BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak orang berasumsi bahkan
berkesimpulan bahwa sains hanya untuk sains. Sains itu netral dan tak pernah
ada sains yang ditunggangi ideologi, kepercayaan atau agama tertentu. Maka
banyak orang yang berpendapat bahwa istilah "sains Islam" itu hanya
isapan jempol dan ilusi belaka. Bahkan, upaya-upaya islamisasi ilmu pengetahuan
yang dilakukan oleh beberapa kalangan selama ini hanya khayalan belaka dan
lebih ke arah justifikasi sains dengan dalil-dalil agama.
Itulah beberapa kecurigaan umum yang
terjadi di kalangan beberapa sarjana belakangan. Namun, sebelum kita
terburu-buru berkesimpulan seperti di atas, ada baiknya kita mencoba kroscek
lagi, apa betul sains itu netral, apa memang dalam Islam tidak ada sains?
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana hubungan antara Sains
(Akal) dan Agama (Wahyu)?
2.
Apa saja ayat-ayat dalam Al-Qur’an
yang berhubungan dengan Sains?
3.
Bagaimana pembuktian Sains dalam
Islam menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui hubungan antara Sains
(Akal) dan Agama (Wahyu)
2.
Menjelaskan ayat-ayat apa saja yang
ada didalam Al-Qur’an yang berhubungan dengan Sains
3.
Membuktikan Sains dalam Islam baik
menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hubungan
Sains dan Islam
Islam
dan Sains, dua kata berbeda yang mempunyai makna berbeda pula. Islam yang
berasal dari kata "salama" berarti mengandung selamat dan penyerahan
diri secara penuh pada syariatnya. Sedangkan sains yang merupakan bagian dari
'ilm dapat dipahami sebagai ilmu alam yang dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam
sains sebagian orang menganggap pembuktian kebenaran itu harus dapat dilakukan
dengan metodologi yang sistematis, maka sebagian yang lain memahami bahwa agama
atau Islam kebenarannya adalah berdasar pada keyakinan adanya sang Ghaib yang
"mengadakan" segala sesuatu yang "ada" di dunia ini.
Hal
dasar yang kemudian menarik ditelaah sebagai konsekuensi logis dari ajaran
tauhid ialah perkembangan sains, sebagaimana pernah terjadi dalam sejarah Islam
selama kurun waktu abad ke-7 hingga abad ke-13. Dengan berpijak pada perspektif
tauhid, dinamika perkembangan Islam selama kurun waktu tersebut benar-benar
diwarnai oleh besarnya perhatian terhadap sains. Bagaimana ajaran tauhid
memiliki hubungan yang niscaya dengan perkembangan dan kamajuan sains, semuanya
kembali pada hakikat tauhid itu sendiri. Bahwa dengan tauhid, terbentuk
pandangan dunia (Weltanschauung) manusia yang menempatkan segenap hal ihwal di
luar Tuhan Yang Maha Esa sebagai sesuatu yang serba nisbi dan tak abadi.
Kalimah La ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah) memang merupakan
pernyataan tauhid yang singkat, namun maknanya mendalam dan memiliki dampak
sosial-politik yang sangat dinamis dan progresif. Melalui kalimah tauhid ini,
semua bentuk dan jenis kekuasaan apa pun di muka bumi haruslah dinegasikan.
Hanya Allah, Tuhan yang memiliki kekuasaan mutlak; selain-Nya bersifat nisbi. [1]
Tauhid
sebagai landasan pijak pengembangan sains dapat dilacak geneologinya pada
terbentuknya konsepsi tentang Tuhan dalam pengertian yang spesifik. Bahwa Tuhan
adalah pengetahuan tentang alam semesta sebagai salah satu efek tindak kreatif
Ilahi.[2]
Pengetahuan
tentang hubungan antara Tuhan dan dunia, antara Pencipta dan ciptaan, atau
antara prinsip Ilahi dengan manifestasi kosmik, merupakan basis paling
fundamental dari kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual. Berilmu
pengetahuan menurut Islam lalu sama dan sebangun maknanya dengan: (i)
Menyatakan ketertundukan pada tauhid, dan (ii) elaborasi pemahaman secara
saitifik terhadap dimensi-dimensi kosmik alam semesta. Itulah mengapa, Al
Qur’an kemudian berperan sebagai sumber intelektualitas dan spiritualitas
Islam.[3] Al
Qur’an berfungsi sebagai basis bukan hanya bagi agama dan pengetahuan
spiritual, tetapi bagi semua jenis pengetahuan. Al Qur’an sebagai kalam Allah
merupakan sumber utama inspirasi pandangan Muslim tentang keterpaduan sains dan
pengetahuan spiritual.[4]
Gagasan keterpaduan ini bahkan merupakan konsekuensi dari gagasan keterpaduan
semua jenis pengetahuan. [5]
Sains
dalam formulasi tauhid, termaktub ke dalam narasi kalimat seperti berikut:
“Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui berbagai cara
dan jalan. Tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan yang Maha
Mengetahui. Menurut pandangan Al Qur’an, pengetahuan manusia tentang
benda-benda maupun hal-hal ruhaniah menjadi mungkin karena Tuhan telah
memberinya fakultas-fakultas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Banyak filosof
dan ilmuwan Muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui,
akal manusia mendapatkan pencerahan dari akal Ilahi”.[6]
Sains
dalam formulasi tauhid yang sedemikian rupa itu menegaskan satu hal, bahwa ilmu
pengetahuan, filsafat dan berbagai hal yang terkait dengan semua itu
sesunguhnya berada di wilayah Ketuhanan. Manusia takkan mampu menguasai semua
itu jika dan bilamana tak ada kehendak untuk masuk ke dalam wilayah Ketuhanan.
Dan hanya dengan tauhid manusia mampu menyentuh, mengetuk serta masuk ke dalam
wilayah Ketuhanan yang di dalamnya terdapat khazanah ilmu yang tak terbatas (Q.S. Thaahaa 20: 114).
Hubungan
antara sains dalam perspektif Islam yaitu Islam memberi kebebasan kepada para
sainistik untuk mengkaji. Sains Islam menjadikan wahyu sebagai sumber rujukan
yang tertinggi. Dalam etika yang lain, dalam Islam, wahyu mengatasi akal karena
wahyu datang daripada kuasa tanpa batas sedangkan akal terbatas, dan sains
tidak boleh mengatasi wahyu. Oleh karena itu, sains dalam Islam adalah sains
yang berkonsepkan tauhid. Sains dalam Islam tunduk kepada prinsip-prinsip yang
ditetapkan Allah melalui rasulnya. Sains dalam Islam tunduk kepada al-Quran.[7]
Jadi
kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan sains dan Islam adalah Islam sebagai
sumber dari ilmu pengetahuan. Al-Qur’an dijadikan landasan dan pedoaman dalam
pengembangan sains. Sains membuktikan kebenaran yang ada dalam Al-Quran. Islam
tidak pernah mengekang umatnya dalam kemajuan kearah yang lebih modern. Islam
sangat mendukung umatnya melakukan penelitian, percobaan dan memerintahkan
manusia memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah.
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS.
Ali-Imran: 190-191).
Melalui
ayat-ayat di atas Allah memerintahkan kita manusia untuk mengembangkan,
mengali, mengamati, apa yang ada di alam semesta ini. Al-Quran dan Sains yang
sejalan dan searah tentu dapat dijadikan pedoman bagi manusia.
B.
Ayat-ayat Al-Qur’an
Tentang Sains
Dalam Ulumul Qur’an dijelaskan
tentang pembahasan i’jaz, yaitu pembahasan bahwa Qur’an itu sudah
melemahkan semua orang untuk membuat ayat atau kata-kata yang menyerupai
Qur’an. Allah berfirman,
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ
وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ
بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
“Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain.”” (QS. Al-Isra’: 88)
I’jaz inilah yang salah satu bukti
yang menunjukkan bahwa Qur’an merupakan firman Allah yang bisa dijadikan hujjah
dalam kehidupan.
Ada berbagai aspek dalam Qur’an yang
menjadikannya bisa mengi’jaz, dan salah satunya adalah aspek ilmiah. Maksudnya,
apa-apa yang disampaikan dalam Qur’an ternyata menunjukkan terhadap berbagai
ilmu pengetahuan atau sains. Banyak sekali ayat-ayat yang menunjukkan kebenaran
secara ilmiah. Ada ungkapan “Semakin maju perkembangan Ilmu Pengetahuan,
maka akan semakin terungkap kebenaran Qur’an”.
Berikut
di antara Ayat-ayat yang menjelaskan tentang sains:
1.
Ayat tentang penciptaan alam semesta
أَوَلَمْ
يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang kafir
tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal
dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30)
Ayat tersebut berkaitan dengan “Big
bang theory” yaitu teori terbentuknya alam semesta yang menyatakan bahwa pada
awalnya alam semesta merupakan satu kesatuan, kemudian terjadi ledakan besar
yang menghasilkan pecahan-pecahan dan meluas. Teori Big Bang ini adalah teori
penciptaan bumi yang paling diakui di era modern. Sebelumnya muncul teori bahwa
alam ini statis sejak awal terciptanya. Lalu pada tahun 1929, Ahli astronomi
dari Amerika, Edwin Hubble mengemukakan tentang teori Big Bang.
Teori ini berawal dari pengamatan
Bubble pada bintang-bintang dengan menggunakan teleskop raksasa. Ketika itu ia
menemukan bahwa bintang-bintang itu memancarkan cahaya merah sesuai dengan
jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita.
Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang
sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang
menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble,
cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa
bintang-bintang ini terus-menerus bergerak menjauhi kita.
2.
Ayat tentang relativitas waktu
يُدَبِّرُ
الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ
كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
“Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam
satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS.
Al-Sajadah: 05)
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ
إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat
dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh
ribu tahun” (QS. Al-Ma’arij: 04)
Kedua ayat di atas berkaitan dengan
temuan bahwa waktu akan berjalan lebih lambat seiring dengan kecepatan cahaya.
Semakin kita bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya maka semakin
lambat pergerakan waktu kita. Teori ini dikemukakan oleh Einstein dimana telah
dilakukan penelitian menggunakan dua buah jam atom: jam A dan jam B. Jam A
disimpan di bumi, sedangkan jam B dibawa keliling dunia via pesawat jet.
Hasilnya? Setelah sampai di bumi lagi, Jam B menunjukkan keterlambatan waktu
sepersekian juta detik terhadap jam A.
3.
Ayat tentang lapisan atsmosfer
الَّذِي
خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ
تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. Al-Mulk: 03)
Ilmu pengetahuan modern menemukan
bahwa atmosfer terdiri dari tujuh lapisan, yaitu: troposfer, stratosfer, ozonesfer,
mesosfer, termosfer, ionosfer, dan eksosfer. Sehingga bahasa tujuh langit
tersebut menunjuk pada tujuh lapisan atmosfer.
4.
Ayat tentang lapisan bumi
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ
مِثْلَهُنَّ
“Allah-lah
yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (QS. Al-Thalaq: 12)
Dalam ayat ini, disamping
menjelaskan tentang lapisan langit, Allah juga menjelaskan tentang jumlah
lapisan bumi, yakni 7 lapis sebagaimana jumlah lapisan langit. Dalam sains
modern disebutkan bahwa bumi terdiri dari tujuh lapis. Teori sebelumnya
menyebutkan bahwa bumi terdiri dari tujuh lapis. Kemudian US Geological Survey
mengemukakan bahwa bumi terdiri dari tujuh lapis. Ketujuh lapis tersebut
adalah: 1). Kerak Samudera yang ketebalan berkisar 5 sampai 15 KM. 2). Kerak
Benua yang ketebalan berkisar antara 30 sampai 35 KM. 3). Selubung atas (upper
mantle), ketebalan lapisannya 34-400 KM. 4). Selubung transisi, yang mempunyai
ketabalan 400-700 KM. 5). Selubung bawah (lower mantle) yang memiliki
ketabalan 700-2900 KM. 6). Inti luar (outer core), ketebalannya mencapai 2900
sampai 5100 KM. 7). Inti dalam (inner core), ketebalannya adalah antara 5100 sampai
6370 KM.
5.
Ayat tentang proses terjadinya hujan
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ
بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ
وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ
يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ
بِالْأَبْصَارِ
“Tidaklah
kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti)
gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”(QS. Al-Nur: 43)
Berdasarkan ayat tersebut, ada tiga
tahap turunnya hujan, yaitu: adanya angin yang menggerakkan awan, berkumpulnya
awan, terjadinya hujan. Berdasarkan pengamatan radar, memang ada tiga tahap
terjadinya hujan, dan hal itu sama dengan yang dijelaskan dalam Qur’an
C.
Pembuktian sains dalam Islam
(Al-Qur’an dan Al-Hadits)
Pembuktian sains dari dulu hingga
sekarang dalam pandangan Islam baik menurut Al-Qur’an dan maupun Al-Hadits
sudah menunjukkan dan membuktikan kebenaranya. Berikut beberapa hasil
penelitian yang membuktikan kebenaran Islam dalam Sains :
1.
Teori Big Bang
Para
astronom menemukan (ilmu pengetahuan) bahwa pada awalnya langit dan bumi saling
melekat menjadi satu, kemudian keduanya terpisah dari yang lain. Penemuan ini
dinamakan dengan teori Ledakan Dahsyat (Big Bang) yang berbunyi, Pada mulanya
alam berbentuk massa yang sangat tebal,
berkilau dan sangat panas. Kemudian akibat pengaruh tekanan dahsyat yang
datang dari suhu panasnya yang sangat tinggi maka terjadilah ledakan
dahsyat yang meledakkan massa gas tadi dan melemparkan
kepingan-kepingannya ke seluruh penjuru. Bersama berjalanya waktu, maka
terbentuk planet-planet dan bintang-bintang.
berkilau dan sangat panas. Kemudian akibat pengaruh tekanan dahsyat yang
datang dari suhu panasnya yang sangat tinggi maka terjadilah ledakan
dahsyat yang meledakkan massa gas tadi dan melemparkan
kepingan-kepingannya ke seluruh penjuru. Bersama berjalanya waktu, maka
terbentuk planet-planet dan bintang-bintang.
Pada
tahun 1989 M, satelit Amerika (NASA) mengirim data-data yang mengokohkan teori
ledakan Dahsyat, dan sebelumnya pada tahun 1986 M, Stasiun Antariks Uni Soviet juga
mengirimkan data-data yang mengokohkan teori ledakan dahsyat ini. Penemuan ini
baru dilihat oleh orang-orang kafir pada masa kita sekarang ini, sementara
Allah telah memberitakannya di dalam Al-Qur'an al-Karim bahwa orang-orang kafir
akan menyaksikan pengetahuan ini.
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
"Dan apakah
orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya (Q.S. Al-Anbiya : 30)
Dalam tafsir Al-Qur'an disebutkan,
kata رَتْفًا maksudnya : melekat (padu).
2.
Langit
yang Meluas
Para
ahli astronomi menemukan bahwa langit semakin hari semakin meluas, dan di
Amerika penemuan ini dipublikasikan lewat media-media masaa. Para ilmuwan
menyaksikan lewat teleskop bahwa dunia yang kita tempati ini adalah bentuk yang
terus-menerus meluas. Oleh karena itu, benda-benda langit semakin menjauh dari
kita (bumi), begitu juga antara benda langit yang satu dengan benda langit yang
lain, dengan kecepatan yang kadang-kadang mendekati kecepatan cahaya. Dan
Al-Qur'an telah menggambarkan hakikat ini secara jelas. Silahkan lihat dalam
ayat yang mulia, Allah swt berfirman,
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷r'Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9 ÇÍÐÈ
Dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (Q.S. Adz-Dzariyat : 47)
3.
Tentang
Penciptaan Bintang
Allah
Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman,
* Ixsù ÞOÅ¡ø%é& ÆìÏ%ºuqyJÎ/ ÏQqàfZ9$# ÇÐÎÈ ¼çm¯RÎ)ur ÒO|¡s)s9 öq©9 tbqßJn=÷ès? íOÏàtã ÇÐÏÈ
Maka Aku bersumpah dengan tempat
beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar
kalau kamu mengetahui, (Q.S. Al-Waqiah :
75-76)
Kenapa
Rabb kita Yang Maha Suci dan Maha Tinggi bersumpah dengan tempat peredaran
bintang? Setelah pengetahuan manusia maju, tampaklah apa yang diberitakan Allah
SWT lewat lisan Rasulullah SAW dalam penemuan ini.
Para
ilmuwan berkata, Tempat peredaran bintang-bintang merupakan perkara yang agung
bagi manusia. Jarak antara bumi dan matahari diperkirakan sekitar 150.000.000
km. bintang yang berjarak paling dekat dengan kita yang berada di luar gugusan
matahari (Alpha Centaurus) diperkirakan berjarak sekitar 4,3 kali kecepatan
cahaya, sementara satu tahun kecepatan cahaya diperkirakan sekitar 9.500.000
km. sehingga jika cahaya keluar darinya, maka cahaya tersebut baru akan sampai
kepada kita setelah lebih dari lima puluh bulan.
Dalam
jangka waktu itu bintang tersebut telah bergerak bergeser dari tempatnya dengan
jarak yang jauh sekali. Ilmu pengetahuan menyatakan bahwa apabila manusia
memandang bintang secara langsung, niscaya dia akan kehilangan penglihatan. Karena
bintang yang kita lihat pada kegelapan langit, hanyalah tempat peredaran yang
dilalui bintang.
4.
Black
Holes
Rabb
kita Yang Maha Suci dan Maha Tinggi bersumpah dengan bintang-bintang. Dia
berfirman.
Ixsù ãNÅ¡ø%é& ħ¨Zèø:$$Î/ ÇÊÎÈ Í#uqpgø:$# ħ¨Yä3ø9$# ÇÊÏÈ
"Sungguh, Aku bersumpah dengan
bintang-bintang (yang bersembunyi (di siang hari), Yaitu bintang-bintang yang
beredar dan menyapu. (Q.S. At-Takwir :
15-16)
Ayat
ini menggambarkan kita bahwa di antara bintang-bintang yang ada di langit
adalah bintang-bintang yang menyapu, dan para ahli astronomi telah menyebutkan
hal itu. Seorang ilmuwan Amerika menggambarkan bintang-bintang black holes dengan
ungkapannya, Ini adalah penyapu-penyapu raksasa langit yang menghisap, yang
tinggi, dan pemakaian Al-Quran Al-Karim bagi bintang-bintang ini dengan istilah
bintang yang beredar dan menyapu adalah lebih mengena.
5.
Siang dan
Malam
Ilmu
modern telah menyingkap bahwa malam menutupi bumi dari segala penjuru, dan
menyerupai lapisan tipis yang mirip seperti kulit. Apabila bumi berputar, maka
pada siang hari lapisan tipis tersebut lepas. Sehingga dengan perputaran ini
terjadi pengulitan siang dari malam. Allah telah menggambarkan penemuan ini
dalam ayat berikut. Allah SWT berfirman:
×pt#uäur ãNßg©9 ã@ø©9$# ãn=ó¡nS çm÷ZÏB u$pk¨]9$# #sÎ*sù Nèd tbqßJÎ=ôàB ÇÌÐÈ
"Dan suatu tanda (kekuasaan
Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam
itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan." (Q.S. Yaasin : 37)
6.
Dada
Semakin Sesak Ketika Naik ke Udara
Para
ilmuwan berkata bahwa perubahan besar pada tekanan udara yang terjadi ketika
naik ke angkasa menjadikan dada manusia sesak dan sempit. Blits Pascall, seorang
ilmuwan ternama, menyatakan bahwa tekanan udara akan semakin berkurang setiap
kita semakin jauh dari permukaan bumi. Dan Allah telah memberitakan dalam ayat
ini, apa yang akan terjadi pada manusia jika dia naik ke angkasa. Allah SWT
berfirman :
`yJsù ÏÌã ª!$# br& ¼çmtÏôgt ÷yuô³o ¼çnuô|¹ ÉO»n=óM~Ï9 ( `tBur ÷Ìã br& ¼ã&©#ÅÒã ö@yèøgs ¼çnuô|¹ $¸)Íh|Ê %[`tym $yJ¯Rr'2 ߨè¢Át Îû Ïä!$yJ¡¡9$# 4 Ï9ºx2 ã@yèøgs ª!$# }§ô_Íh9$# n?tã úïÏ%©!$# w cqãZÏB÷sã ÇÊËÎÈ
"Barangsiapa yang Allah
menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya,
niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang
mendaki langit." (Q.S. Al-An'am :
125)
7.
Benda
Langit Berjalan Menurut Garis Edar
Allah SWT berfirman :
w ߧôJ¤±9$# ÓÈöt7.^t !$olm; br& x8Íôè? tyJs)ø9$# wur ã@ø©9$# ß,Î/$y Í$pk¨]9$# 4 @@ä.ur Îû ;7n=sù cqßst7ó¡o ÇÍÉÈ
Tidaklah mungkin bagi matahari
mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing
beredar pada garis edarnya. (Q.S. Yasiin:
40)
Kepler,
seorang ahli astronomi, menemukan bahwa matahari dan planet-planet lain yang
mengikutinya beredar pada orbitnya masing-masing sesuai dengan aturan. Pada
abad 19 M, seorang astronom, Richard Carrington, dia menemukan bahwa matahri
danplanet-planet yang mengikutinya, keseluruhannya berputar pada orbitnya
masing-masing sesuai dengan aturan dan keseimbangan tertentu.
8.
Hujan
Para
astronot menemukan bahwa lapisan atmosfer bumi berfungsi mengembalikan air yang
telah menguap ke bumi dalam bentuk hujan melalui perputaran yang terus menerus
yang disebut dengan siklus penguapan air. Allah telah bersumpah dengan ayat
ini, dan Dia berfirman,
Ïä!$uK¡¡9$#ur ÏN#s Æìô_§9$# ÇÊÊÈ
"Demi langit yang mengandung hujan" (Q.S. Ath-Thariq : 11)
Tafsir:
ayat ini menyebutkan bahwa langit mengembalikan
hujan pada setiap tahun.
9.
Adzan di
Bulan
Astronot
pertama yang berhasil mendarat dipermukaan bulan bernama Armstrong. Dia mengumumkan
keislamannya ketika dia menziarahi Kairo. Dalam perjalanannya berkeliling
dunia, dia mendengar adzan Zhuhur. Dia bertanya-tanya di tengah rasa kagetnya
disebabkan suara itu, maka orang-orang mengatakan, "Itu suara mu'adzin
yang mengingatkan kaum Muslimin waktu shalat." Maka dia mengumumkan kepada
orang-orang yang ada di sekelilingnya bahwa alunan adzan yang didengarnya dalah
sama persis dengan alunan yang didengarnya ketika pertama kali menginjakkan
kudua kakinya di atas permukaan bulan."
10.
Bulan
terbelah
Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman
:
ÏMt/utIø%$# èptã$¡¡9$# ¨,t±S$#ur ãyJs)ø9$# ÇÊÈ
"Telah
dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan"(Q.S. Al-Qamar : 1)
Ini
merupakan mukjizat inderawi yang disaksikan orang pada masa Rasulullah SAW. Di
dalam hadits dari Anas, diriwayatkan bahwa penduduk Makkah meminta kepada
Rasylullah SAW agar mereka diperlihatkan sebuah mukjizat, maka Allah
memperlihatkan kepada mereka bulan terbelah sebanyak dua kali.
Pada
masa kita sekarang ini, para ahli stronomi Amerika berkata, "Bulan pernah
terbelah suatu ketika. kemudian menyatu. Kita menemukan adanya sabuk batu yang telah
berubah membelah bulan dari permukaannya hingga ke pusatnya dan terus sampai ke
permukaannya lagi. Maka kami berkonsultasi kepada ahli bumi dan ahli geologi.
Mereka mengatakan. "Ini tidak mungkin terjadi, kecuali jika memang bulan
pernah terbelah kemudian menyatu"."
11.
Tempat
Terendah di Bumi
Allah
telah mengabarkan tempat yang paling rendah di permukaan bumi dalam Al-Qur'an.
Allah SWT berfirman:
$O!9# ÇÊÈ ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ þÎû oT÷r& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ cqç7Î=øóuy ÇÌÈ
Alif Laam Miim. Bangsa Romawi telah
dikalahkan di negeri yang terendah dan sesudah dikalahkan mereka akan
menang." (Q.S, Ar-Ruum : 1-3)
Ilmu
geologi telah membuktikan bahwa Laut Mati yang menjadi tempat pertempuran
antara Bangsa Persia dan Bangsa Romawi pada tahun 624 M merupakan bagian bumi
yang paling rendah secara mutlak. Di mana nisbat kerendahannya mencapai kurang
lebih 400 meter di bawah permukaan air laut. Tempat itu merupakan permukaan bumi
yang paling rendah secara mutlak.
12.
Bertemunya
Batas Laut
Pada
tahun 1973 M, kapal Inggris melakukan penelitian di tengah laut selama tiga
tahun, dan mereka mendirikan pelabuhan-pelabuhan di laut. Penelitian modern itu
menemukan bahwa air laut walaupun tampak satu jenis, namun terdapat banyak
perbedaan besar antara massa air yang satu dengan yang lainnya.
Pada
daerah-daerah yang di dalamnya bertemu dua jenis laut yang berbeda akan
ditemukan sekat antara keduanya. Sekat ini memisahkan kedua laut itu, di mana
masing-masing laut memiliki suhu panas, rasa asin, dan kepadatan tersendiri.
Penemuan ini sama seperti yang diberitakan Allah dalam ayat ini. Allah SWT
berfirman:
ylttB Ç`÷tóst7ø9$# Èb$uÉ)tGù=t ÇÊÒÈ $yJåks]÷t/ Óyöt/ w Èb$uÉóö7t ÇËÉÈ
"Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing." (Q.S. Ar-Rahman : 19-20)
13.
Curah
Hujan
Para
ahli cuaca telah sampai kepada penemuan ini, mereka berkata, "Kuantitas curah
hujan yang turun pada tahun ini pada bola bumi sama dengan kuantitas curah
hujan yang turun pada setiap tahun. Akan tetapi, yang berbeda hanya tempat
pembagiannya di atas bumi."
Dan
Rasulullah SAW telah memberitakan pengetahuan ini di dalam hadits. Beliau
bersabda.
"Tidakkah curah hujan pada
sebuah tahun lebih sedikit daripada curah hujan pada tahun yang lain, hanya
saja Allah memalingkannya (ke tempat yang lain)." (Dari Ibnu Abbas,
Silsilah as-Hadits ash-Shahihah, no. 2461)
14.
Air Hujan
yang Menumbuhkan
Pada
konferensi internasional I di Islamabad, salah seorang ahli tumbuh-tumbuhan
maju seraya berkata, "Apabila hujan jatuh ke tanah, maka ia menjadikan
butiran-butiran tanah bergetar dan mengembang, yakni bertambah besar disebabkan
air yang masuk di antara butiran-butiran ini. Apabila butiran-butiran ini telah
penuh dengan air, maka jadilah ia sebagai penampung air." Penemuan ini
telah Allah SWT beritakan kepada kita dalam Al-Qur'an pada firmanNya.
ts?ur ßöF{$# ZoyÏB$yd !#sÎ*sù $uZø9tRr& $ygøn=tæ uä!$yJø9$# ôN¨tI÷d$# ôMt/uur ôMtFt6/Rr&ur `ÏB Èe@à2 £l÷ry 8kÎgt/ ÇÎÈ
“...dan kamu Lihat
bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah
bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah.” (Q.S. Al-Hajj : 5)
Dan
masih banyak pembuktian Al-Qur’an dan Al-Hadits dalam Sains. Beberapa
pembuktian diatas hanya sebagian kecil dari tanda kebenaran Allah atas segala
Firman-Nya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Hubungan sains dan Islam adalah
Islam sebagai sumber dari ilmu pengetahuan. Al-Qur’an dijadikan landasan dan
pedoaman dalam pengembangan sains. Sains membuktikan kebenaran yang ada dalam
Al-Quran. Islam tidak pernah mengekang umatnya dalam kemajuan kearah yang lebih
modern. Islam sangat mendukung umatnya melakukan penelitian, percobaan dan
memerintahkan manusia memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah.
·
Ada banyak sekali ayat-ayat dalam
Al-Qur’an yang menjelaskan taentang sains, diantaranya: tentang penciptaan
langit dan bumi, ayat tentang relativitas waktu, ayat tentang lapisan atmosfer,
ayat tentang lapisan bumi, ayat tentang proses turunnya hujan dan masih banyak
lagi
·
Di zaman modern seperti saat inipun,
begitu banyak pembuktian-pembuktian tentang kebenaran Al-Qur’an yang telah
diteliti oleh para ahli yang tersebar diseluruh penjuru dunia, baik dari umat
Muslim maupun non-Muslim. Diantaranya pembuktian tentang : teori Big Bang,
langit yang meluas, penciptaan bintang, Black Holes, siang dan malam, dada akan
terasa sesak jika naik udara, benda langit beredar mengelilingi garis edarnya,
hujan, adzan di bulan, bulan terbelah, tempat terendah di bumi, bertemunya
batas laut, curah hujan, air hujan dan menumbuhkan dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Osman, Tauhid dan Sains,
Esai-Esain Tentang Sejarahdan Filsafat Sains Islam,Penerjamah: Yuliani Liputo,
Bandung: Pustaka Hidayah, 1995.
Barbour, Ian G., Juru Bicara
Tuhan, Antara Sains dan Agama, Terj. E.R. Muhammad, Bandung: Mizan, 2002.
Buccaile, Maurice, Bible, Qur'an
dan Sains Modern, terj; H.M. Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang, 1999.
Haught, John F., Perjumpaan Sains
dan Agama; dari Konflik ke Dialog, Bandung: Mizan, 2004.
Masruri, Hadi & H. Imron
Rossidy, Filsafat Sains dalam Alquran: Melacak Kerangka Dasar Integrasi Ilmu
dan Agama, Malang: UIN-Malang Press, 2007.
Nugroho, Wahyu, Teologi Kristen
dalam Konteks Sains; Kajian Kritis atas Gagasan Arthur Peacocke", dalam
Journal of Religion Issues, I:01, 2003.
Peters, Ted, dkk ed., Tuhan,
Alam, Manusia; Perspektif Sains dan Agama, Penerj. Ahsin Muhammad, dkk, Bandung:
Mizan, 2006.
Situs Web :
(dikutip Jum’at, 25 Desember 2015, jam : 10.00 WIB)
[1] Op. cit, Said Aqil Siroj, hal. 59-60
[3] Achmad
Baiquni, Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, (Jakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1995), hal. 9-62
[4] Agus
Purwanto, Ayat-Ayat Semesta : Sisi-Sisi Al-Qur’an Yang Terlupakan,
(Bandung : Mizan, 2008) , hal. I88-194
[7] M. Amin Abdullah, Etika Tauhidik
Sebagai Dasar Kesatuan Epitemologi Keilmuan Umum Dan Agama, (Yogyakarta :
SUKA Press, 2004, hal. 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar