BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Metode diskusi diartikan
sebagai cara “penyampaian” bahan pengajaran yang melibat-aktifkan siswa untuk
berbicara dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat
problematis. Guru, peserta dan atau kelompok siswa memiliki perhatian yang sama
terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Metode diskusi dapat
mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat baik dengan guru maupun
teman-temannya sehingga mereka dapat berpartisipasi secara optimal tanpa ada
aturan-aturan yang berlaku keras namun tetap mengikuti etika yang disepakati
bersama. Menurut Suparlan (2007) diskusi dapat dilaksanakan dalam dua bentuk
yakni diskusi kelompok kecil dan diskusi kelas. Dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, diskusi dapat membantu terjadinya komunikasi dua arah.
Selain untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa, pembelajaran bahasa Indonesia juga
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar untuk memperluas
wawasan dan mempertajam kepekaan perasaan siswa. Oleh karena itu, tujuan
penerapan metode diskusi lebih ditekankan pada aspek keterampilan berbicara.
Dengan demikian, pembelajaran bahasa tidak hanya sekedar mendengarkan guru
menerangkan saja, tetapi diperlukan keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar,
sehingga terjalin interaksi baik antara siswa dengan siswa maupun dengan guru.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian metode
diskusi?
2.
Apa saja macam-macam
diskusi?
3.
Apa tujuan penggunaan
metode diskusi?
4.
Apa manfaat metode
diskusi?
5.
Apa saja kelebihan dan
kekurangan dari metode diskusi?
6.
Bagaimana aplikasi
metode diskusi?
7.
Bagaimana pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode diskusi?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui pengertian
metode diskusi
2.
Mengetahui macam-macam
metode diskusi
3.
Mengetahui tujuan
penggunaan metode diskusi
4.
Mengetahui manfaat
metode diskusi
5.
Mengetahui kelebihan
dan kekurangan dari metode diskusi
6.
Mengetahui aplikasi
dalam metode diskusi
7.
Mengetahui bagaimana
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode diskusi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode Diskusi
Metode berasal dari
bahasa Yunani “Metodos”. Kata ini
terdiri dari dua suku kata, yaitu: “metha”
yang berarti melalui atau melewati dan “hodos”
yang berarti jalan atau cara.[1]
Secara istilah, sebagaimana yang disampaikan oleh Armai Arief bahwa metode
berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar
tercapai tujuan pembelajaran.
Metode merupakan bagian
dari komponen dari proses pendidikan serta merupakan bagian yang integral dengan
sistem pengajaran, maka dalam perwujudannya tidak dapat dilepaskan dengan
komponen sistem pengajaran yang lain.
Kata “diskusi” menurut
Armai Arief berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus” yang berarti “to
examine”. “Discussus” terdiri
dari akar kata “dis” dan “cuture”. “Dis” artinya terpisah, sementara “cuture” artinya menggoncang atau memukul. Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang
memisahkan sesuatu. Atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan
cara memecahkan atau menguraikannya (to
clear away by breaking up or cuturing). Secara umum pengertian diskusi
adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi
secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi (information sharing), saling mempertahankan
pendapat (self maintenance) dalam memecahkan
sebuah masalah tertentu (problem solving).[2]
Jadi pengertian metode
diskusi menurut Armai Arief adalah salah satu alternatif, metode / cara yang
dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu
masalah berdasarkan pendapat siswa.
Metode diskusi
dimaksudkan untuk merangsang pemikiran serta berbagai jenis pandangan. Ada 3
langkah utama dalam metode diskusi:
-
Penyajian, yaitu
pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta pendapat, evaluasi dan
pemecahan dari murid.
-
Bimbingan, yaitu
pengarahan yang terus-menerus dan secara bertujuan yang diberikan guru selama
proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan pikiran-pikiran yang
telah dikemukakan.
-
Pengikhtisaran, yaitu
rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi.
Keberhasilan metode
diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu: pemahaman, kepercayaan
diri sendiri dan rasa saling menghormati.[3]
B.
Macam-Macam
Diskusi
Untuk dapat
malaksanakan diskusi di kelas, seorang Guru harus mengetahui terlebih dahulu
tentang jenis-jenis diskusi, sehingga dalam pelaksanaannya dapat menyesuaikan
jenis diskusi apa yang akan digunakan. Ditinjau dari sudut formalitas dan
jumlah peserta yang mengikutinya, diskusi digolongkan menjadi:
1.
Diskusi
Formal
Diskusi
ini terdapat pada lembaga-lembaga pemerintahan atau semi pemerintahan, dimana
dalam diskusi itu perlu adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur
secara formal, contoh: siding DPR 9.[4]
Sedangkan menurut M. Syah, aturan yang dipakai dalam diskusi ini ketat dan
rapi. Jumlah peserta umumnya lebih banyak bahkan dapat melibatkan seluruh siswa
kelas. Ekspresi spontan dari peserta biasanya dilarang sebab tiap peserta yang
akan berbicara harus dengan izin moderator untuk menjamin ketertiban diskusi.
2.
Diskusi
Informal
Aturan
dalam diskusi ini lebih longgar dari pada diskusi-diskusi lainnya, karena
sifatnya yang tidak resmi. Penerapannya bisa dalam diskusi keluarga, dan dalam
belajar mengajar dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar dimana satu sama
lain bersifat “Face to face relationship”.
3.
Diskusi
Panel
Dalam
diskusi ini ada dua kategori peserta, yaitu: peserta aktif dan non aktif.
Peserta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi, sedangkan peserta non
aktif hanya menjadi pendengar. Adakalanya peserta non aktif ini terdiri dari
beberapa kelompok yang memiliki wakil-wakil yang ditugasi berbicara atas nama
kelompoknya.
4.
Diskusi
dalam bentuk Symposium
Diskusi
ini hampir sama dengan diskusi formal lainnya, hanya saja diskusi symposium disampaikan oleh seorang
pemrasaran atau lebih (umumnya lebih). Pemrasaran secara bergiliran
menyampaikan uraian pandangannya mengenai topik yang sama atau salah satu dari
topik yang sama tersebut. Dan diskusi symposium
ini biasanya tidak mencari kebenaran tertentu.
5.
Lecture Discussion
Diskusi
ini dilaksanakan dengan membeberkan suatu persoalan, kemudian didiskusikan.
Disini biasanya hanya satu pandangan atau satu persoalan saja.
6.
Whole Group
Kelas
merupakan satu kelompok diskusi. Whole
group yang ideal apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.
7.
Buzz Group
Satu
kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari 4-5 orang.
tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan
mudah. Diskusi diadakan di tengah atau di akhir pelajaran dengan maksud
menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan.
8.
Sundicate Group
Suatu
kelompok (kelas) dibagi mejadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6 orang.
Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru menjelaskan
garis besarnya problema kepada siswa, guru menggambarkan aspek-aspek masalah,
kemudian tiap-tiap kelompok (sydicate)
diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi
atau sumber-sumber informasi lain.
9.
Rain Storming Group
Dalam
diskusi ini setiap kelompok harus menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai
segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasi belajar yang
diharapkan agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang
ditemukannya yang dianggap benar.
10. Fish
Bowl
Diskusi
ini dipimpin oleh satu orang yang mengetahui sebuah diskusi dan tujuan diskusi
ini adalah untuk mengambil suatu kesimpulan. Dalam diskusi ini tempat duduk
diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap ke peserta
diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah
melihat ikan yang berada dalam mangkok (fish
bowl).[5]
C.
Tujuan
Penggunaan Metode Diskusi
Dalam kehidupan
sehari-hari manusia seringkali dihadapkan pada persoalan-persoalan yang tidak
dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja, tetapi perlu
menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara pemecahan dan mencari jalan
yang terbaik.
Tambahan pula banyak
masalah di dunia dewasa ini yang memerlukan pembahasan oleh lebih satu orang
saja, yakni masalah-masalah yang memerlukan kerjasama dan musyawarah. Dan
apabila demikian maka musyawarah atau diskusilah yang memberikan kemungkinan
pemecahan yang terbaik.
Adapun tujuan penggunaan metode diskusi
adalah:
1.
Berpikir secara
demokratis.
2.
Pemecahan masalah
secara demokratis.
3.
Partisipasi peserta
didik.
D.
Manfaat
Metode Diskusi
Diskusi kelompok/kelas
dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap belajar siswa, antara lain:
1.
Membantu siswa untuk
tiba kepada pengambilan keputusan yang lebih baik daripada memutuskan sendiri.
2.
Siswa tidak terjebak
kepada jalan pemikiran sendiri yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan
sempit.
3.
Diskusi kelompok/kelas
memberi motifasi terhadap berfikir dan meningkatkan perhatian kelas terhadap
apa yang sedang mereka pelajari.
4.
Diskusi juga membantu
mengerahkan atau mendekatkan hubungan antara kegiatan kelas dengan tingkat
perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota kelas.
5.
Untuk mencari suatu
keputusan suatu masalah.
6.
Untuk menimbulkan
kesanggupan pada siswa dalam merumuskan pikirannya secara teratur sehingga
dapat diterima orang lain.
7.
Untuk membiasakan siswa
mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri,
dan membiasakan sikap toleran.[6]
Apabila dilaksanakan
dengan cermat maka diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan
merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan ide-ide, uneg-uneg dan pendalaman wawasan
mengenai sesuatu sehingga dapat pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan
mendatangkan keputusan dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial.
E.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Diskusi
1.
Kelebihan
metode diskusi.
- Suasana
kelas lebih hidup sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada
masalah yang sedang didiskusikan yaitu partispasi siswa dalam metode ini lebih
baik.
- Dapat
menaikkan prestasi individu seperti: toleransi, demokrasi, berpikir kritis,
sabar dansebagainya.
- Kesimpulan
hasil diskusi mudah dipahami siswa karena para siswa mengikuti proses berpikir
sebelum sampai kepada kesimpulan.
- Para
siswa dilatih belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu
masalah musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya.
- Rasa
sosial mereka dapat dikembangkan karena bisa saling membantu dalam memecahkan
soal atau masalah dan mendorong rasa kesatuan.
- Memperluas
pandangan.
- Memberi
kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.
2.
Kekurangan
metode diskusi
- Kemungkinan
ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan
kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab.
- Sulit
menduga hasil yang dicapai karena waktu yang digunakan untuk diskusi cukup panjang.
- Kadang-kadang
terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan,
bahkan mungkin pembicaraan menjadi penyimpangan, sehingga memerlukan waktu yang
panjang.
- Dalam
diskusi menghendaki pembuktian yang logis.
- Tidak
dapat dipakai pada kelompok yang besar.
- Peserta
mendapat informasi yang terbatas.
- Dalam
peleksanaan diskusi mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
F.
Aplikasi
Metode Diskusi
Pada dasarnya metode diskusi
diaplikasikan untuk:
-
Mendorong siswa
berpikir kritis.
-
Mendorong siswa
mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
-
Mendorong siswa
mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama.
-
Mengambil satu
alternatif jawaban/beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah
berdasarkan pertimbangan yang seksama.
-
Membiasakan siswa suka
mendengar pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri.
Dari penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa sesungguhnya aplikasi metode diskusi mempunyai sisi positif
dan sisi negatif.
1.
Sisi
positif
- Suasana
belajar mengajar di kelas akan berkembang.
- Memberikan
pelajaran bersikap toleran, demokrat, kritis dan berfikir sistematis kepada
siswa.
- Kesimpulan-kesimpulan
dari masalah yang sedang didiskusikan dapat secara mudah diingat siswa.
- Memberikan
pengalaman kepada siswa tentang etika bermusyawarah.
2.
Sisi
negatif
- Jalannya
diskusi akan lebih sering didominasi oleh siswa yang pandai.
- Jalannya
diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik
pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemana-mana.
- Diskusi
biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan dengan prinsip
efisiensi.
Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di
atas, maka Guru yang berkehendak menggunakan metode diskusi sebaiknya
mempersiapkan segala sesuatunya dengan rapi dan sistematis terlebih dahulu. Dan
dalam hal ini, peran seorang Guru sebagai encourager
yang memberi encouragement (dorongan
semangat dan membesarkan hati) sangat diperlukan, terutama oleh siswa yang
tergolong kurang aktif atau pendiam.
G.
Pembelajaran
Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Diskusi
Umumnya situasi belajar
kreatif lebih banyak menuntut siswa untuk aktif untuk melakukan kegiatan fisik
dan diskusi. Sebagai pengajar di kelas, kita tidak dapat menuntut siswa untuk
duduk rapi dan diam ditempatnya masing-masing. Guru harus lebih toleran dan
menyadari akan kesibukan siswanya. Namun, guru juga harus dapat membedakan
antara kesibukan yang aktif dan diskusi yang produktif dengan kesibukan dan
diskusi yang hanya sekedar ‘mengobrol’. Peran guru harus terbuka, mendorong
siswa untuk aktif belajar dapat menerima gagasan siswa, memupuk siswa untuk
memberikan kritik membangun dan mampu memberikan penilaian terhadap diri
sendiri, menghindari hukuman atau celaan terhadap ide yang tidak biasa, dan
menerima perbedaan waktu dan kecepatan setiap siswa dalam menuangkan ide-ide
barunya.
Pertanyaan yang merangsang
pemikiran kreatif adalah pertanyaan divergen
(terbuka). Pertanyaan seperti ini dapat merangsang diskusi karena memiliki
banyak kemungkinan jawaban. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan
keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai
informasi mereka. Agar tampak manfaatnya, pertanyaan terbuka harus mencakup
bahan yang cukup dikenal siswa. Oleh karena itu, guru pun disarankan untuk
tetap berada dalam jalur tujuan instruksional dari suatu pokok bahasan.
Melalui diskusi
kelompok, anak memperoleh pengalaman dan latihan mengungkapkan diri secara
lisan dan berkomunikasi dengan orang lain. Diskusi memungkinkan pengembangan
penalaran, pemikiran kritis, dan kreatif, serta kemampuan memberikan pertimbangan
dan penilaian. Di lain pihak peran guru juga sangat penting karena ia harus
menjadi fasilitator yang dapat mengenalkan masalah dan memberikan informasi
yang diperlukan siswa untuk membahas masalah. Selain itu guru juga harus tahu
pada saat kapan peran sertanya diperlukan, misalnya diskusi menjadi menyimpang
dari materi yang harus dibahas umtuk menghindari kesalahan-kesalahan
tersembunyi. Meskipun peran aktif dari siswa diperlukan, namun siswa juga tetap
memerlukan bimbingan dan pengarahan sesuai bakat dan kemampuannya.
Pertanyaan-pertanyaan,
seperti apa akibatnya ..., seandainya ..., umumnya pertanyaan yang
dapat merangsang imajinasi siswa untuk menampilkan gagasan baru, khususnya
penemuan baru. Guru yang mendorong proses pemikiran yang tidak hanya mengenai
data yang sudah ada akan menghasilkan anak yang bukan hanya pelaksana, tetapi
juga pemikir, penemu maupun pencipta.
Tujuan digunakannya diskusi
kelompok ini adalah melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat, dan mau menerima
kritikan kalau pendapatnya memang kurang benar. Melalui diskusi kelompok ini siswa
dapat menguji kebenaran pendapatnya mengenai sesuatu hal.
Adakalanya dalam
diskusi kelompok ini didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Untuk
menghindari hal ini perlu adanya moderator yang dapat mengatur lalu lintas
pembicaraan di dalam diskusi kelompok tersebut.
Disamping itu, dengan metode
diskusi dapat melatih siswa menghargai pendapat orang lain. Diskusi sebagai
metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis,
menilai perannya dalam diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan
pelajaran yang diperoleh di sekolah, memotivasi dan mengkaji lebih lanjut.
Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, mengklasifikasi,
menyusun hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan, mengaplikasikan
teori, dan mengkomunikasikan pendapat. Melatih keberanian untuk mengutarakan
pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi rasional sehubungan dengan
pendapat yang dikemukakannya.
Pada hakikatnya belajar
bahasa adalah belajar berkomunikasi. Itulah sebabnya sejak diberlakukan
kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa digunakan pendekatan komunikatif.
Dengan pendekatan komunikatif ini siswa harus diberi kesempatan
sebanyak-banyaknya untuk melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulis.
Supaya siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
benar maka siswa perlu dilatih sebanyak-banyaknya atau diberi kesempatan
sebanyak-banyaknya untuk melakukan kegiatan ber-komunikasi atau dalam hal ini
dinamakan dengan berdiskusi. Itulah sebabnya, dalam pembelajaran bahasa dengan
pendekatan komunikatif, yang ditekankan adalah mengembangkan kompetensi
komunikasi siswa untuk mendukung performasi komunikasi siswa.
Itulah sebabnya,
mengapa metode diskusi sangat diperlukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
karena metode diskusi menjadikan siswa untuk berpikir secara rasional dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Metode diskusi juga memberikan kebebasan
kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat, dan memberikan solusi terhadap masalah
yang dibahas. Dengan demikian akan melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Metode diskusi adalah
salah satu alternative, metode/cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di
kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat siswa.
·
Macam-macam diskusi :
Diskusi Formal, Diskusi Informal, Diskusi Panel, Diskusi dalam bentuk
Symposium, Lecture Discussion, Whole Group, Buzz Group, Sundicate Group, Rain
Storming Group dan Fish Bowl
·
Adapun tujuan
penggunaan metode diskusi adalah untuk berpikir secara demokratis. Pemecahan
masalah secara demokratis. Partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran
serta membimbing peserta didik untuk saling menghormati dan menerima pendapat
orang lain.
·
Manfaat metode diskusi
salah satu diantaranya ialah Untuk membiasakan siswa mendengarkan pendapat
orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap
toleran
·
Dalam metode diskusi
juga terdapat kelebihan dan kekurangan tersendiri dan metode ini pun
diaplikasikan salah satunya untuk mendorong siswa berpikir secara kritis
·
Metode diskusi sangat
diperlukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, karena metode diskusi
menjadikan siswa untuk berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.
·
Metode diskusi
merupakan salah satu metode yang berhasil dalam memotivasi belajar siswa
sehingga siswa antusias dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran
khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu Ahmadi. 1986. Metode Khusus
Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. Bima Aksara
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT.
Intermasa
Hasibuan
dan Moedjiono, 1986. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhaimin,
dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar.
Surabaya: CV. Citra Media
Santosa,
Puji, dkk. 2009. Materi dan Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Solehan,
T. W. , dkk. 2008. Pendidikan Bahasa
Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra,
Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Zuhairini,
dkk., 1983. Metode Khusus Pendidikan
Agama. Solo: Ramadhan
Situs Web:
-
http://www.seorangpelajar.com/2015/11/makalah-penerapan-metode-diskusi-untuk-memotivasi-siswa-dalam-belajar.html?m=1
(Dikutip sebagian pada hari Senin, 21 November 2016. Jam 13.30 WIB)
-
http://sumigiyati.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1
(Dikutip sebagian pada hari Senin, 21 November 2016. Jam 13.30 WIB)
[1] Armai
Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Intermasa,
2002), hal. 40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar