BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT melalui fase-fase
pertumbuhan dan perkembangan, yang dalam prosesnya mengalami interaksi (saling
mempengaruhi) antara kemampuan dasar (pembawaan) dengan kemampuan yang
diperoleh (hasil belajar/pengaruh lingkungan).
Terdapat perbedaan pendapat dalam pengertian
pertumbuhan perkembangan pertumbuhan diartikan ahli biologi sebagai suatu
penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensi tubuh, perkembangan
dimaksudkan untuk menunjukkan perubahan-perubahan dalam bentuk atau bagian
tubuh dan integrasi berbagai bagiannya ke dalam suatu kesatuan fungsional, bila
pertumbuhan itu berlangsung.
Langfeld dan Boring, menggunakan pengairan kematangan
untuk pertumbuhan, sedang, perkembangan, diterapkan pada baik sebelum tingkah
laku yang tidak dipelajari itu terjadi, maupun sebelum terjadinya proses
belajar dari tingkah laku yang khusus.
Istilah “kematangan” mencakup didalamnya pengertian
pertumbuhan dan perkembangan, maka seseorang telah dianggap “matang”, apabila
fisik dan psikisnya masalah pertumbuhan dan perkembangan, telah mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat-tingkat tertentu. Sedangkan
istilah “perkembangan” adalah berhubungan erat dengan pertumbuhan maupun
kemampuan-kemampuan pembawaan dari tingkah laku yang pekat terhadap
rangsangan-rangsangan sekitar.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa
pengertian persepsi ?
2.
Apa
yang di maksud dengan belajar dan berfikir ?
3.
Apa
yang dimaksud dengan mengingat ?
4.
Apa
itu emosi ?
5.
Apa
itu motif?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan
penulisan sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengertian persepsi
2.
Untuk
mengetahui maksud belajar dan berfikir
3.
Untuk
mengetahui yang di maksud mengingat
4.
Untuk mengetahui
tentang emosi
5.
Untuk
mengetahui yang dimaksud motif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Persepsi
Didalam psikologi, proses sensasi dan
persepsi berbeda. Sensasi ialah penerimaan stimulus melalui alat indera,
sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada didalam otak.
Meskipun alat untuk menerima stimulus
serupa pada setiap individu, interpretasinya berbeda. Untuk menggambarkan
perbedaan antara sensasi dengan perrsepsi, kita bandingkan potret sebuah
pemandangan dengan lukisan pemandangan. Potret berupa pemandangan sebagaimana
yang diterima alat indera, sedangkan
lukisan
pemandangan bergantung pada interpretasi pelukis. Dengan kata lain, mata menerima, sedangkan pikiran mempresepsi.[1]
Organisasi dalam persepsi, mengikuti
beberapa prinsip, yaitu:
1.
Wujud
dan latar; objek-objek yang kita amati disekitar kita selalu
muncul sebagai wujud (figure)
sedangkan dengan hal-hal lainnya sebagai latar (ground)
2.
Pola
pengelompokkan; hal –hal tertentu cenderung kita
kelompok-kelompokkan dengan persepsi kita. Bagaimana cara kita mengelompokkan
dapat menentukan bagaimana kita mengamat hal-hal tersebut.
Karena adanya organisasi persepsi diatas
dan karena manusia selalu belajar dari pengalaman, maka lambat laun tersusunlah
pola pengamatan yang menetap dalam diri kita masing-masing. Dengan adanya
ketetapan pola ini, maka sesuatu yang sekarang terlihat sebagai hitam, besok
juga masih dilihat sebgai hitam dan tidak berganti menjadi merah atau hijau.
Ada beberapa pola pengamatan yang menetap:
1.
Ketetapan
warna; sesuatu yang hitam tetap akan diamati sebagai
hitam, baik dibawah sinar terang maupun ditempat yang agak gelap.
2.
Ketetapan
bentuk; sebuah pintu. Misalnya, tetap akan kita amati
sebagai benda yang berbentuk empat persegi panjang, sekalipun kadang-kadang
dari sudut pandang tertentu, pintu tampak sebagai trapesium atau jajaran
genjang.
3.
Ketetapan
ukuran; pohon setinggi dua meter, kalau dilihat dari jauh
tampak sangat kecil, tetapi
kita akan tetap mempersepsikannya sebagai benda yang tinggi dan besar.
4.
Ketetapan
letak; dalam kendaraan yang berjalan, kita melihat
pohon-pohon dan tiang listrik tetap ditempatnya masing-masing, tidak bergerak.
B.
Belajar
dan Berpikir
Seorang anak dibelikan sepeda oleh ayahnya.
Ia akan mencoba sepeda tersebut dan mengadakan reaksi-reaksi atas
rangsang-rangsang yang ditimbulkan sepeda. Lama kelamaan reaksi-reaksinya
semakin teratur hingga suau saat ia dapat menguasai sepeda tersebut. Anak yang
sebelumnya
tidak dapat naik sepeda, kini dapat naik sepeda. Ini adalah contoh proses
belajar. Jadi, belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku
ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau
rangsang) yang terjadi.
Pada manusia, proses belajar tidak hanya
menyangkut aktivitas fisik saja, tetapi terutama sekali menyangkut kegiatan
otak, yaitu berpikir. Dalam hubungan ini, ada beberapa faktr yang dapat
mempengaruhi
proses belajar:
1.
Waktu
istirahat: khususnya dalam mempelajari sesuatu yang meliputi
bahan yang banyak, perlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk beristirahat.
2.
Pengetahuan
tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh:
dalam mempelajari sesuatu, lebih baik kalau pertama-tama kita pelajari materi
atau bahan yang ada secara keseluruhan. Setelah itu, mempelajari dengan lebih
seksama bagian-bagiannya.
3.
Pengertian
terhadap materi yang dipelajari: kalau hendak
mempelajari sesuatu, maka kita harus mengerti materi yang kita pelajari itu.
Tanpa pengertian, kita akan mendapatkan kesulitan.
4.
Pengetahuan
akan prestasi sendiri: kalau kita tiap kali mengetahui hasil
prestasi kita sendiri, yaitu mengetahui perbuatan-perbuatan yang masih salah,
maka akan lebih mudah kita memperbaiki kesalahan itu daripada kalau kita harus
meraba-raba terus
5.
Transfer:
pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita pelajari sebelumnya,
kadang-kadang mempengaruhi juga proses belajar yang sedang kita lakukan
sekarang. Pengaruh ini disebut transfer.
Belajar adalah pengalaman yang universal. Setiap orang harus selalu
belajar sepanjang hidupnya. Karena kehidupan sehari-hari penuh dengan
problem-problem yang harus dipecahkan dengan belajar.
Perkataan belajar memunyai 3 arti: menemukan, mengingat dan menjadi efisien. Contoh:
1.
Apakah Anda telah belajar bagaimana
caranya memecahkan teki-teki ini? Belajar disini berarti menemukan.
2.
Apakah Anda pernah belajar kata-kata Braile?
Belajar disini berarti mengingat.
3.
Apakah Anda belajar bagaimana caranya
mengendarai mobil? Belajar disini berarti menjadi efisien.
Pada intinya, bahwa proses belajar pada
manusia erat sekali hubungannya dengan proses berpikir. Berpikir adalah tingkah
laku yang menggunakan ide, yaitu suatu proses simbolis. Kalau kita makan, kita
bukan berpikir. Tetapi kalau kita membayangkan suatu makanan yang tidak ada,
maka kita menggunakan ide atau simbol-simbol tertentu dan tingkah laku ini
disebut berpikir.
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita
golongkan sebagai berikut.
1.
Berpikir
asosiatif, yaitu proses berpikir dimana suatu ide merangsang
timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak
ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi ide-ide timbul secara bebas.
2.
Berpikir
terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan
sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya
persoalan.
Dalam
berpikir terarah diperlukan untk memecahkan persoalan-persoalan. Untuk
mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu
diperlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan
persoalan:
1.
Strategi
menyeluruh: disini persoalan dipandang sebagai sesuatu
keseluruhan dan dipecahkan untuk keseluruhan itu.
2.
Strategi
detailistis: disini persoalan dibagi-bagi dalam
bagian-bagian dan dipecahkan bagian demi bagian.
C.
Mengingat
Apa
yang kita maksudkan apabila kita berkata bahwa seseorang berhasil mempelajari
sesuatu? Paling tidak, yang kita maksudkan ialah bahwa dia mengingatnya.
Ingatan, adalah bukti
bahwa seseorang telah belajar.
Semua
orang mengingat banyak hal setiap harinya. Tingkah laku manusia selalu
dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau yang diingatnya. Karena itu, mengingat
dapat didefinisikan sebagai pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa
lampau.
1.
Mengingat dapat terjadi dalam beberapa
bentuk. Bentuk yang paling sederhana ialah mengingat sesuatu apabila sesuatu itu dikenakan pada indera.
Bentuk ini disebut rekognisi. Misalnya, kita mengingat wajah kawan, komposisi
musik, lukisan, dan sebagainya.
2.
Bentuk mengingat yang lebih sukar ialah recall.
Kita me-recall sesuatu apabila kita
sadar bahwa kita telah mengalami sesuatu dimasa yang lalu, tanpa, mengenakan
sesuatu itu pada indera kita. Misalnya, kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu lalu.
3.
Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan
cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah dipelajari. Misalnya Anda
mengenal kembali (rekognisi) sebuah
nyanyian dan ingat juga bahwa Anda mempelajari nyanyian itu (recall), tetapi dapatkah Anda
menyanyikannya kembali (reproduksi)?
4.
Bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance)
kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis.
5.
Apabila kita melakukan rekognisi, recall, reproduksi,
ataupun performance, petama-tama kita
harus memperoleh materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam
keseluruhan proses yang bertitik puncak kepada mengingat.
D.
Emosi
Pada
umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu
perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang
selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang
lemah atau samar-samar saja. Dalam hal warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam,
lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan ini disebut emosi. Beberapa
macam emosi antara lain, gembira, bahagia, terkejut, jenuh, benci, was-was dan
sebagainya.
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat
dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan
kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna
efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat juga dikatakan sebagai
emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan emosi disini bukan terbatas pada emosi
dan perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang
disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun
pada tingkat yang kuat (mendalam)
1.
Teori-Teori Emosi
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi.
Pendapat yang navistik mengatakan
bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan pendapat yang
empiristik mengatakan bahwa emosi
dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar.
2.
Perubahan-Perubahan Pada Tubuh Saat Terjadinya Emosi
a.
Reaksi
elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
b.
Peredaran
darah: bertambah cepat bila marah
c.
Denyut
jantung: bertambah cepat bila terkejut
d.
Pernapasan:
bernafas panjang kalau kecewa
e.
Pupil
mata: membesar bila sakit atau marah
f.
Liur:
mongering kalau takut atau tegang
g.
Bulu
roma: berdiri kalau takut
h.
Otot:
ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor)
i.
Komposisi
darah: komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena
kelenjar-kelenjar lebih aktif.
E.
Motif
Motif atau dalam bahasa inggrisnya motive, berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau
sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat hubungannya dengan gerak, yaitu
gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah
laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit
tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Disamping istilah motif, dikenal pula dalam psikologi
istilah motivasi. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk
kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang
timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi
tersebut, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.
Ada beberapa pendapat mengenai motif. Diantaranya,
mengatakan bahwa motif merupakan energi dasar yang terdapat dalam diri
seseorang. Pendapat lain mengatakan bahwa motif (motivasi) mempunyai fungsi
sebagai perantara pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Suatu perbuatan dinilai dengan adanya
ketidakseimbangan dalam diri individu, misalnya lapar atau takut. Keadaan
ketidakseimbangan ini tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan,
sehingga timbul kebutuhan unntuk meniadakan ketidakseimbangan itu, misalnya
mencari makanan atau mencari perlindungan. Kebutuhan inilah yang akan
menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah melakukan
perbuatan itu maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu dan timbul
perasaan puas, gembira, aman, dan sebagainya.
1.
Penggolongan Motif
Untuk lebih mudah mempelajari berbagai motif, maka
motif terbagi kedalam beberapa golongan. Penggolongan ini ada bermacam-macam
dan masing-masing tidaklah mutlak, karena dibuat semata-mata untuk mempermudah
kita mempelajari motif tersebut. Salah satu penggolongannya adalah didasarkan
pada kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Termasuk dalam kebutuhan primer
adalah kebutuhan-kebutuhan badaniah, misalnya kebutuhan akan makan (lapar),
minum (haus), tidur, temperatur yang sesuai dengan dengan temperatur tubuh, dan
sebagainya. Jadi, kebutuhan primer adalah kebutuhan bawaan yang tidak
dipelajari atau disebut juga kebutuhan fisiologis. Kebutuhan sekunder adalah
kebutuhan sosial, misalnya kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta
dari orang lain, penghargaan, harga diri, dan sebagainya. Kebutuhan sekunder ini
tumbuh melalui pengalaman dan proses belajar.
2.
Intensif
Intensif adalah kondisi atau situasi diluar diri
individu yang dapat meningkatkan atau menghambat suatu motif. Intinsif ini
penting sekali artinya terutama dalam dunia pendidikan dan dunia usaha. Karena
sifatnya yang merupakan kondisi diluar diri individu, maka intensif sudah
dikontrol (diadakan suatu tindakan) oleh guru atau pengusaha dengan tujuan
untuk merangsang atau menghambat motif-motif tertentu. Misalnya guru memberi
angka yang tinggi bagi murid yang hasil ulangannya bagus, atau pengusaha
memberi hadiah uang bagi pegawainya yang rajin.
Sesuai dengan fungsinya, maka intensif dapat dibagi
kedalam dua jenis:
a.
Intensif yang meningkatkan motif, disebut intensif positif. Misalnya, piala kejuaraan
merupakan intensif positif bagi para olahragawan yang berlomba sehingga
masing-masing berusaha sekuat-kuatnya untuk mendapatkan piala kejuaraan
tersebut.
b.
Intensif yang menghambat motif, disebut intensif negatif. Misalnya, hukuman yang
diberikan pada seorang pencuri dapat menghambat motif orang tersebut untuk
mencuri lagi. [2]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Persepsi adalah menafsirkan stimulus
yang telah ada didalam otak
2.
Belajar
adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki
melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi. Dan berpikir adalah tingkah laku yang
menggunakan ide, yaitu suatu proses simbolis
3.
Mengingat
adalah kemampuan individu dalam keberhasilannya mempelajari sesuatu
4.
Emosi
adalah perasaan yang timbul dalam diri individu yang menyertai dalam
kehidupannya dan perasaan tersebut bisa lebih mendalam, lebih luas dan lebih
terarah
5.
Motif
berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu
tingkah laku
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Muhammad. 2005. Psikologi Remaja.Bandung : Bumi Aksara.
Fauzi, Ahmad. 1999. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Suatu Pengantar. Yogya: BPFE
Sarlito Wirawan, Sarwono. 1978. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Bulan Bintang
Yusuf , Syamsu L.N. 2000. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.
Situs Web:
http://hernii-humaiirah.blogspot.co.id/2014/10/contoh-makalah-gejala-gejala-kejiwaan.html
(Dikutip sebagian pada hari Kamis, 29 September 2016, jam: 9.00 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar