BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah firman Allah Subhanahu Wata’ala yang wajib dipelajari dan diketahui. Karena Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat Islam. Apabila kita menginginkan berada dijalan
yang benar atau lurus maka harus menunaikan petunjuk yang diperintahkan oleh
Allah Subhanahu Wata’ala, dan untuk
mendapatkan petunjuk tersebut harus mencarinya dengan cara belajar.
Al-Qur’an adalah salah satu sumber hukum dan dalil hukum. Al-Qur’an juga merupakan sumber dari
ilmu pengetahuan, dan disini penulis akan menerangkan tentang peran keluarga sebagai
pilar utama pendidikan Islam yang dihubungkan dengan perintah yang ada dalam
Al-Qur’an, sebagaimana dalam Surat At-Tahrim ayat ke 6.
Dalam tinjauan sosiologis keluarga merupakan unit terkecil
dalam masyarakat yang setidak-tidaknya terdiri dari suami, istri dan anak-anak.
Pendidikan dalam lingkungan rumah tangga, dikenal juga dengan jalur pendidikan
informal. Lingkungan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting terhadap
keberhasilan pendidikan, karena perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan keluarganya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan
pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan sikap, akhlak dan
perasaan agama. Dapat dipahami bahwa penerapan pendidikan Islam dalam pembentukan kepribadian Muslim itu terutama
terletak pada
lingkungan keluarga.
Tujuan pendidikan keluarga yaitu agar anak mampu berkembang
secara maksimal. Itu meliputi semua aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani,
akal dan ruhani[1]
Sekali lagi ditegaskan bahwa pendidikan agama dalam rumah
tangga menjadi perhatian utama, dalam uraian selanjutnya karena beberapa hal:
1.
Pendidikan agama dalam keluarga adalah kunci bagi pendidikan
dalam rumah tangga, kunci bagi pendidikan agama secara keseluruhan, bahkan
kunci bagi pendidikan secara keseluruhan.
2.
Pendidikan jasmani dan akal bukanlah kunci bagi pendidikan
jasmani dan akal secara keseluruhan dan bukan kunci bagi pendidikan pada
umumnya.[2]
Keluarga dilihat dari perspektif pendidikan keluarga
merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam kehidupan manusia,
kedua orang tua berperan sebagai gurunya dan anaknya
berperan sebagai muridnya.[3]
Semua mengetahui bahwa pendidikan itu sangat penting, agar akhlak, prilaku,
sifat, dan pikiran menjadi lebih baik.
Pada zaman sekarang ini, tanggung jawab tersebut menjadi
semakin penting mengingat banyaknya sendi kehidupan sosial yang melenceng dari tujuan
pendidikan, khususnya tujuan pendidikan Islam, baik itu pengaruh dari media
massa, tayangan radio atau televisi atau tempat-tempat yang dilegalisasi untuk
pelecehan seksual. Jika peran orang tua tidak siaga dan waspada, berarti mereka
telah menyerahkan putra-putrinya pada genggaman setan dan pengikutnya.
Inilah permasalahan yang akan diuraikan dalam makalah ini dan semoga pokok pembahasan makalah ini dapat
diterima dan dimengerti serta dapat memberikan pengetahuan para pembaca tentang betapa pentingnya tanggung jawab keluarga sebagai pilar utama dalam menerapkan pendidikan agama
Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konsep lingkungan keluarga dalam pendidikan Islam?
2.
Bagaimanaperan keluarga dalam pendidikan Islam sebagaimana
disebutkan dalam Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6?
3.
Bagaimana hubungan orang tua dengan anak dalam pendidikan
Islam?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui tentang konsep keluarga dalam pendidikan
agama Islam.
2.
Untuk menambah pengetahuan peran keluarga tersebut dalam
pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an diantaranya Surat At-Tahrim ayat
6.
3.
Untuk mengetahui tugas-tugas yang harus dilakukan keluarga
dalam membentuk jiwa yang beragama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan Keluarga Dalam Islam
1.
Pengertian Lingkungan keluarga
Dalam
Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, ‘ali, dan nasb[4]
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah
anak pertama mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau
anggota keluarganya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar
kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak
akan lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya (orang tua dan anggota
yang lainnya).[5]
Bagi
anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat di
mana ia menjadi pribadi atau diri sendiri[6].
Keluarga juga merupakan tempat bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk
mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya.
Orang
tua adalah orang yang paling bertanggungjawab dalam suatu keluarga atau rumah
tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut dengan ibu bapak. Mereka
inilah yang berperan dalam kelangsungan suatu rumah tangga. Sedang anak-anaknya
atau semua orang yang berada dibawah pengawasan maupun bimbingan dan asuhannya
disebut sebagai anggota keluarga.[7]
Dalam
Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6, Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydßqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pkön=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâxÏî ×#yÏ© w tbqÝÁ÷èt ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtur $tB tbrâsD÷sã ÇÏÈ
Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(Q.S. Ath-Tahrim: 6)[8]
Dalam
Tafsir Fi Dzilalil Qur’an mengatakan:
Sesungguhnya beban tanggung jawab seorang Mukmin berada dalam dirinya dan
keluarganya merupakan beban yang sangat berat dan menakutkan.[9]
Sebab neraka telah menantinya disana, dan dia beserta keluarganya terancam
dengannya. Maka, merupakan kewajibannya membentengi dirinya dan keluarganya
dari neraka ini yang selalu mengintai dan menantinya.
Dan
didalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
jilid 4 mengatakan: Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman,” Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka,” yaitu kamu perintahkan dirimu dan
keluargamu yang yang terdiri dari istri, anak, saudara, kerabat, sahaya wanita
dan sahaya laki-laki untuk taat kepada Allah.[10]
Dan, kamu larang dirimu beserta semua orang yang berada dibawah tanggung
jawabmu untuk tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah. Kamu ajari dan didik
mereka serta pimpin mereka dengan perintah Allah. Kamu perintahkan mereka untuk
melaksanakannya dan kamu bantu mereka dalam merealisasikannya. Bila kamu
melihat ada yang berbuat maksiat kepada Allah maka cegah dan larang mereka. Ini
merupakan kewajiban setiap Muslim, yaitu mengajarkan kepada orang yang berada
dibawah tanggung jawabnya segala sesuatu yang telah diwajibkan dan larang oleh
Allah Ta’ala kepada mereka.
Tafsir
dari Departemen Agama Pemerintah Indonesia. Dalam ayat ini firman Allah
ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari api neraka yang bahan
bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh melaksanakan
perintah Allah, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh kepada
perintah Allah untuk menyelamatkan mereka dari api neraka.
Di
antara cara menyelamatkan diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan
bersabar, sebagaimana firman Allah Subhanahu
Wata’ala:
öãBù&ur y7n=÷dr& Ío4qn=¢Á9$$Î/ ÷É9sÜô¹$#ur $pkön=tæ ( w y7è=t«ó¡nS $]%øÍ ( ß`øtªU y7è%ãötR 3 èpt6É)»yèø9$#ur 3uqø)G=Ï9 ÇÊÌËÈ
dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta
rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu
adalah bagi orang yang bertakwa.
(Q.S Taha: 132).
Dijelaskan pula dengan firman-Nya;
öÉRr&ur y7s?uϱtã úüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ
dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,
(Q.S Asy Syu’ara’: 214).
Dari uraian diatas, dapat kita ambil
poin-poin penting yang dapat kita jadikan pegangan dalam membina diri sendiri
dan orang lain :
1.
Niat yang lurus, semata-mata demi meraih ridha Allah subhanahu
wa ta’ala, melaksanakan syari’ah islam dan melaksanakan da’wah.
2.
Proses pembinaan dimulai dari diri sendiri.
3.
Bekal ‘ilmu adalah yang utama.
4.
Taqwa adalah kunci dalam memelihara diri kita sendiri dan
keluarga kita dari api neraka.
5.
Proses pembinaan selanjutnya dimulai dari orang-orang dekat,
dimulai dari keluarga sampai teman-teman dekat.
B.
Kandungan Al-Qur’an Surat At-Tahrim Ayat 6
1.
Perintah taqwa kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan berdakwah.
Dalam
ayat ini firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada Allah
dan Rasul-Rasul-Nya, yaitu hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan kepada
sebagian yang lain, apa yang menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan kamu
dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti segala perintah-Nya. Dan
hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dengannya mereka
dapat menjaga diri mereka dari api neraka. Dan bawalah mereka kepada yang
demikian ini melalui nasihat dan pengajaran.
2.
Anjuran menyelamatkan diri dan
keluarga dari api neraka.
Banyak
sekali amalan shalih yang menjadikan seseorang masuk surga dan dijauhkan dari
api neraka, misalnya bersedekah, berdakwah, berakhlaq baik, saling tolong
menolong dalam kebaikan dan sebagainya. Di antara cara menyelamatkan diri dari
api neraka itu ialah mendirikan shalat dan bersabar.
3.
Pentingnya pendidikan Islam sejak
dini
Anak
adalah aset bagi orang tua. Dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan
menemukan jati dirinya. Banyak orang tua “salah asuh” kepada anak sehingga
perkembangan fisik yang cepat diera globalisasi ini tidak diiringi dengan
perkembangan mental dan spiritual yang benar kepada anak, sehingga banyak prilaku
kenakalan-kenalakan oleh para remaja.
Sebagai
orang tua yang proaktif harus memperhatikan benar hal-hal yang berkenaan dengan
perkembangan anak. Rasulullah juga memberitahukan betapa pentingnya mendidik anak
sejak dini, dalam hadits Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda:
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu.
berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Bersabda: tidak ada dari seorang anak
(Adam) melainkan dilahirkan atas fitrah (Islam) kedua orang tuanyalah yang akan
menjadikannya beragama Yahudi atau beragama Nasrani atau beragama Majusi.
Bagaikan seekor binatang yang melahirkan seekor anak. Bagaimana pendapatmu,
apakah didapati kekurangan? Kemudian Abu hurairah membaca
firman Allah (Q.S. Ar-Rum: 30). (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah
(agama Allah) (HR.Muttafaqun ‘Alaih).[11]
·
Penjelasan (Syarah Hadits)
Hadits
diatas menjelaskan tentang status fitrah setiap anak, bahwa statusnya bersih,
suci dan Islam baik anak seorang Muslim ataupun orang non-Muslim. Kemudian
kedua orang tuanyalah yang memelihara dan memperkuat keIslamannya atau bahkan
mengubah menjadi tidak Muslim, seperti Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
Jadi
hadits diatas memperkuat bahwa pengaruh orang tua sangat dominan dalam
membentuk kepribadian seorang dibandingkan seorang dibandingkan dengan
faktor-faktor pengaruh pendidikan lain. Kedua orang mempunyai tanggung jawab
yang lebih besar dalam mendidik anaknya.
Pendidikan
Islam dalam keluarga ini sangat besar pengaruhnya terhadap kepribadian seorang
anak, karena itulah pendidikan pertama yang diperolehnya akan selalu menjadi
kenangan dalam hidupnya. Maka dari itu diperlukan suatu pembiasaan dan
pemeliharaan dengan rasa kasih sayang terutama dari kedua orang tuanya.
Menurut Rasulullah fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk membentuk
arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau, setiap bayi yang dilahirkan
sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan
dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh
kedua orang tua.[12]
C.
Hubungan Orang Tua dan Anak dalam
Pendidikan Islam
1.
Bentuk Peran
Orang Tua Dalam Pendidikan Islam
Dari ayat Al-Qur’an yang telah dipaparkan pada ayat tersebut diatas, peran utama orang tua adalah sebagai
pelindung keluarga. Dalam memberikan perlindungan kepada keluarga ada dua peran
yang harus dijalankan oleh orang tua, yang pertama sebagai figur yang dapat
memberikan contoh kehidupan yang baik, dan yang kedua yaitu sebagai pendidik
yang baik.
2.
Nasihat
Al-Qur’an Dalam Pendidikan Keluarga
a.
Taat menjalani
hidup sebagai umat beragama.
Anak didik harus mentaati Allah, Rasulullah dan orang yang
dipercaya mengendalikan kehidupan ini, termasuk menaati nasihat orang tua yang
baik.
b.
Meneladani
Luqmanul Hakim, tokoh pendidikan keluarga dalam
Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an ada Surat Luqman ayat 12-19 menceritakan tentang kisah
Luqmanul Hakim, seorang tokoh pendidik, seorang bapak, orang tua yang
dicontohkan dalam Al-Qur’an dalam pendidikan keluarga. Diantara nasihat yang diberikan Luqman
kepada anaknya adalah:
1)
Pandai bersyukur
2)
Mengesakan Allah, tidak musyrik.
3)
Menghormati orang tua
4)
Bersikap dan berperilaku jujur
5)
Mendirikan shalat, menjalani hidup dengan sabar dan
rendah hati.
3.
Berbakti, tidak
menyakitkan hati dan berdo’a untuk kedua orang tua.
Al-Qu’an Surat Al-Isra’ ayat 23-24 yang berbunyi:
* 4Ó|Ós%ur y7/u wr& (#ÿrßç7÷ès? HwÎ) çn$Î) Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $·Z»|¡ômÎ) 4 $¨BÎ) £`tóè=ö7t x8yYÏã uy9Å6ø9$# !$yJèdßtnr& ÷rr& $yJèdxÏ. xsù @à)s? !$yJçl°; 7e$é& wur $yJèdöpk÷]s? @è%ur $yJßg©9 Zwöqs% $VJÌ2 ÇËÌÈ ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹ ÇËÍÈ
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[13].
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Pelajaran yang dapat di ambil dari
ayat tersebut di atas adalah:
·
Ayat 23:
a.
Anak Muslim harus menyembah hanya kepada Allah
b.
Anak Muslim harus birrul walidain (berbuat baik
kepada orang tua)
c.
Anak Muslim tidak boleh menyakiti hati orang tua
d.
Anak Muslim harus berkata yang menyenangkan orang tua (qaulan karima)
·
Ayat 24:
a.
Anak Muslim harus menghormati kedua orang tuanya denga
tulus ikhlas karena dari keduanya anak itu muncul kedunia.
b.
Anak muslim harus mendo’akan kedua orang tuanya, agar
Allah mengasih-sayangi kedua orang tuanya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama dan
utama, karena dalam keluarga inilah anak pertama mendapatkan pendididkan dan
bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarganya.
Pendidikan yang pertama bagi anak
adalah keluarga atau orang tua. Orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak
dan juga pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggungjawab atas
kelakuannya. Tujuan pendidikan keluarga yaitu agar anak mampu berkembang secara
maksimal. Itu meliputi semua aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani, akal
dan ruhani.
Beberapa pelajaran yang dapat
diambil dari Al-Qur’an Surat At-Tahrim Ayat 6 yaitu:
1.
Perintah Taqwa Kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan berdakwah
2.
Anjuran menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka
3.
Pentingnya pendidikan Islam sejak dini
4.
Keimanan kepada para malaikat
Nasihat Al-Qur’an dalam pendidikan
keluarga yaitu sebagai berikut:
1.
Taat menjalani hidup sebagai umat beragama
2.
Meneladani Luqmanul Hakim sebagi tokoh pendidikan keluarga
dalam Al-Qur’an
3.
Berbakti, tidak menyakitkan hati dan berdo’a untuk kedua
orantua
4.
Bermoral, menjaga kehormatan.
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir,
Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya,)
Darwis, Djamaluddin. Dinamika Pendidikan Islam, Sejarah
Ragam dan Kelembagaan (Semarang: Rasail, 2006)
Mujib,
Abdul. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008).
Zuhairini
dkk, Filsafat Pendidikan Islam
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008)
Hasbullah,
Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)
Ahmad,
Nurwadjah. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan; Hati Yang Selamat Hingga
Kisah Luqman, (Bandung: PT Marja 2007)
___________
Al-Quran dan Terjemahnya, Dep.
Agama RI (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007)
Al-Maraghi,
Ahmad Mustafa. Tafsir al- Maraghi,
Terj. Bahrun Abu Bakar, Dkk (Semarang: CV. Toha putra, 1993)
Quthb,
Sayyid. Tafsir Fi Dzilalil Qur’an (Jakarta: Gema Insani Pers. 2004).
Ar-Rifa’I,
Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000)
Khon,
Abdul Majid. Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012)
Jalaluddin.
Psikologi Agama,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003)
·
http://snurhay4t1.blogspot.co.id/2014/01/keluarga-sebagai-pilar-utama-pendidikan_3.html
(Dikutip sebagian pada hari Jum’at, 18 Maret 2016)
[3] Djamaluddin
Darwis, Dinamika Pendidikan Islam, Sejarah Ragam dan Kelembagaan (Semarang:
Rasail, 2006), hlm. 139-140.
[7] Ahmad,
Nurwadjah, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan; Hati Yang Selamat Hingga
Kisah Luqman, (Bandung: PT Marja 2007),
[10] Muhammad
Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2000) ,hlm.751.
[11] Abdul
Majid Khon, Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), cet. 1, hlm. 235-236.
[13] Mengucapkan
kata “Ah” kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan
kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar