KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur senantiasa kami
panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wata’ala, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berisikan materi tentang “Dampak Penggunaan Bahasa “Alay”” dari Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Shalawat beserta salam semmoga selamanya tercurahlimpahkan
kepada Nabi besar Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasalam, dan kepada para keluarga
serta sahabatnya, tak lupa kitta semua selaku pengikutnya semoga mendapatkan
syafa’at darinya kelak di akhir zaman nanti. Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Kami tentu menyadari sepenuhnya akan
keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki sehingga makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Tapi akhirnya kamipun dapat menyelesaikan makalah tepat pada
waktunya. Oleh karena itu kami dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, petunjuk
serta dukungan dan bantuan lainnya kepada kami. Untuk itu kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kritik dan saran yang positif akan senantiasa kami harapkan
dalam perbaikan makalah kami di kemudian hari.
Akhirnya harapan penyusun semoga hasil
dari makalah ini dapat berguna bagi penyusun khususnya dan umumnya bagi para
pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kuningan, Oktober
2015
Tim Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................ 1
DAFTAR
ISI........................................................................................................... 2
BAB
I (Pendahuluan)............................................................................................ 3
A. Latar belakang.......................................................................................... 3
B. Perumusan Masalah................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
BAB
II (Pembahasan)........................................................................................... 5
A. Pengertian Bahasa “Alay”...................................................................... 5
B. Contoh Penggunaan Bahasa
“Alay”..................................................... 6
C. Penggunaan Bahasa “Alay”
di Jejaring Sosial................................... 7
D. Dampak Positif dan
Negatif Penggunaan Bahasa “Alay”................ 9
E. Cara Meminimalisir
Dampak Negatif Pengg. Bahasa “Alay”........ 10
F. Hasil Data Empiris
Tentang Penggunaan Bahasa “Alay”............... 10
BAB
III Penutup.................................................................................................... 13
A. Kesimpulan................................................................................................. 13
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di era globalisasi ini Bahasa Indonesia
yang baik dan benar semakin jarang dipakai terutama dikalangan remaja,
seiring perkembangan jaman munculah modifikasi gaya bahasa menjadi bahasa gaul.
Hal ini dipengaruhi juga oleh semakin berkembangnya teknologi, terutama
berkembangnya situs jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Pada tahun
2008, muncul suatu bahasa baru dikalangan remaja, yang disebut dengan bahasa
“Alay”. Kemunculannya dapat dikatakan fenomenal, karena cukup menyita
perhatian. Bahasa baru ini seolah menggeser penggunaan bahasa Indonesia
dikalangan segelintir remaja. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan
bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya
tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang
merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar mulai tergusur oleh munculnya bahasa alay, hal ini tampak
jelas pada bahasa lisan dan tulis yang sering digunakan oleh masyarakat kita,
khususnya dikalangan remaja. Remaja Indonesia kesulitan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesulitan tersebut terjadi
karena adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai sebuah
kreativitas. Bahasa yang mengandung sandi-sandi tertentu dan sekarang dirasa
wajar muncul dari beberapa kalangan yang menggunakan bahasa prokem.
Bahasa prokem adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang dan
hanya dimengerti oleh mereka. Bahasa prokem yang sekarang ini sedang
menjadi tren di Indonesia terutama pada kalangan remaja adalah bahasa alay, jika
tidak menggunakannya, mereka takut dikatakan ketinggalan zaman atau tidak
gaul.
Remaja pada umumnya telah melupakan
bahkan tidak mengetahui kaidah EYD dalam membuat sebuah
karangan, kalimat, atau bahkan menuliskan sebuah kata. Mereka tidak mengerti
bagaimana menulis lambang bilangan, penggunaan kata yang tidak baku, ataupun
menggunakan akronim yang benar. Ironis, seharusnya mereka mampu menggunakan
kaidah yang benar dalam menulis karena bahasa Indonesia adalah bahasa bangsa
kita. Pelajaran bahasa Indonesia sendiri pun telah diajarkan sejak TK. Apakah
fenomena yang sedang terjadi pada penggunaan bahasa Indonesia pada remaja saat
ini?
B.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana
ciri-ciri bahsa alay?
2. Bagaimana cara
meminimalisir bahasa alay?
3. Bagaimana
dampak bahasa alay terhadap penggunaan bahasa Indonesia?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui ciri-ciri bahasa alay
2.
Mengetahui bagaimana meminimalisir
bahasa alay
3.
Mengetahui dampak secara menyeluruh
terhadap penggunaan bahasa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bahasa “Alay”
Bahasa adalah kode yang merupakan
gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaksis untuk membentuk
kalimat yang memiliki arti. Bahasa merupakan alat yang sangat tidak
memadai untuk berpikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat
(C.P.F.Lecoutere, L. Grootaers). Munculnya bahasa alay merupakan ancaman
yang cukup serius pada penggunaan bahasa lisan dan tulis. Terkadang penggunaan
bahasa lisan tidak terlalu disorot, karena merupakan bahasa percakapan
sehari-hari, meski demikian pada situasi formal penggunaan bahasa lisan yang
kurang baik akan menimbulkan kesan kurang baik pada penggunanya. Seseorang
terbiasa menggunakan qu,u akan cenderung sulit menggunakan kata saya,
anda. Banyak Remaja yang lancar dalam penggunaan bahasa alay,
tetapi kesulitan dalam berbahasa Indonesia. Contohnya, mereka lebih nyaman
memakai kata Binund (bingung) yang berarti ayah dan ibu, kemudian ada
lagi penggunaan kata dimana menjadi dimandose.
Bahasa Alay menurut Sahala Saragih,
dosen Fakultas Jurnalistik Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang
hanya berlaku dalam komunitas mereka. Tentu saja itu tidak mungkin digunakan ke
pihak di luar komunitas mereka misalnya guru dan orangtua. Penggunaan bahasa
sandi itu menjadi masalah bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang
yang mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khayalak media massa atau
dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis.
Sedangkan menurut Irni Ristika bahasa alay itu adalah variasi bahasa
yang muncul karena adanya komunitas anak-anak remaja/muda. Alay adalah
singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang
menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal
adalah Anak layangan. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang
menganggap dirinya keren secara gaya busananya.
Menurut Koentjaraningrat, Alay adalah
gejala yang dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui
statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan
gaya berpakaian mereka.
Istilah alay hadir setelah di facebook
semakin marak penggunaan bahasa tulis yang tak sesuai kaidah bahasa Indonesia
oleh remaja. Hingga kini belum ada definisi yang pasti tentang istilah ini,
namun bahasa ini kerap dipakai untuk menunjuk bahasa tulis. Dalam bahasa alay
bukan bunyi yang dipentingkan tapi variasi tulisan.”
Menurut Koentjaraningrat, alay adalah
gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia yang ingin diakui statusnya. Gejala
ini akan mengubah gaya penulisan serta komunikasi secara lisan. Sedangkan
bahasa alay menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik. Universitas
Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka.
Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi masalah jika digunakan dalam komunikasi
massa atau dipakai dalam komunikasi secara tertulis.
Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk
sejenis bahasa diakronik. Yaitu bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dalam
kurun waktu tertentu. Ia akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan
bahasa diakronik ini, tidak hanya penting dipelajari oleh para ahli bahasa,
tetapi juga ahli sosial atau mungkin juga politik. Sebab, bahasa merupakan
sebuah fenomena sosial. Ia hidup dan berkemban karena fenomena sosial tertentu.
Munculnya SMS (Short Message
Service) dirasa menjadi cikal munculnya bahasa tulis yang menyimpang.
Bermula dari kata-kata yang disingkat, akhirnya menimbulkan singkatan kata yang
menyimpang dari kata yang dimaksud. Munculnya jejaring sosial seperti friendster, facebook, dan twitter,
mendorong kian maraknya penggunaan bahasa alay di Indonesia,
karena dari jejaring sosial tersebut juga muncul kosakata baru.
B.
Contoh
Penggunaan Bahasa “Alay”
Ini adalah gambaran tentang
bahasa tulis yang sedang menjadi tren pada remaja Indonesia :
1.
Menggunakan angka untuk menggantikan
huruf. Contoh: 4ku ciNT4 5 K4moe (Aku cinta kamu).
2.
Kapitalisasi yang sangat berantakan.
Contoh: IH kAmOE JaHAddd (ih kamu jahat).
3.
Menambahkan “x” atau “z” pada akhiran
kata atau mengganti beberapa huruf seperti “s” dengan dua huruf tersebut dan
menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya
bahasa yang masih bisa dibaca. Mengganti huruf “s” dengan “c” sehingga seperti
balita berbicara. Contoh:, “xory ya, becok aQ gx bica ikut”.
4.
Menggunakan singkatan-singkata kata : semangka
(semangat kaka), stw (santai wae), otw ( on the way)
5.
Mengubah huruf vokal atau konsonan
menjadi kata yang bernada lebih rendah : semangat – cemungud.
6.
Menganti huruf dengan angka maupun
tanda-tanda dalam bacaan. Contoh huruf
7.
i diganti !/1 (pap!),
Penggunaan
bahasa alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Padahal, di sekolah atau di tempat kerja, kita
diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan
dibiasakannya seseorang menggunakan bahasa alay, maka dapat menyulitkan
diri sendiri, misalnya dalam membuat tulisan ilmiah seseorang akan
kesulitan menulis karena telah terbiasa menggunakan bahasa alay, dan
yang lebih memprihatinkan lagi sampai saat ini belum ada yang pernah mencapai
nilai sempurna dalam UN (Ujian Nasional) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia untuk kalangan SD, SLTP dan SLTA.
C.
Penggunaan
Bahasa “Alay” Di Jejaring Sosial.
Pada masa sekarang, bahasa alay banyak digunakan oleh kaula muda, meski kaula tua pun ada juga
yang menggunakannya. Bahasa ini bersifat temporal dan rahasia, maka timbul
kesan bahwa bahasa ini adalah bahasa rahasianya para pencoleng atau penjahat,
padahal sebenarnya tidak demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan kosakata
yang digunakan dalam bahasa alay
sering kali berubah. Para remaja menggunakan bahasa alay ini dalam ragam lisan dan ragam tulis, atau juga dalam ragam
berbahasa dengan menggunakan media tertentu, misalnya, berkomunikasi dalam
jejaring sosial.
Jejaring sosial merupakan media yang banyak digunakan para
penutur bahasa untuk saling berkomunikasi jarak jauh melalui internet. Jejaring
sosial yang banyak diminati oleh masyarakat, yaitu facebook dan twitter. Dalam
facebook dan twitter, para pengguna dapat menuliskan apa yang sedang
dipikirkannya dalam “status” dan dapat saling memberikan komentar pada
“kiriman” dan “status” rekan-rekan mereka. Selain itu, mereka juga dapat saling
berdialog dan memberi komentar satu sama lain.
Dalam jejaring sosial, para penutur bahasa alay saling berdialog melalui ragam
tulis. Dalam berbahasa tulis kita harus lebih menaruh perhatian agar
kalimat-kalimat yang kita susun bisa dapat dipahami pembaca dengan baik. Oleh
karena itu, para penutur bahasa alay sering
menciptakan kosakata baru yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dalam
jejaring sosial tersebut. Penggunaan kosakata bahasa alay yang ada dalam jejaring sosial terus berkembang dan berganti
mengikuti tren. Para penutur biasanya mengikuti bahasa alay yang digunakan oleh para artis ibukota. Misalnya, adanya kata
“Sesuatu” yang merupakan judul lagu yang dinyanyikan Syahrini. Adanya kalimat,
“Terus gue harus bilang, wow, gitu?” Dengan jawaban, “Emang iya? Terus masalah
buat lo?” yang sering dikatakan oleh Soimah, penyanyi solo dan presenter acara
televisi.
Para remaja menganggap bahasa alay dialek Jakarta lebih bergengsi dibandingkan dengan bahasa
daerah. Kota Jakarta adalah kota metropolitan. Sehingga, para remaja di daerah
dan yang pernah ke Jakarta merasa bangga bisa berbicara dalam dialek Jakarta
itu. Selain itu, para remaja juga memerlukan bahasa tersendiri dalam
mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja
untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau
agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa
remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan
kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka. Keinginan untuk membuat
kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan
Partana, 2002:150).
Walaupun istilah alay
ini sudah dikenal di masyarakat luas dengan arti “orang norak”, tetapi hingga
saat ini bahasa alay tersebut masih banyak digunakan oleh para remaja untuk
menulis dalam facebook atau twitter. Beberapa kata yang sering dijumpai
dalam “status” para pengguna jejaring sosial, misalnya, kata gue. Kini,
untuk menyatakan kata saya para penutur bahasa alay juga menggunakan kata saiia, aq, q, ak, gw, gua, w, akoh,
aqoh, aqu, dan ane. Kemudian, kata Lo atau
Lu sama seperti kata gue. Kini, untuk
menyatakan kamu penutur bahasa alay
juga menggunakan lw, elu, elo, dan ente.
Selain kosakata di atas, ditemukan juga beberapa kosakata
dari bahasa Indonesia yang berubah struktur penulisannya menjadi bahasa alay yang sering dipakai dalam jejaring
sosial
D.
Dampak
Positif dan Negatif Penggunaan Bahasa “Alay”
Dampak positif dengan digunakannya
bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau
tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau
inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang
tepat dan komunikan yang tepat juga.
Dampak negatif
lainnya, dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang
termaksud di dalamnya, karena tidak semua orang mengerti akan maksud dari
kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat
memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Penggunaan bahasa alay dalam kehidupan
sehari – hari ini mempunyai pengaruh negatif bagi kelangsungan bahasa
Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain sebagai berikut ini:
1.
Masyarakat Indonesia tidak mengenal
lagi bahasa baku.
2.
Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3.
Masyarakat Indonesia menganggap remeh
bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah
menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4.
Dulu anak – anak kecil bisa menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi sekarang anak kecil lebih
menggunakan bahasa alay. Misalnya dulu kita memanggil orang tua dengan sebutan
ayah atau ibu, tapi sekarang anak kecil memanggil ayah atau ibu dengan sebutan
bokap atau nyokap.
5.
Penulisan bahasa Indonesia menjadi
tidak benar. Yang mana pada penulisan bahasa indonesia yang baik dan, hanya
huruf awal saja yang diberi huruf kapital, dan tidak ada penggantian huruf
menjadi angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.”
Jika hal ini terus berlangsung,
dikahawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja
bahkan dikalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa remi
negara kita dan juga sebagai identitas bangsa.
E.
Cara
Meminimalisir Dampak Negatif Penggunaan Bahasa “Alay”
Melihat dampak
yang cukup mencengangkan ini apa yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir
dampak negatif penggunaan bahasa alay ini?
1.
Sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di
sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar menurut EYD.
2.
Pada saat berkomunikasi kita harus bisa
membedakan dengan siapa kita berbicara, pada situasi formal atau nonformal.
Dengan ini kita bisa menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik agar bahasa alay
tidak mendominasi kosakata yang kita miliki.
3.
Mengurangi kebiasaan mengirim pesan
singkat dengan tulisan yang aneh. Seperti singkatan kata yang menjadi
“yg” dan bukan “yank”, disamping mudah
membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak membuat si penerima pesan merasa
kebingungan membaca tulisan kita.
4.
Banyak membaca tulisan yang menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat
tulisan yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya
wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar.
5.
Sebaiknya kita rajin membaca KBBI, karena
banyak kosakata bahasa Indonesia yang sudah banyak dilupakan. Ini adalah salah
satu wujud bangga terhadap bahasa kita.
F.
Hasil Data
Empiris Tentang Penggunaan Bahasa “Alay”
Bahasa “Alay” biasanya lebih
berkembang dalam bentuk tulisan daripada secara lisan, hal ini terbukti dari
hasil Pengamatan sebagai berikut :
1.
Dalam pesan singkat atau SMS, setiap
pelaku pengguna bahasa “alay” terbiasa
menuliskan setiap pesan-pesannya dengan bahasa yang aneh, dengan penggunaan
huruf dan angka secara tercampur dan terkesan berantakan susunannya. Contoh :
“Cel4m4t Ci4ng C3muaX, pHa K4baR?” (Selamat siang semunya, apa kabar?), atau
seperti “Hii, Gy nG4p4in Nich KR4Ng...” (Hai, sedang apa sekarang?)
2.
Seperti yang telah dipaparkan
diatas, Bahasa “alay” juga berkembang melalui social media, seperti dalam
membuat “status” di Facebook, membuat “kicauan di Twitter dan lain sebagainya.
Contoh : dalam status tertulis “Huch, S3Bbell BeUdt h4r1 Nie...... L (huh, sebal sekali hari ini)
3.
Dalam pencarian di internet melalui
GOOGLE pun, bahasa “alay” tak henti-hentinya menjadi pembahasan dan menjadi
ajang untuk seru-seruan oleh sebagian orang khususnya para remaja. Hal ini
terbukti dengan banyak situs di internet yang menjadikan bahasa ini sebagai
topic pembahasan.
4.
Iklan-iklan yang di pasang di
pinggir jalanpun sebagian besar tak terlepas dari penggunaan bahasa “Alay” ini,
seperti “Ga Ada Loe, Ga Rame” pada iklan rokok, “Mulai lapar???, gigit ajah
–SNICKERS-“ pada iklan makanan ringan dan “Rasanyaaaa Nendaaang bangetttt” pada
iklan Popmie
Selain
melalui tulisan, bahasa Alay juga biasa di gunakan secara lisan, seperti :
1.
Media Elektronik seperti TV. Bahasa
ini menjadi pilihan dalam iklan produk, sinetron acara “Talk Show”, Film dan
lain sebagainya. Para pembuatnya seolah-olah bangga menggunakan bahasa ini
tanpa memikir sedikitpun akibat negatife dari penggunaan bahasa ini. Mereka
hanya memikirkan keuntungan saja secara sepihak contoh : dalam acara Talk Show
yang berjudul Show Imah, Presenter Soimah sering kali berkata “Emang iya,
Masalah Buat Loh!!!”
2.
Para artis pun sering kali
menggunakan bahasa ini, baik secara tidak langsung melalui sinetron yang mereka
perankan, maupun secara langsung dalam penggunaan nya dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Mereka pun tidak memikirkan bahwa bahasa yang mereka
gunakan telah dilihat oleh jutaan orang di Indonesia dan seakan tidak memberi
contoh yang baik sebagai salah satu tokoh di Indonesia.
3.
Dalam pergaulan khususnya para
remaja juga mereka lebih memilih menggunakan bahasa Alay dalam percakapan
dengan teman-teman mereka. Alasannya memang karena mereka merasa cocok, percaya
diri dan tidak ingin dibilang ketinggalan zaman. Bahkan ada juga remaja yang
mengungkapkan bahasa ini kepada saudara, keluarga bahkan orang tuanya sendiri.
Hal ini biasanya terjadi di kota Jakarta yang disebut-sebut sebagai kota
pertama yang mengenakan bahasa alay ini. Walaupun tidak menutup kemungkinan di
kota lain pun banyak yang menggunakan bahasa ini dalam kehidupan sehari.
Itulah contoh-contoh yang ditemukan
dan berkembang di tengah-tengah masyarakat tentang penggunaan bahasa “Alay” yang diamati secara Empiris.
Tentunya masih banyak lagi contoh yang lainnya yang membuktikan bahwa bahasa
ini telah menjadi tempat tersendiri di hati sebagian besar masyarakat kita.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa
menunjukkan bangsa, pemakaian bahasa yang baik dan benar akan mencerminkan
bangsa kita. Walaupun bahasa alay tidak menjadi bahasa yang
menggantikan bahasa Indonesia, tetapi lebih baik penggunaan bahasa ini
dikurangi, karena dilihat dari kenyataan saat ini, bahasa alay membuat
masyarakat. Indonesia kian kehilangan ciri kebahasa-Indonesiaanya.
Siapa lagi yang bangga dengan bahasa Indonesia jika bukan kita?
Bahasa alay
mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak negatif lebih cenderung menguasai
dan mengakibatkan permasalahan bagi orang yang menggunakanya. Seperti sulit
berbicara, menulis, membaca bahkan menyimak dalam bahasa yang sesuai EYD. Maka
dari itu sebaiknya kita mencegah dengan cara meminimalisir bahasa alay yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila kegemaran menggunakan bahasa
alay ini berlangsung lama dan makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat
sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
- http://apriyanaodih.blogspot.com/2011/04/pengaruh-bahasa-gaul-remaja-dalam.html, diakses(15/10/2012)
- http://ariz-ariwibowo.blogspot.com/2011/02/dampak-buruk-bahasa-alay-terhadap_23.html, diakses(15/10/2012)
- Penggunaan Bahasa.” (http://www2,kompas. com.htm, diakses 15Oktober 2012).
- Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah
·
http://akbarbayuperdana.blogspot.co.id/2015_03_01_archive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar