BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang
digunakan untuk membantu masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari
kalangan bawah hingga kalangan atas, sehingga dengan adanya zakat umat Islam
tidak ada yang tertindas karena zakat dapat menghilangkan jarak antara orang
kaya dan orang miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu instrumen
negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk membangkitkan bangsa dari
keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah utama yang diwajibkan bagi
orang-orang Islam, namun diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.
Zakat merupakan bagian penting dalam kehidupan umat Islam.
Bahkan pada masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq orang-orang yang enggan berzakat
diperangi sampai mereka mau berzakat. Itu karena kewajiban berzakat sama dengan
kewajiban mendirikan shalat.
Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk
kemanfaatan umat sehingga dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat harta) kita dapat mempererat tali
persaudaraan dengan sesama umat Islam maupun dengan umat lain.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian zakat?
2.
Bagaimana
hukum zakat?
3.
Apa saja
syarat-syarat zakat?
4.
Apa tujuan mengeluarkan
zakat?
5.
Apa saja hikmah
mengeluarkan zakat?
6.
Apa saja pembagian zakat itu?
7.
Siapa saja yang termasuk mustahiq zakat?
8.
Siapa saja orang yang tidak
berhak menerima zakat?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian zakat
2.
Mengetahui
bagaimana hukum mengeluarkan zakat
3.
Mengetahui
syarat-syarat mengeluarkan zakat
4.
Mengetahui
tujuan mengeluarkan zakat
5.
Mengetahui
hikmah tentang zakat
6.
Mengetahui
pembagian-pembagian zakat
7.
Mengetahui
siapa saja yang termasuk mustahiq zakat
8.
Mengetahui
siapa saja orang yang tidak berhak menerima zakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat menurut bahasa artinya bersih, bertambah (ziyadah), dan terpuji. Jika di ucapkan, zaka al-zar, artinya adalah tanaman itu
tumbuh dan bertambah. Jika diucapkan zakat
al-nafaqah, artinya nafkah, tumbuh dan bertambah jika diberkahi. kata ini juga sering
dikemukakan untuk makna thaharah (bersuci).
Allah subhanahu
wata’ala
berfirman:
ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.”
(Q.S Asy-Syams 9)
Menurut hukum Islam, zakat ialah pemberian tertentu dari
harta tertentu kepada orang tertentu menurut syarat-syarat yang ditentukan.
Dinamakan zakat karena didalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah,
membersihkan jiwa dan menumpuknya dengan berbagai kebaikan. Kata-kata zakat
itu, arti aslinya ialah tumbuh, suci, dan berkah. Firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat At-Taubah ayat
103.
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkÏj.tè?ur $pkÍ5 Èe@|¹ur öNÎgøn=tæ (
¨bÎ) y7s?4qn=|¹ Ö`s3y öNçl°; 3
ª!$#ur ììÏJy íOÎ=tæ ÇÊÉÌÈ
“Ambillah
zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi
mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS At-Taubah 103)
Zakat menurut istilah agama islam artinya sejumlah / kadar
harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa
syarat. Hukumnya zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima, yaitu fardhu ‘ain atas tiap-tiap orang yang
cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua penanggalan hijriyah.
B.
Hukum Zakat
Mengeluarkan zakat itu hukumnya wajib sebagai salah satu
rukun Islam. Namun demikian, tidak semua orang yang memiliki harta terkena
kewajiban zakat mal. Mengenai zakat, dapat dijumpai dalam Al-Qur’an di 82 ayat
atau tempat, serta di dalam kitab-kitab hadits. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya pembahasan mengenai zakat ini. Orang yang menunaikannya akan
mendapatkan pahala, sedangkan yang tidak menunaikannya akan mendapat siksa.
Kewajiban zakat tersebut telah ditetapkan melalui dalil-dalil qath’i (pasti dan tegas) dalam Al-Qur’an
dan Hadits serta telah disepakati oleh para ulama. Ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi, baik terkait dengan pemilik harta maupun harta itu sendiri.
C.
Syarat Zakat
1.
Syarat wajib zakat
Syarat wajib zakat ialah sebagai berikut:
a.
Orang yang merdeka.
b.
Islam.
c.
Baligh dan orang yang berakal.
d.
Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib untuk zakat.
e.
Harta untuk zakat telah mencapai nishab atau senilai
dengannya.
f.
Harta untuk zakat adalah milik penuh.
g.
Kepemilkan harta yang telah mencapai setahun, menurut
hitungan tahun Qamariyah.
h.
Harta tersebut bukan merupakan harta hasil utang.
i.
Harta untuk zakat melebihi kebutuhan pokok.
2.
Syarat-syarat sah
pelaksanaan zakat
a.
Niat.
b.
Tamlik (memindahkan kepemilikan
harta kepada penerimanya)
D.
Tujuan Zakat
1.
Mengangkat derajat orang fakir dan orang miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.
2.
Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu sabil dan mustahiq lainnya.
3.
Menolong orang yang lemah dan menderita, agar dia dapat
menunaikan kewajibannya terhadap Allah dan terhadap makhluk-Nya.
4.
Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam
dan manusia pada umumnya.
5.
Menghilangkan sifat kikir pemilik harta
6.
Membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orang-orang
miskin
7.
Menyatukan orang yang kaya dan orang
yang miskin
dalam masyarakat.
8.
Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang
9.
Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya
10.
Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan
sosial.
E.
Hikmah Zakat
1.
Membina diri untuk selalu bersyukur atas nikmat dan pemberian
Allah.
2.
Menyuburkan harta, menggapai berkah, tambahan dan ganti dari
Allah subhanahu
wata’ala.
Sebagaimana firman-Nya.
ö@è% ¨bÎ) În1u äÝÝ¡ö6t s-øÎh9$# `yJÏ9 âä!$t±o ô`ÏB ¾ÍnÏ$t7Ïã âÏø)tur ¼çms9 4
!$tBur OçFø)xÿRr& `ÏiB &äóÓx« uqßgsù ¼çmàÿÎ=øä (
uqèdur çöyz úüÏ%κ§9$# ÇÌÒÈ
”Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku
melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang
kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang
sebaik-baiknya.” (QS Saba' 39).
3.
Membersihkan diri dari sifat kikir, dengki, iri, sombong
serta dosa.
4.
Menyucikan harta yang dimiliki.
5.
Mewujudkan solidaritas dan kasih sayang antara sesama
manusia.
6.
Membina dan mengembangkan stabilitas sosial dan keadilan
sosial. Berdasarkan firman Allah subhanahu wata’ala dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 267,
$ygr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhsÛ $tB óOçFö;|¡2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9 z`ÏiB ÇÚöF{$# (
wur (#qßJ£Jus? y]Î7yø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè? NçGó¡s9ur ÏmÉÏ{$t«Î/ HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? ÏmÏù 4
(#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî îÏJym ÇËÏÐÈ
“Hai orang yang beriman, nafkahkanlah
(dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari
apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kau nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan memalingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Kaya Lagi Maha Terpuji”.
F.
Pembagian Zakat
Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat jiwa
(nafsh) / zakat fitrah dan zakat harta (maal).
1.
Zakat Jiwa (Nafsh / Fitrah)
Pengertian fitrah ialah sifat asal, bakat, perasaan
keagamaan dan perangai. Sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi yang
mengembalikan manusia Muslim keadaan fitrahnya, dengan menyucikan jiwa mereka
dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan
sebagainya. Zakat fitrah adalah sejumlah harta yang wajib ditunaikan oleh
setiap mukallaf dan setiap orang yang
nafkahnya ditanggung olehnya dengan syarat-syarat tertentu.
Yang dikeluarkan dalam zakat fitrah adalah makanan
pokok (yang mengenyangkan) menurut tiap-tiap tempat (negeri) sebanyak 3,1 liter
atau 2,5 kg. Atau bisa diganti dengan uang senilai 3,1 liter atau 2,5 kg
makanan pokok yang harus dibayarkan. Makanan pokok di daerah tempat berzakat
fitrah itu seperti beras, jagung, tepung sagu, dan sebagainya.
“Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fitri 1(satu) sha’ dari kurma/gandum
atau budak, orang merdeka laki-laki dan perempuan, anak kecil dan orang tua
dari seluruh kaum muslimin. Dan beliau perintahkan supaya dikeluarkan sebelum manusia
keluar untuk shalat ‘ied.” (HR.Bukhari)
a.
Syarat Wajib
Syarat-syarat wajib zakat fitrah adalah sebagai berikut :
1)
Beragama Islam.
2)
Lahir dan hidup sebelum terbenam matahari pada hari
penghabisan bulan Ramadhan.
3)
Mempunyai kelebihan harta dari keperluan makanan untuk
dirinya sendiri dan wajib dinafkahi, baik manusia atau binatang, pada malam
hari raya dan siang harinya. Yang tidak mempunyai kelebihan seperti itu, maka
boleh menerima dari orang lain sehingga dia dapat membayar zakat dan mempunyai
persediaan makanan.
b.
Waktu-Waktu Zakat Fitrah
Waktu wajib membayar zakat fitrah adalah ketika
terbenam matahari pada malam Idul Fitri. Adapun beberapa waktu dan hukum
membayar zakat fitrah pada waktu itu adalah :
1)
Waktu yang mubah, awal bulan Ramadhan sampai
hari penghabisan Ramadhan.
2)
Waktu yang wajib, mulai terbenamnya matahari diakhir bulan
Ramadhan.
3)
Waktu yang sunah, sesudah shalat subuh
sebelum shalat Idul Fitri.
4)
Waktu yang makruh, sesudah shalat Idul
Fitri tetapi sebelum terbenam matahari
pada hari raya Idul Fitri.
5)
Waktu yang haram, sesudah terbenam matahari
pada hari raya Idul Fitri.
Zakat ini wajib dikeluarkan dalam bulan Ramadhan
sebelum shalat ‘ied, sedangkan bagi orang yang mengeluarkan zakat fitrah
setelah dilaksanakan shalat ’ied maka apa yang diberikan bukanlah termasuk
zakat fitrah tetapi merupakan sedekah, hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw
dari ibnu Abbas, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah itu
sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan
yang kotor dan sebagai makanan bagi orang yag miskin. Karena itu, barang siapa
mengeluarkan sesudah shalat maka dia itu adalah salah satu shadaqah biasa.” (HR
Abu Daud dan Ibnu Majjah)
Melewatkan pembayaran zakat fitrah sampai selesai
shalat hari raya hukumnya makruh karena tujuan utamanya membahagiakan
orang-orang miskin pada hari raya, dengan demikian apabila dilewatkan pembayaran
hilanglah separuh kebahagiannya pada hari itu.
- Hikmah Zakat Fitrah
Menurut Yusuf Qardhawi ada dua hikmah zakat fitrah, ialah
sebagai berikut:
a.
Membersihkan kotoran selama menjalankan puasa, karena selama
menjalankan puasa seringkali orang terjerumus pada perkataan dan perbuatan yang
tidak ada manfaatnya serta melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
Allah.
b.
Menumbuhkan rasa kecintaan kepada orang-orang miskin dan
kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan memberi zakat fitrah kepada
orang-orang miskin dan orang yang membutuhkan akan membawa mereka kepada
kebutuhan dan kegembiraan, bersuka cita pada hari raya.
2.
Zakat Maal (Harta)
Zakat Maal
(harta) adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara hukum (syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang
secara harfiah berarti harta.
a.
Syarat Wajib
Secara umum seseorang berkewajiban mengeluarkan zakat
maal apabila sudah memiliki syarat sebagai berikut :
1)
Muslim
2)
Orang yang merdeka (bukan budak)
3)
Hak milik yang sempurna
4)
Telah mencapai nisab
5)
Masa memiliki sudah sampai satu tahun / haul (selain tanaman dan buah-buahan).
6)
Lebih dari kebutuhan pokok. Orang yang berzakat hendaklah
orang yang kebutuhan minimal / pokok untuk hidupnya terpenuhi terlebih dahulu.
7)
Bebas dari hutang, bila individu memiliki hutang yang bila
dikonversikan ke harta yang dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nishab,
dan akan dibayar pada waktu yang sama maka harta tersebut bebas dari kewajiban
zakat.
b.
Macam Zakat Maal
1)
Zakat Binatang Ternak
Segala ternak yang dipelihara untuk diperbanyak dan
telah sampai nisab diwajibkan membayar zakatnya.. Alasan diwajibkannya
menunaikan zakat hewan ternak seperti unta, sapi dan kambing ialah karena hewan
ini banyak sekali manfaatnya.
a)
Syarat Zakat
·
Syarat wajib zakat hewan ternak adalah pemiliknya beragama
Islam, mencapai nisab dan sudah sempurna satu haul. Adapun saling memindahkan
hewan ternaknya dengan cara yang salah maka hal itu tidak menghilangkan haul nya. Dan memindahkan hewan
ini dimakruhkan jika bermaksud melarikan diri dari kewajiban berzakat.
·
Dalam hewan ternak, disyaratkan kepemilikan selama satu tahun,
jika kepemilikan hilang sebentar saja sebelum satu tahun kemudian kembali lagi maka
haul nya
terputus dan dimulai tahun yang baru.
·
Hewan ternak yang diwajibkan adalah hewan yang digembalakan.
“Pada unta yang digembalakan pada setiap
jumlah yang mencapi 40 ekor unta, zakatnya adalah 1 ekor.” (HR Abu Dawud)
·
Hewan ternak yang diwajibkan bukan hewan yang dipekerjakan.
“Tidak diwajibkan zakat pada sapi yang
dipekerjakan.” (HR Thabrani, Abu Dawud, Baihaqi)
2)
Zakat Emas dan Perak
Islam telah menetapkan wajibnya zakat pada emas dan perak
dan sesuatu yang menghubungkan keduanya, yakni uang. Menurut Abu Zahrah, harus
dizakati dan dinilai dengan uang. Harta yang dalam keadaan yang digadaikan
zakatnya dipungut atas pemilik harta, karena barang-barang yang digadaikan
tetap menjadi milik yang menggadaikan.
Zakat emas dan perak yaitu jika waktunya telah cukup
setahun dan telah sampai ukuran emas yang dimilikinya sebanyak 20 misqal yakni 20 dinar setara dengan 85 atau 96 gram. Sedangkan perak adalah 200 dirham atau 672 gram keatas, dan
masing-masing zakatnya 2,5%. Sabda Rasulullah yang artinya
“Apabila engkau mempunyai perak 200 dirham
dan telah cukup satu tahun maka zakatnya 5 dirham, dan tidak wajib atasmu zakat
emas hingga engkau mempunyai 20 dinar. Apabila engkau mempunyai 20 dinar dan
telah cukup satu tahun, maka wajib zakat adanya setengah dinar.”
3)
Zakat Hasil Bumi
(Biji-bijian dan Buah-buahan)
Adapun zakat makanan telah diterangkan dalam Al-Qur’an
yang menyuruh kaum Muslimin untuk mengeluarkan zakat terhadap segala hasil yang
dikeluarkan dari bumi seperti biji-bijian dan buah-buahan. Keduanya wajib
dizakati apabila memenuhi kriteria berikut:
a)
Menjadi makanan pokok manusia
b)
Memungkinkan untuk disimpan dan tidak mudah rusak / membusuk
c)
Dapat ditanam oleh manusia.
Nisab Zakat
Zakat tidak diwajibkan kecuali bila sudah mencapai
nisab. Adapun nisabnya ialah 5 wasaq
seteleh biji-bijian atau buah tersebut dibersihkan dari tangkai dan batangnya.
Rasulullah bersabda,
“Tidak wajib zakat pada kurma yang kurang
dari lima wasaq.” (HR Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)
Wasaq adalah jenis timbangan seberat 60 sha’ dan ini merupakan ijma’ para ulama.
Sedangkan 1 sha’ itu sama dengan 3 ritl. Maka nisab biji-bijian dan buah
adalah 900 ritl. Dan 1 sha’ itu sama dengan 4 mud, yakni satu cakupan tangan orang
biasa (tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil). Untuk zaman sekarang, 1
sha’ itu sama dengan 2,4 kg. Sehingga nisab biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan
adalah 5 wasaq atau setara dengan 720
kg.
Kecuali pada padi dan gandum dan selain keduanya yang
disimpan berikut kulitnya. Maka dari setiap 2 wasaq harus ditambah 1 wasaq,
sehingga nisab keduanya menjadi 10 wasaq.
Akan tetapi jika kulitnya dibersihkan, maka nisabnya sama seperti semula yaitu
5 wasaq.
* uqèdur üÏ%©!$# r't±Sr& ;M»¨Yy_ ;M»x©rá÷è¨B uöxîur ;M»x©râ÷êtB @÷¨Z9$#ur tíö¨9$#ur $¸ÿÎ=tFøèC ¼ã&é#à2é& cqçG÷¨9$#ur c$¨B9$#ur $\kÈ:»t±tFãB uöxîur 7mÎ7»t±tFãB 4
(#qè=à2 `ÏB ÿ¾ÍnÌyJrO !#sÎ) tyJøOr& (#qè?#uäur ¼çm¤)ym uQöqt ¾ÍnÏ$|Áym (
wur (#þqèùÎô£è@ 4
¼çm¯RÎ) w =Ïtä úüÏùÎô£ßJø9$# ÇÊÍÊÈ
”Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang
berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan
tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia
berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan
kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS Al-An’am 141)
Ayat ini mempertegas adanya zakat untuk semua hasil
bumi, kemudian dikeluarkan zakatnya sebanyak 10% jika dialiri dengan air hujan
atau sungai dengan cara yang mudah. Tetapi zakatnya hanyalah 5% jika dialiri dengan
air yang dibeli atau menggunakan upah.
Waktu Zakat
Tidak ada kewajiban menunaikan zakat kecuali setelah
dipanen. Sebab sebelum itu biji-bijian dianggap seperti sayuran-sayuran yang
tidak wajib dizakati. Zakat biji-bijian tidak dikeluarkan kecuali setelah biji
tersebut matang, lalu dipetik dan dibersihkan dari kulit dan kotoran. Begitu
pula pada buah-buahan, zakatnya setelah masak di pohon. Apabila pemilik pohon
hendak menjual buah-buahnya sebelum layak dipanen supaya tidak terkena wajib
zakat, maka yang demikian itu dimakruhkan karena ia melarikan diri dari ibadah.
Meskipun demikian hukum jual belinya tetap sah.
Jika biji-bijian dan buah-buahan satu jenis, maka
diambil zakat dari jenis tersebut. Jika pemiliknya mengeluarkan jenis yang
lebih baik maka hal itu diperbolehkan dan tentu saja bertambah pula
kebaikannya. Sedangkan jika ia mengeluarkan jenis yang lebih rendah
kualitasnya, maka hal itu tidak sah. Apabila buah-buahan tersebut terkena
bencana, atau dicuri atau hilang maka tidak ada kewajiban zakat pada pemilik
buah tersebut.
4)
Harta Temuan / Terpendam (Rikaz)
Secara etimologi, rikaz
adalah sesuatu yang ditetapkan. Rikaz
adalah emas dan perak yang ditanam didalam tanah. Menurut sebagian ulama, rikaz, yaitu harta karun yang
diketemukan setelah terpendam dimasa lalu. Dan semua benda-benda tambang yang
baru ditemukan baik di darat atau di laut. Apabila menemukan barang di jalan
atau masjid maka hal itu tidak bisa dikatakan rikaz, melainkan luqathah.
Syarat Zakat
·
Penemu adalah orang yang diwajibkan berzakat. Yaitu orang
muslim,
·
Tempat ditemukannya rikaz. Tidak diwajibkan zakat pada rikaz
melainkan apabila penemu itu mendapatkannya di lahan yang tidak didiami oleh
orang. Demikian juga apabila rikaz ditemukan di lahan yang memang miliknya atau
di daerah yang ditetapkan untuknya. Maka hal itu memungkingkan rikaz tersebut
menjadi miliknya melalui ketetapan tersebut.
·
Mencukupi nisab. Nisabnya yaitu 20 dinar emas (85 gram) atau
200 dirham perak.
·
Tidak disyaratkan haul.
Kewajiban untuk menunaikan zakat barang temuan adalah
setiap kali orang menemukan barang tersebut. Kita wajib mengeluarkan zakat
sebesar 20% dari rikas yang kita temukan, pada saat kita menemukannya.
Ketentuan ini sesuai dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
“Zakat rikaz (harta terpendam) adalah sebanyak seperlima.”(HR
Bukhari dan Muslim)
5)
Hasil Tambang (Ma’din)
Ma’din adalah tempat Allah subhanahu wata’ala menciptakan emas, perak, besi dan tembaga. Zakat
Ma’din adalah zakat yang dibayarkan dari barang tambang apabila seorang muslim
mengeluarkannya dari tanah yang tidak dihuni, atau dari tempat yang memang
miliknya. Dasar hukumnya berasal dari Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 35.
tPöqt 4yJøtä $ygøn=tæ Îû Í$tR zO¨Zygy_ 2uqõ3çGsù $pkÍ5 öNßgèd$t6Å_ öNåkæ5qãZã_ur öNèdâqßgàßur (
#x»yd $tB öNè?÷t\2 ö/ä3Å¡àÿRL{ (#qè%räsù $tB ÷LäêZä. crâÏYõ3s? ÇÌÎÈ
“Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam,
lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan
itu." (QS At-Taubah 35)
Syarat Zakat
Syarat zakat ma’din adalah barang tambang yang
dikeluarkan dari bumi itu berupa emas dan perak, bukan selain keduanya. Dengan
demikian besi, timah, permata, kristal, marjan, zamrud, minyak dan lainnya
tidak diwajibkan zakat. Hal ini menurut pendapat yang kuat yang telah ditetapkan
oleh Imam Syafi’i. Selain itu syarat zakat ma’din adalah keberadaan barang
telah ditemukan dan telah dikeluarkan. Menurut pendapat yang paling kuat
diantara madzhab Syafi’i, tidak disyaratkan haul pada barang tambang tersebut.
Dan persyaratan ini hanya dikhususkan untuk barang tambang / ma’din saja.
Adapun emas dan perak yang merupakan harta tunai dan telah dicetak itu berbeda
dan disyaratkan sempurna satu haul untuk zakatnya.
6)
Harta Perniagaan /
Perdagangan
Yang dimaksud harta perdagangan adalah harta yang
dijual atau dibeli guna memperoleh keuntungan. Harta ini tidak hanya tertentu
pada harta kekayaan, tetapi semua harta benda yang diperdagangkan. Para ulama sepakat
tentang wajibnya zakat pada harta perdanganan ini. Hal ini berdasarkan hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Baihaqi.
“Setelah itu sesungguhnya nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh kami mengeluarkan
zakat dari barang-barang yang kami sediakan untuk perniagaan”
Syarat Wajib Harta
a)
Harta didapat dengan transaksi jual beli. Adapun jika
dimiliki secara warisan, wasiat, hibah,
menemukan dan sebagainya maka barang ini bukan termasuk harta dagangan, kecuali
jika setelahnya pemilik tersebut menjual / membelinya
b)
Niat menjual / membeli harta benda. Jika membeli harta benda
dan tidak berniat untuk menjual, maka harta tersebut bukanlah harta dagangan.
c)
Mencapai nisab. Adapun nisab yang diberlakukan pada harta ini
adalah 20 dinar (20 gram emas / 200 gram perak).
d)
Sempurna satu haul. Haulnya bermula sejak dimiliknya harta
benda perdagangan melalui transaksi. Jika telah sempurna haulnya, dan harta
dagangan mencukupi nisab maka wajib dizakati. Jika tidak mencukupi nisab maka
tidak wajib untuk menunaikan zakat.
Harta perniagaan yang telah mencapai nisab dan haul
maka dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Jika masa haul telah sempurna pada
harta dagangannya lalu keuntungannya tidak mencukupi nisab, maka ia tidak wajib
menunaikan zakat. Kemudian saat harga barang dagangan naik hingga mencapai
nisab maka ia tidak wajib menunaikan zakat sampai haul yang kedua datang. Sebab
haul yang pertama telah selesai dan ia tidak wajib zakat. Tidak diwajibkan
untuk zakat hingga haulnya sempurna.
7)
Zakat Profesi.
Yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi
(hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi
pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan
wiraswasta. Jika penghasilannya selama setahun lebih dari senilai 85 gram emas
dan zakatnya dikeluarkan setahun sekali sebesar 2,5% setelah dikurangi kebutuhan
pokok.
G.
Mustahiq (Orang Yang Berhak Menerima
Zakat)
Zakat fitrah dan zakat maal wajib diserahkan kepada delapan
golongan. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan Allah dalam Al-Qur’an.
* $yJ¯RÎ) àM»s%y¢Á9$# Ïä!#ts)àÿù=Ï9 ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur tû,Î#ÏJ»yèø9$#ur $pkön=tæ Ïpxÿ©9xsßJø9$#ur öNåkæ5qè=è% Îûur É>$s%Ìh9$# tûüÏBÌ»tóø9$#ur Îûur È@Î6y «!$# Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# (
ZpÒÌsù ÆÏiB «!$# 3
ª!$#ur íOÎ=tæ ÒOÅ6ym ÇÏÉÈ
”Sesungguhnya
zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang berjuang
untuk Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS At-Taubah 60)
1.
Fakir
Orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan tidak ada yang
menanggung kebutuhan hidup sehari-harinya.
2.
Miskin
Orang yang mempunyai pekerjaan tetapi penghasilannya tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3.
Amil
Orang yang mengurusi zakat, mulai dari pengumpulan sampai
dengan pembagian kepada yang berhak.
4.
Hamba Sahaya atau Riqab
Orang yang menjadi budak dan dapat diperjualbelikan.
5.
Fi Sabilillah
Orang yang memperjuangkan agama Islam.
6.
Mu’allaf
Orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah
7.
Gharim atau Orang yang
berhutang
8.
Ibnu Sabil atau Musafir
Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat.
H.
Orang
Yang Tidak Berhak Menerima Zakat
Adapun
mereka-mereka yang tidak berhak atau tidak boleh mendapatkan zakat adalah
1.
Orang kafir (hanya berhak diberi sedekah)
2.
Orang atheis
3.
Ayah, anak, kakek, nenek, ibu, cucu, dan isteri yang menjadi
tanggungan orang yang berzakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Zakat menurut bahasa artinya bersih, bertambah (ziyadah), dan terpuji. Menurut Hukum
Islam, zakat ialah pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu
menurut syarat-syarat yang ditentukan.
2.
Mengeluarkan zakat itu hukumnya wajib sebagai salah satu
rukun Islam. Namun demikian, tidak semua orang yang memiliki harta terkena
kewajiban zakat mal
3.
Syarat-syarat
zakat dibagi menjadi 2 yahitu syarat wajib zakat dan syarat sah pelaksanaan
zakat
4.
Salah
satu tujuan zakat adalah mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan hidup serta penderitaan.
5.
Salah
satu hikmah zakat adalah membina diri untuk selalu bersyukur atas nikmat dan karuhi
Allah.
6.
Pembagian
zakat terbagi menjadi 2: zakat jiwa dan zakat harta
7.
Mustahik
zakat ialah Fakir, Miskin, Amil,
Hamba Sahaya atau Riqab, Fi Sabilillah, Mu’allaf, Gharim,
dan Ibnu Sabil atau Musafir
8.
Orang
yang tidak berhak menerima zakat ialah orang kafir, orang atheis
serta ayah,
anak, kakek, nenek, ibu, cucu, dan isteri yang menjadi tanggungan orang yang
berzakat.
DAFTAR PUSTAKA
Rasjid, Sulaiman. 2011. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam). Bandung: Penerbit Sinar Baru
Algensindo.
Ali, Muhammad Daud. 1988. Sistem Ekonomi Islam : Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI-Press.
El-Madani. 2013. Fiqh
Zakat Lengkap. Jogjakarta: DIVA Press.
Situs Web:
http://el-syadii.blogspot.co.id/2015/05/makalah-zakat-pengertian-hukum-dan-macam.html?m=1
(Dikutip sebagian pada Hari Minggu 16 April 2017, Jam 19.30 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar