasai, Tirmizi, Ahmad, dan Ibnu Jarir, Tentang Umar bin Khattab
r.a mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan yang
beberapa huruf belum ia dengar di masa hidupnya Rasulullah SAW.
c.
(H.R.
Muslim) tentang Ubay bin Ka’ab mendengar bacaan sholat beberapa
laki-laki dengan bacaan yang berbeda-beda.
4.
Hikmah Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf
a.
Untuk memudahkan bacaan
dan hafalan bagi bangsa yang ummi.
b.
Bukti kemukjizatan
Al-Quran bagi kebahasaan orang Arab.
c.
Kemukjizatan Al-Qur’an
dalam aspek makna dan hukum-hukumnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Hermawan, Acep.
2011. Ulumul Qur'an, Bandung: Remaja Rosdakarya.
·
Qaththan, Manna
Khalil. 2013. Studi Ilmu Ilmu Qur'an. Terj. Mudzakir. Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa.
·
----------------------------------.
2013. Pengantar Studi Ilmu Al Qur'an. Terj. Aunur Rafiq El Mazan. Jakarta:
Pustaka Al Kautsar.
·
Taufiq, Sab’ah
Al Ahruf Dalam Al-Qur’an,
·
Muslim Daily, Ilmu
Turunnya Al Quran Dengan Tujuh Huruf, http://muslimdaily.net/ilmu/turunnya-al-quran-dengan-tujuh-huruf.html
·
Kajad Al Hikmah Kajen,
Turunnya Al-Quran Dengan Tujuh Huruf,
[2]
As Suyuthi berkata," Penafsiran Ulama' tentang makna Hadits ini tidak
kurang dari empat puluh pendapat (Al Itqan, 1/45)
[3]
HR. Al Hakim dan Al Baihaqi.
[4]
Dengan tambahan huruf wawu di
depan. (Edt.)
[5]
Lihat Al Itqan, 1/20.
[6]
HR. Ahmad dan Ath Thabarani, dengan sanad yang bagus. Dan ini adalah redaksi
Ahmad.
[7]
HR. Ahmad dengan isnad yang para perawinya dapat dipercaya dan dikeluarkan pula
oleh Ath Thabari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar