BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Umat Islam disepanjang sejarah,
selalu berupaya melakukan peran-peran aktif dalam kehidupan sosial, politik,
ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lain atas nama agama. Seperti peran Nabi
Muhammad di Madinah dalam pembinaan masyarakat yang majemuk, sumbangan Bani
Umayyah di Spanyol terhadap perkembangan sains di Eropa, peran Bani Abbas di
Baghdad dalam menumbuhkan tradisi intelektual, dan di masa modern bangsa-bangsa
Muslim berjuang melawan kolonial dan musuh-musuh peradaban kemanusiaan seperti
yang sekarang terjadi. Fakta historis ini membedakan Umat Islam dengan umat
agama lainnya yang cendrung membatasi agama dari keterlibatan langsung dengan
permasalahan-permasalahan sosial, khususnya politik.[1]
Salah satu kekayaan pranata politik
Islam yang belum ada tandingannya dalam sejarah umat manusia kapanpun adalah
sistem kekhalifahan (Khilafah). Kaum Muslimin pernah memiliki suatu daerah
kekuasaan yang sangat luas membentang dari Iran di Timur sampai Spanyol di
Barat, dan dari Ethiopia di Selatan sampai Turki di Utara. Beberapa paradigma
historis Islam yang turut mendukung perluasan wilayah Islam ini adalah: Spiritual,
Kultural dan Land Reform.[2]
Ketiga prinsip atau pendekatan
Islamisasi ini bergerak di bawah satu institusi yang menjadi kekhasan
keunggulan politik Islam dan berjasa menyatukan wilayah yang demikian luas di
bawah dinasti Umayyah dan Abbasiyah yaitu sistem Khilafah yang dipimpin oleh seorang
Khalifah. Karena keunggulannya ini, lembaga khilafah telah menjadi kebanggaan
umat Islam ketika mengenang sejarah mereka pada zaman kejayaannya.[3]
Pasca runtuhnya dua kekuatan besar
Islam, Daulat Abbasiyah dan Daulat Umaiyah. Islam mengalami kemunduran dalam
berbagai hal sehingga Islam tumbuh secara terkotak-kotak. Hal ini di karenakan
pada masa tersebut banyak muncul kerajaan-kerajaan kecil dengan sistem
pemerintahan yang independen. Disisi lain ekspansi bangsa Mongolia terhadap
wilayah Islam terus berlanjut dengan membawa dampak kehancuran terhadap
peradaban Islam, hingga munculah masa tiga kerajaan besar sebagai kekuatan baru
Islam yaitu Kerajaan Syafawiyah di Persia, Turki Usmani di Turki dan Kerajaan
Mughol di India. Ketiga kerajaan ini perlu dibahas lebih lanjut untuk
mengetahui perkembangan politik di dunia Islam.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah
diatas dapat maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah yang berkaitan dengan
tiga kerajaan besar yaitu:
1.
Bagaimanakah latar belakang berdirinya tiga kerajaan besar
tersebut yaitu Syafawiyah, Turki Usmani dan Mughol?
2.
Apa saja kontribusinya di dunia Islam?
3.
Apa yang menyebabkan keruntuhan ketiga kerajaan tersebut?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui latar belakang berdirinya 3 kerajaan besar Islam:
Syafawiyah, Turki Usmani dan Mughol
2.
Mengetahui bagaimana kontribusi 3 kerajaan tersebut di dunia
Islam
3.
Mengetahui apa saja faktor penyebab runtuhnya 3 kerajaan
Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kerajaan Syafawiyah di Persia
1.
Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Syafawiyah.
Daulah Syafawiyah berasal dari
sebuah gerakan tarekat yang didirikan oleh Syekh Ishak Syafiuddin (1252-1334)
yang berpusat di Ardabil, sebuah kota di Azerbijan. Tarekat Safawiyah ini
didirikan bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani di Turki.[4]
Sebagai pendiri kerajaan, Safiuddin
dikenal sebagai pribadi yang agamis. Ia merupakan keturunan Musa al-Kazhim yang
terkenal sebagai imam Syi’ah yang keenam. Setelah ia berguru dengan Syaikh Taj
al-Din Ibrahim Zahidi dan menjadi menantunya, ia mendirikan tarekat Safawiyah
pada tahun 1301 M. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk
memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada
perkembangannya, gerakan tasawuf berubah menjadi gerakan keagamaan yang mempunyai
pengaruh besar.[5]
Selama periode Syafawiyah di Persia,
persaingan antara Turki dan Persia semakin nyata untuk mendapatkan kekuasaan.
Namun demikian Ismail merasa bahwa saingan terberat adalah Sultan Turki
Utsmani, Salim 1. Penyebab ketegangan antara kedua penguasa Muslim (Salim:
Sunni dan Ismail: Syi’ah) berasal dari kebencian Salim dan ajaran Syi’ah yang
ada didaerah kekuasaannya. Fanatisme Salim membuatnya membunuh 40.000 orang
yang dicurigai dan didakwa telah mengingkari ajaran Sunni.[6]
Ketegangan kedua penguasa ini
berakhir pada peperangan Chalddiran, Tibriz (6 September 1514 M). Persia
dipimpin oleh Shakh Ismail menjalankan perang dengan Turki, sang shakh
mengadakan persahabatan dengan Portugis yang ada di India untuk menyerbu Turki
dan Mesir dan akhirnya shah dapat mempertahankan Persia.[7]
2.
Kesultanan Kerajaan Syafawiyah.
Pada 1524, shah Ismail wafat.
Wilayah kekuasaannya meliputi daerah utara Tranxsosiana sampai teluk Persia di
wilayah selatan. Afganistan dibagian Timur hingga dibagian Barat sungai Eufrat.
Setelah ituShah Tamasp putranya diangkat menjadi raja. Pada tahun 1554 M. Dia
menjadi penguasa yang paling lama berkuasa di kerajaan Syafawiyah. Setelah ia
meninggal dunia, terjadilah benturan antara pangeran syafawi dengan Suku
Kijilbash.Tetapi yang paling dekat dengannya adalah anak ke-limanya yaitu
Pangeran Haedar Mirza, kedekatan ini yang membuatnya mengumumkan dirinya
menjadi pangeran, inilah yang membuat orang Kijilbash menjadi keberatan,
akhirnya Haedar Mirza terbunuh.[8]
Kamudian naiklah Ismail Mirza
sebagai pangeran yang terkenal sangat kejam dan rakus pada tahun 1576. Dia
membunuh delapan pangeran dan lima belas keluarga kerajaan. Pada saat
kematiannya rakyat merasa senang karena terbebas dari kediktatorannya. Kemudian
Ia digantikan oleh Muhammad Mirza (anak sulung dari Shah Thamasp) yang dijuluki
dengan Shah Muhammad Khuda Bandah. Pada periode ini tidak ada kemajuan yang
berarti.
Setelah periode ini naiklah Shah
Abbas yang pada saat itu berusia enam belas tahun. Ia sangat terkenal dan
berhasil menarik simpati rakayatnya dan Ia berhasil menstabilkan kondisi
pemerintahan. Abbas I menempuh langka yaitu:
·
Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizibasy atas
Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang terdiri atas
budak-budak.
·
Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani.[9]
Pada periode ini kamjuan ilmu
politik dan ekonomi sangat pesat. Salah satu bukti kamjuannya adalah bangunan Cahel
Sultun yang terdiri atas empat puluh pilar yang kokoh, disanalah kerajaan
Syafawiyah. Disisi lain puisi dan filsafat juga mendapatkan perhatian pada
periode ini. Lembaga-lembaga pendidikan Syi’ah juga berkembang dengan subur.
Banyak sekolah yang dibangun oleh kerajaan Syafawiyah di Isfahan, Siraj dan
Mushad.[10]
Hancurnya Syafawiyah dimulai sejak wafatnya
Abbas I, tetapi kehancuran total mulai terlihat ketika Khalifah Sulaiman
berkuasa. Ia balas dendam karena rezim Syi’ah melakukan pemerasan dan
penindasan terhadap rakyat, termasuk pemaksaan terhadap ulama dari golongan
Sunni agar menerima ajaran Syi’ah. Dan puncak kehancurannya teradi saat
kekuasaan Shah Sultan Husein II.[11]
Pemimpin selanjutnya adalah Karim
Khan yang merupakan pimpinan koalisi kelompok kesukuan Zand di Iran Barat.
Rezim ini berlangsung secara efektif dari tahun 1750-1779. Selama periode ini
Iran berada dibawah dominasi ekonomi dan politik dari kekuatan Barat, khusunya
Inggris dan Rusia. Campur tangan bangsa-bangsa Eropa terhadap Iran datang dalam
bentuk penaklukkan dan pengukuhan pengaruh mereka melalui persaingan antar
kekuatan Eropa terutama Inggris dan Rusia.
Pada 1925, muncullah Dinasti
Pahlevi yang dipimpin oleh Reza Khan setelah mengusir Ahmad Ali Shah penguasa
dari Dinasti Qajar. Kemudian dia secara resmi memakai mahkota Iran. Pada masa
inilah Iran mengalami kemajuan yang cukup pesat di berbagai bidang, kemudian
dia mengangkat puteranya yang bernama Muhammad Reza sebagai shah-e-Iran. Pada
masa ini ia berhasil menasionalisasikan Anglo Iranian Oil Company menjadi
milik Iran pada tahun 1951, melalui pengesahan di parlemen. Kekuasaannya lama
sampai pada akhirnya muncullah revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah
Khomaini.
3.
Kemajuan Peradaban Islam di Persia
Kebudayaan dan peradaban memiliki
arti yang hampir sama tetapi terdapat perbedaan dalam hal perwujudannya.
Demikian juga dengan kemajuan peradaban Islam di Persia.[12]
Keberhasilan raja Abbas I dalam merebut kembali daerah-daerah yang pernah
dikuasai oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya menjadi tolak ukur
kemajuan peradaban Islam di Persia khususnya dalam bidang politik. Selain
kemajuan di bidang politik, raja Abbas I juga telah membawa peradaban Islam
menuju masa keemasan di bidang yang lainnya seperti ekonomi, ilmu pengetahuan
dan pembangunan.
Di bidang ekonomi, raja Abbas I
berhasil mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pusat perdagangan yang berada pada
jalur penghubung antara Timur dan Barat. Sedangkan di dunia IPTEK, Persia masa
itu berhasil melahirkan ilmuwan-ilmuwan handal seperti Baha al-Din al-Syaerazi,
Sadar al-Din al-Syaerazi (filosof) dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad yang
pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.[13]
Pada masa kejayaan ini kerajaan
telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat
indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah, seperti
masjid-masjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di
atas Zende Rud, dan Istana Chihil Sutun. Pada pintu masjid ini terdapat lapisan
perak yang membuat masjid ini terlihat begitu megah.[14]
4.
Kemunduran dan Kehancuran.
Sepeninggal Abbas I Syafawi dipimpin
oleh Sultan-Sultan yang tidak mampu mempertahankan kemajuan Syafawi. Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor yang antara lain sebagai berikut:
·
Ketegangan dan konflik dengan Turki Usmani yang
keberadaannya jauh lebih besar dan kuat daripada Syafawi.[15]
·
Keadaan para sultan yang lemah dan tidak efektif memimpin.
Abbas II adalah raja yang gemar minum-minuman keras demikian juga sultan-sultan
setelahnya yang memaksakan kehendak terhadap rakyatnya sehingga banyak
pemberontakan yang menyebabkan kerajaan runtuh.
·
Kelemahan para sultan ditambah dengan melemahnya semangat
pasukan budak-budak yang direkrut Abbas I, membuat Syafawi semakin.
·
Dekadensi moral khusunya dilingkungan Istana juga
menyebabkan merosotnya pamor Syafawi dimata rakyatnya.
B.
Kerajaan Turki Usmani
1.
Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Usmaniyah
Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh
suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia Tengah yang termasuk suku
kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam, pimpinan suku kayi yaitu
Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol
dan lari kebarat[16]
Bangsa Turki sangat rajin dan pintar berperang sehingga dalam waktu yang
relative singkat bangsa Turki mampu membangun sebuah kekuasaan politik yang
besar.
Pada saat bangsa Mongol (sebelum
Islam) dan orang Kristen, ingin menghapus Islam dari muka bumi, orang Turki
Usmani muncul sebagai pembela dan pelindung Islam, bahkan mereka membawa
panji-panji Islam sampai ke daratan Eropa. Saat Mongol menyerang Sultan Alaudin
di Anggara (sekarang Angkara), al-Tugril membantunya mengusir Mongol, dan
sebagai balas jasanya Alaudin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya
kepada al-Tugril. [17]
Al-Tugril mendirikan Ibu Kota yang
bernama Sugut. Disanalah lahir puteranya yang pertama bernama Usman pada tahun
1258 M. kemudian al-Tugril meninggal dunia pada tahun 1288 M. sejak itulah
Usman mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan dan berdirilah Dinasti Turki
Usmani. Usman memindahkan ibu kota ke Yeniy. Pada 1300 M sultan Alaudin
meninggal, maka Usman mengumumkan dirinya sebagai pemimpin yang berkuasa penuh.
2.
Kesultanan Turki Usmani.
Raja-raja Turki Usmani bergelar
Sultan dan khalifah sekaligus. Mereka mendapatkan kekuasaan secara
turun-temurun walaupun tidak harus putra pertama yang menjadi pengganti sultan
terdahulu.[18]
Setelah Usman meninggal pada tahun
1326 M, kemudian Ia digantikan oleh puteranya yang bernama Orkhan (Urkhan).
Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa karena Orkhan
berhasil membentuk tiga pasukan utama tentaranya yang terdiri dari: Sipahi (tentara
regular), Hazab (terntara ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan
harta rampasan perang (Mal Al-Ganimah). Ketiga yaitu tentara Jenisari
yang direkrut pada saat berumur dua belas. Karena tentara tersebut menyalah
gunakan kekuatan mereka, sehinga pada masa Sultan Mahmud II berkuasa tentara
ini dibubarkan (1969: 117).
Setelah itu Sultan Mahmud digantikan
oleh puteranya yang bernama Murad I yang berhasil menaklukkan banyak daerah
seperti Adrionopol, Masedonia, Bulgaria, Serbia dan Asia Kecil. Namun yang
paling monumental adalah penaklukkan di Kosovo (1389 M) sehingga daerah
tersebut selama lima ratus tahun dikuasai oleh pemerintahan Turki Usmani.
Walaupun banyak menghadapi peperangan Sultan Murad I tidak pernah terkalahkan,
sehingga ia dijuluki Alexander pada Abad pertengahan.[19]
Setelah itu Murad digantikan oleh
puteranya yang bernama Bayazid yang terkenal dengan julukan Ildrim/Eldream (kilat).
Bayazid dengan cepat menaklukkan daerah-daerah sekitar dan memperluas
wilayahnya sampai ke Eropa. Sepeninggal Bayazid Turki Usmani mulai mengalami
kemunduran. Selanjutnya Turki Usmani dipimpin oleh Muhammad yang berhasil
mengmbalikan Turki Usmani seperti sedia kala, dia berhasil menstabilkan Turki
Usmani dan atas keberhasilannya ini para sejarawan mensejajarkannya dengan Umar
II dari dinasti Umayyah.[20]
Setelah Muhammad meninggal, ia
digantikan oleh Murad II yang berhasil mengembalikan citra Murad I, yaitu
dengan kembali merebut daerah-daerah kekuasaan di Eropa (Kosovo) yang sempat
lepas setelah Bayazid meninggal. Dia juga seorang penguasa yang saleh dan
dicintai oleh rakyatnya, juga seorang yang sabar, cerdas dan berjiwa besar dan
ahli ketatanegaraan.
3.
Perluasan Wilayah dan Puncak Kekuasaan
Penaklukkan Konstantinopel oleh
Kesultanan Utsmaniyah pada 29 Mei tahun 1453 saat dipimpin oleh Muhammad II
atau yang dalam sejarah lebih dikenal dengan nama Muhammad al-Fatih mengukuhkan
status kesultanan tersebut sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan
Mediterania Timur.[21]
Pada masa ini Kesultanan Utsmaniyah
memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah, memperluas wilayahnya
sampai ke Eropa dan Afrika Utara di bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah
mengukuhkan kesultanan sebagai kekuatan dagang yang kuat. Perekonomian
kesultanan juga mengalami kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan
antara Eropa dan Asia. Pada saat itulah kehancuran bagi Bizantium yang sudah
berkuasa sebelum masa Nabi. Sultan Muhammad al-Fatih juga berhasil
menaklukkan Venish, Italy, Rhodos dan Cremia yang terkenal dengan Konstantinopel
II.[22]
Al-Fatih juga menetapkan
undang-undang baru dalam Islam yang disahkan dalam Qanun Namah yaitu
membunuh saudara kandung, termasuk keponakan, paman dan keluarga dekat yang
dianggap bersaing dalam perebutan kekuasaan- adalah Halal, dengan alasan untuk
tetap menjaga keutuhan Negara dan wilayahnya tidak terpecah-pecah. Fatwa
tersebut disahkan oleh Syaikh al-Islam. Setelah Fatih meninggal, ia
digantikan oleh puteranya yang bernama Bayazid II, kemudian dilanjutkan oleh
anaknya yang bernama Salim I, ia terkenal sebagai penguasa yang sangat kejam.
Dalam sejarah Eropa, ia dikenal sebagai Salim The Grim. Sebelum menjadi
Sultan ia melawan ayahnya dan melakukan pembunuhan terhadap saudaranya yang
bersaing merebut tahta dan kekuasaan. Ia menaklukkan Asia Kecil, Persia,
Kaldrin dan Mesir dan juga berhasil menaklukkan Sultan Mamluk (1517 M). Ia juga
memindahkan Khalifah Bani Abbas ke Konstantinopel dan merebut gelar saklar
dengan cara paksa. Dengan pemindahan jabatan sacral dari Kairo ke
Konstantinopel, maka sejak itu nama kota tersebut berubah menjadi Istambul.
Sejak saat itu dalam sejarah Islam
terdapat dua jabatan penting yang dukuasai oleh seorang penguasa, yaitu sebagai
Sultan untuk kekuasaan Turki dan sebagai khalifah bagi seluruh dunia Islam.
Sepeninggal Salim I, ia digantikan Sulaiman Agung 1520-1566 M, ia merupakan
penguasa Usmani yang berhasil membawa kejayaan Islam. Ia dijuluki sebagai
Sulaiman Al-Qanuni. Sulaiman merupakan pemimpin yang paling terkenal di
kalangan Turki Usmani dan pada awal abad ke-16 ia adalah kepala Negara yang
paling terkenal di dunia. Sulaiman juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam
bahasa Turki.[23]
Bahkan pada saat terjadi
pertentangan antara protestan dan katolik di Eropa, sebagian diantara mereka
meminta suaka politik kepada Khalifah Sulaiman. Setelah Sulaiman, kerajaan
Turki Usmani mengalami kemunduran.[24]
4.
Runtuhnya Khilafah Turki Utsmani.
Sejak tahun 1920, Mustafa Kemal Pasha menjadikan Ankara sebagai pusat aktivitas politiknya. Setelah menguasai Istambul, Inggris menciptakan kevakuman politik, dengan menawan banyak
pejabat negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah
dan pemerintahannya mandeg. Instabilitas terjadi di dalam negeri, sementara
opini umum menyudutkan kholifah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini
dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional, dan
ia menobatkan diri sebagai ketuanya. Sehingga ada 2 pemerintahan; pemerintahan
khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara.[25]
Setelah resmi dipilih jadi ketua parlemen, Pasha mengumumkan kebijakannya,
yaitu mengubah sistem khilafah dengan republik yang dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal 29 November 1923, ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki. Kemal mengeluarkan ancaman bahwa
penentang sistem republik ialah pengkhianat bangsa dan ia melakukan teror untuk
mempertahankan sistem pemerintahannya. Kholifah digambarkan sebagai sekutu
asing yang harus dienyahkan.[26]
C.
Kerajaan Mughal Di India
1.
Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Mughol
Kerajaan Mughal patut untuk
dimasukkan ke dalam salah satu kerajaan terkuat di India. Latar belakang
sejarah berdirinya kerajaan Mughal berawal dari ekspansi yang dilakukan oleh
Zahirudin Muhammad dikenal dengan Babur yang berarti singa, salah satu
cucu dari timur lank. Kemenangan Babur atas ekspansi di wilayah Samarkand tidak
lepas dari adanya dukungan dan bantuan dari kerajaan Safawi. Sehingga dalam
beberapa peperangan kerajaan Mughal selalu mendapatkan kemenangan.[27]
Pada saat ayahnya Umar Shekh Mirza
meninggal dunia pada Juni 1494 M Babur yang ketika itu baru berumur sebelas
tahun langsung diangkat menjadi penguasa Fargana. Walaupun ia masih muda, tapi
semangatnya matang, hal ini terbukti pada tahun 1496, dia berusaha menaklukkan
Samarkhan walaupun belum berhasil, namun dalam serangan berikutnya pada 1497,
Samarkhan dapat ditaklukkan. Pada 1525 M, Babur meneruskan perjalanannya menuju
Punjab, dan dalam pertempuran tersebut Punjabpun dapat ditaklukkannya, ini
merupakan kesempatan baik bagi Babur untuk mengadakan serangan ke Delhi, dimana
pada waktu itu Sultan Ibrahim Lodi sedang berselisih dengan pamannya, Alam pada
21 April 1526 M, terjadilah peperangan yang dahsyat di panipat, Sultan Ibrahim
dengan gigih mempertahankan negeri bersama 100.000orang tentara dan 1000
kendaraan Gajah. Namun Babur mampu memenangkan pertempuran karena ia
menggunakan senjata api nerupa Meriam, dan akhirnya Sultan Ibrahim Lodi gugur
bersama 25.000 pasukannya.[28]
Dengan ditaklukkannya Sultan Ibrahim,
maka ini merupakan kesempatan untuk Babur untuk mendirikan kerajaan Mughal di
India. Selain itu anaknya yang bernama Humayun disuruh untuk menaklukkan kota
terbesar kedua di India yaitu Agra, serta kota-kota penting lainnya, Babur juga
berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan lain yang terdapat dianak benua India,
termasuk juga kerajaan-kerajaan Hindu. Dibawah pimpinan Amir Mahmud beserta
100.000 pasukan Islam memporak-porandakan pasukan Hindu di Khanwa. Raja dari
kerajaan Hindu yaitu Rana Sangga, mati terbunuh dalam peristiwa yang terjadi
pada tahun 1527.
2.
Kesultanan Kerajaan Mughal
Setelah Babur menikmati usahanya
membangun kerajaan Mughal selama lima tahun, karena ia wafat pada tahun 1530 M,
kemudian pemerintahan diteruskan oleh puteranya yang bernama Humayun. Pada
pemerintahannya ia terlibat dalam beberapa peperangan diantaranya pada tahun
1535 M di Baksardekat Barnasmelawan pasukan Sher Khan. Humayun kalah dalam
pertempuran tersebut. Pada pertempuran kedua Humayun mengalami kekalahan yang
serupa sehingga harta rampasan perang dikuasai oleh Sher Khan, sedangkan
pasukan yang mati dalam pertempuran dibuang kesungai.karena kalah akhirnya
Humayun melarikan diri. Dalam pelariannya ia sempat menikah dengan putrid
Hamidah Banu Begumdan lahirlah puteranya yang bernama Akbar Agung pada 23
November 1542. Ia berusaha mengkonsoloidasi sisa-sisa pasukannya. Humayun
menghadap Sultan Syafawiyah yang bernama Sheh Thamasp untuk meminta bantuan.
Setelah disetujui, iapun mempu menaklukkan Kandahar dan Kabul.[29]
Sementara itu setelah Shekh Khan
(yang berhasil mengalahkan Humayun) meninggal pada tahun 1545 M, anak-anaknya
tidak dapat memlihara pusaka kerajaan yang telah diwariskan. Mereka saling
berebut kekuasaan sehingga kekuatan Negara menjadi pecah. Kesempatan inilah
yang dimanfaatkan oleh Humayyun untuk merebut kembali kekuasaan yang sempat
terampas darinya. Oleh karena itu pada November 1555 M Lahore dapat
ditaklukkan. Ia pun melanjutkan perjalanan menuju Delhi. Ditengah perjalanan ia
dihadang oleh pasukan Iskandar Shah, akan tetapi Humayyun dan pasukannya dapat
melumpuhkannya dan Delhipun dapat direbut kembali. Namun tidak berselang lama
Humayun wafat, tepatnya pada tanggal 24 januari 1556 M.
Setelah Humayun wafat, ia digantikan
oleh puteranya yang bernama Muhammad, yang diberi gelar Abu Fath Jalaluddin dan
yang paling terkenal adalah Sultan Akbar Agung. Ia menjadi raja terbesar
diantara raja-raja Mughal di India. Kekuasaannya melingkupi seluruh wilayah
anak benua India. Pada awal pemerintahanya, ia diserang oleh sisa-sisa kerajaan
Afgan yang masih berkuasa di Bihar, Ayudhiya, dan Bangla dibawah pimpinan Adil
Khan. Namun akhirnya ia dapat dikalahkan oleh pasukan Akbar Agung dan mengaku
tunduk padanya.[30]
Patut dicatat dalam sejarah, bahwa
Sultan Akbar Agung dikenal sebagai pribadi yang Jenius, bijaksana, ahli
berperang dan administrator Negara yang ulung, selain itu juga ia dikenal
sebagai tokoh Ilmu Perbandingan Agama. Prestasi ini disebabkan karena
pemikirannya dalam konsep Dien-e-Ilah yang mengandung berbagai anasir
dari berbagai unsure agama, yaitu Hindu, Budha, Jaina, Islam, Parsi, dan
Kristen. Inti dari konsep ajaran tersebut adalah, bahwa agama merupakan gejala
dari rasa tunduk kepada satu zat yang Maha Kuasa. Menurut Sultan Akbar,
agama-agama tersebut pada hakekatnya adlah satu. Oleh karena itu perlu dicari
jalan kesatuan inti agama, dan ia membuat agama baru yang disebutnya sebagai Dien-e-Ilah
(1582 M). selain itu ia juga mengajarkan ajaran yang disebut Sulh-e-Kul yang
memiliki arti perdamaian universal.[31]
Setelah Sultan Akbar wafat,
puteranya Sultan Salim diangkat menjadi penggantinya, yang dijuluki dengan
gelar Jahanggir. Bersama kematian Sultan Akbar maka ajaran Dien-e-Ilah dihilangkan
atau dilarang, karena pada prinsipnya sebagian besar ummat Islam menolak ajaran
tersebut. Jahanggir merupakan raja pelukis dari para pelukis karena karya
lukisannya sangat bagus dan luar biasa. Jahanggir menikah dengan putri Persia
yang bernama Mahruun Nisa’, setelah menjadi permaisuri diberi gelar Nurjannah
yang berarti cahaya dunia (250-251). Karena kecintaannya terhadap permaisuri,
ia terlena. Sang istri mulai mencampuri urusan kenegaraan, akibatnya kewibawaan
dari Sultan Salim mulai luntur. Terjadilah pemberontakan yang dilakukan oleh
puteranya sendiri yang bernama Khurram. Ia dipenjarakan sampai menemui ajalnya.
Prestasi lain yang dicapainya adalah
penerapan bahasa Urdu sebagai satu bahasa resmi Negara sebagai akomodasi dari
berbagai bahasa termasuk Sanksekerta dan parkit sebagai bahasa masyarakat umum,
bahasa Turki untuk kalangan Istana, bahasa Persi untuk pejabat kantor dan
bahasa Arab untuk kalangan agamawan.
Setelah Jahanggir wafat, kerajaan
diperebutkan oleh kedua puteranya yaitu Shah Jahan dan Asaf Khan. Perselisihan
tersebut akhirnya dimenangkan oleh Shah Jahan (1628 M) yang kemudian diberikan
gelar Abul Muzaffar Sahabuddin Muhammad Sahib Qiran-e-Sani, sedangkan
saudaranya ditangkap dan dipenjarakan, dan matanya dibutakan. Pada waktu ia
menjadi raja Shah Jahan telah menikah dengan Mumtaz Mahal, dan dari
pernikahannya tersebut, ia dikaruniai enam anak, yaitu 2 orang laki-laki dan 4
orang perempuan.[32]
Shah Jahan mampu menaklukkan Galkon,
Bidar dan Baijapur dengan dibantu oleh puteranya. Namun akhirnya terjadi
perselisihan diantara putera-puteranya untuk menggantikan kedudukannya. Aurangzeb
dapat mengalahkan saudaranya, dia membujuk ayahnya agar diizinkan masuk ke
istana dengan membawa bala tentaranya dan berjanji untuk tidak akan mengganggu
kedudukan ayahnya, tetapi Aurangzeb mengingkari janjinya, dia melumpuhkan
ayahnya dan memenjarakan ayahnya, sebagaimana Shah Jahan memenjarakan Jahanggir
(156 M). pada masa pemerintahannya Shah Jahan meninggalkan hasil kebudayaan
yang memiliki nilai artistic yang sangat tinggi yaitu Taj Mahal yang ia
persembahkan kepada permaisurinya, disana pula akhirnya ia dimakamkan oleh
puteranya. Hal ini mengingatkan akan kisah Abdurrahman III di Andalusia yang
membangun Qashr Az-Zahra untuk mengabdikan cintanya kepada istrinya
Fatimah Az-Zahra.[33]
Aurangzeb termasuk berhasil dalam
menjalankan pemerintahan, karena dia mampu memberikan corak keislaman di
tengah-tengah masyarkat Hindu. Aurangzeb mengajak rakyatnya untuk masuk Islam.
Ia memerintahkan untuk menanam arca-arca Hindu dibawah jalan-jalan menuju
Masjid agar orang Islam setiao harinya menginjak arca-arca tersebut. Kebijakan
Aurangzeb itu banyak menuai kritik dari kalangan Hindu, diantaranya kerajaan
Rajput yang pada awalnya mendukung kerajaan Mughal tapi kemudian menentanganya.
Tindakannya yang sewenang-wenang itu pula yang akhirnya membawa kerajaan Mughal
mengalami kemunduran.
3.
Kemajuan di Bidang Peradaban.
Kebijakan-kebijakan dalam
pengembangan kebudayaan ditampakkan adanya bentuk perpaduan antara unsure Islam
dan Hindu. Bentuk perpaduan ini dapat dilihat secara jelas pada arsitektur dan
lukisan dan beberapa benteng Istana di Ajmer, Agra, Allahabad, Lahore dan
Fathepur Sikri dan juga terlihat pada bentuk motif lonceng dan sejumlah sarana
lainnya. Kubah yang lahir dari tradisi arsitektur Muslim dipakai baik untuk
Masjid maupun Kuil.[34]
Perekonomian Mughal mengandalkan
sector Pertanian dan industry, system pertanian dibangun, dimana petani tigkat
bawah bertanggung jawab atas tanah garapan yang disebut Deh. Antara
pemerintah dan petani dihubungkan dengan seorang Muqaddam. Hasil pertanian yang
melimpah ruah mampu mensuplai kebutuhan bahan baku bagi pabrik-pabrik
pengolahan. Kerajinan tenun berkembang menjadi pabrik tekstil di zaman
Aurangzeb. Ia mengekspor tenun, rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium dll ke
pasar Eropa.[35]
Bidang seni syair dan seni
arsitektur berkembang pesat. Terdapat seorang penyair Istana terkenal yang
bernama Malik Muhammad Jayazi, yang menulis karya agung yang berjudul Padmavat.
Bangunan yang negah dan indah yang merupakan peninggalan Mughal yang sampai
sekarang ada yaitu Istana Fathur Sikri, Lahore, Villa, Tajmahal, dan Masjid
Agung Delhi. Sedangkan bahasa Urdu meningkat menjadi bahasa literature
menggantikan bahasa Persi yang semula dipakai dikalangan Istana sultan-sultan
di Delhi. Diantara penulis pertama dalam bahasa Urdu adalah Mazhar, Sauda, Dard
dan Mir.
4.
Kemunduran dan Kehancuran.
Setelah Aurangzeb wafat, raja-raja
berikutnya mulai lemah. Kerajaan Mughal dan rajanya tidak lebih hanya sebagai
symbol dan lambing belaka, bahkan raja digaji oleh colonial Inggris yang datang
dan tinggal didalam Istana. Akhirnya raja terakhir Bahadur Shah memimpin
pemberotakan melawan Inggris namun gagal, bahkan ia tertangkap dan disiksa
secara keji, lalu dibuang ke Rangon (Myanmar) pada tahun 1862. Dengan demikian
maka tamatlah riwayat Kerajaan Islam Mughal di India, setelah beraba-abad
lamanya mengalami kejayaan. Peninggalannya yang paling berharga adalah bangunan
Istana Taj Mahal dan Masjid yang indah. Mereka juga membantu penyebaran ajaran
agama Islam di anak benua India.[36]
Banyak factor penyebab kemunduran dan
kehancuran kerajaan Mughol antara lain adalah:
Pertama, perebutan kekuasaan antara keluarga.
Hampi semua keturunan Babur umumya mempunyai watak yang keras da ambisius.
Semua berebut kekuasaan sehingga terjadi perang saudara.
Kedua, pemberontakan oleh Ummat Hindu yang
pada saat itu mayoritas, sedangkan Islam merupakan minoritas karena penguasa
yang terakhir memimpin melakukan pendekatan masuknya Islam lebih kepada jalur
politik bukan pada jalur dakwah cultural. Sehingga membuat sebagian garis keras
orang-orang Hindu tidak senang dan berontak. Sehingga pemberontakan demi
pemberontakan tidak dapat dielakkan lagi.[37]
Ketiga, Serangan dari pihak atau kekuatan
luar. Serangan dari luar semula dilakukan oleh kerajaan Syafawi di Persia,
kemudian dilanjutkan dengan serangan dari Afganishtan. Pangkal perselisihan
antara Mughal dan Syafawi adalah karena rebutan daerah Kandahar.
Keempat, kelemahan ekonomi. Kemunduran
politik Mughal sangat menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur
perdagangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Mansur. 2004. Peradaban Islam
dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Moeflich Hasbullah, Dari
Romantisme Historis ke Realitas Kontemporer,
Mughni, Syafiq A. 1997. Sejarah
Kebudayaan Islam di Turki. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nurhakim, Muhammad. 2003. Sejarah
dan Peradaban Islam. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Osman, Latif. 1981. Ringkasan
Sejarah Islam. Jakarta: Penerbit Wijaya Jakarta.
·
https://ridaingz.wordpress.com/2012/07/19/masa-tiga-kerajaan-besar-peradaban-islam/
(Dikutip tanggal 12 Februari 2016)
[1] Muhammad
Nurhakim, Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang, 2003), hal. 1.
[4] Mansur, Peradaban Islam
dalam Lintasan Sejarah ,(Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
2004), hal. 62.
[6] Abdul Karim M, Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hal. 306.
[11] Ibid.
[16] Syafiq A.Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu. 1997), hal. 51.
[21] Kerajaan
Turki Usmani, file:///D:/DOCUMEN/INTERNET/3%20Kerajaan/Turki%20usmani.htm/accessed tnggal 5 juli 2008.
[25] Kesultanan
Usmaniah, http://wapedia.mobi/id/Kesultanan_Utsmaniyah?t=3./accessed tanggal 8 Juli 2008
[27] Sisca
Ainun Jariyah, Islam India, http://www.geocities.com/arsip_nasional/agama/agama1.htm/accssed
tanggal 5 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar